Pada kesempatan #SelasaBerbagi kali ini Pak Sudomo akan menuntaskan materi setelah tiga kali pertemuan sebelumnya. Menurut beliau, dari tantangan/latihan pertemuan ke-3 hanya ada beberapa orang saja yang menuntaskannya Dari semua yang sudah mengumpulkan, kesimpulannya adalah outline yang disusun sudah siap ditulis menjadi cerpen utuh.
Waduh padahal cerpen saya yang saya tulisakan dalam tantangan betul-betul masih ada di kepala. Sembari menyimak materi pikiran masih mencari bagaimana nanti mengeksekusi cerpen yang sudah dibuat plot, premis dan penokohannya. Semoga bisa sesuai dengan yang sudah direncanakan. Paling tidak tinggal mengembangkan karena sudah punya gambar tersendiri lewat sinopsisnya.
Pertemuan ke-4 hari ini kami bersama-sama belajar menuliskan outline tersebut menjadi sebuah cerpen. Untuk menulis cerpen berdasarkan outline yang sudah dibuat, ada beberapa hal yang akan kita pelajari bersama. Materi 'Menulis Cerpen' sebagian besar disamapaikan dalam format .jpg. Kemudian dijelaskan untuk memperkuat pemahaman.
Materi kita hari ini sifatnya adalah tambahan. Atau dengan kata lain di luar unsur-unsur cerpen. Bagian 15 sudah disampaikan panjang lebar oleh Pak D Susanto. Pak Sudomo akan menambahkan bagian 12 - 14 dan 16.
A. Membuka Cerpen
Teknik tersebut menurut Pak Sudomo sifatnya tidak baku atau mutlak. Dalam artian masing-masing penulis memiliki teknik membuka cerita yang berbeda-beda. Dari sekian pilihan, masing-masing kita bebas mengeksplorasi.
Dengan mengeksplorasi melalui mencoba, akan kita temukan teknik mana yang paling pas. Pak Sudomo sendiri menyatakan sudah mencoba semuanya dan akhirnya menemukan yang paling nyaman, yaitu teknik membuka cerpen dengan dialog. Kebanyakan cerpen yang ditulis beliau dibuka dengan dialog. Kita harus mengeksplorasinya hingga menemukan bentuk pembuka cerpen yang paling nyaman. Agar tidak lagi membuka cerpen dengan kalimat, 'Pada zaman dahulu kala, hiduplah ...Atau 'Pada suatu hari, saya berjalan-jalan ...Itu sudah kuno. Bukan berarti tidak boleh, lho, ya. Pembuka seperti itu lebih cocok untuk cerita anak.
Gambar di atas merupakan beberapa contoh pembukaan cerpen yang bisa dijadikan sebagai referensi belajar kita. Beliau bahkan membaca semua contoh tersebut langsung penasaran untuk melanjutkan membaca cerpennya hingga tuntas. Secara bebas penulis dapat menentukan pola membuka cerpen yang mana. Yang terpenting tanya pada diri kita sendiri apakah pembuka sudah cukup mengundang penasaran atau belum.
B. Mengakhiri Cerpen
Setelah membuat pembuka cerpen yang mengundang penasaran kita lanjut ke mengakhir cerita (ending)
Gambar tentang syarat mengakhiri cerpen
Teknik mudan mengakhiri cerpen adalah pikirkan terlebih dahulu ending seperti apa yang diinginkan dari cerpen tersebut. Jika ending sudah ditentukan akan lebih mudah dalam menuliskan cerpen berdasarkan outline yang telah disusun. Setelah ending ditentukan, tinggal kita tarik mundur, menulis kejadian-kejadian yang dialami tokoh sehingga bisa menuju ending. Dengan demikian tidak akan ada lagi ending yang ujug-ujug. Sama sekali tidak ada petunjuk di paragraf awal eh tahu-tahu ada di ending. Mengejutkan? Iya. Aneh? Banget. Untuk ending plot twist sekalipun juga harus ada clue di awal. Tidak harus tersurat, tetapi bisa disiasati menjadi tersirat. Setidaknya kita bisa menjawab kalau ada pembaca kritis yang menanyakan, "kok endingnya bisa seperti ini?" Dengan mudah kita bisa menunjukkan clue atau petunjuk di paragraf awal
C. Membuat Judul
Materi terakhir adalah membuat judul. Saya rasa perkara membuat judul bukan lagi materi yang asing. Di berbagai kelas menulis sudah seringkali disampaikan. Praktik pun juga sudah langsung dilakukan.
Perhatikan gambar di atas tentang anjuran membuat judul. Kelimanya bisa dipilih salah satu yang tentunya sesuai dengan isi dan menggambarkan cerita secara keseluruhan.
Gambar berikut ini adalah kebalikan dari gambar sebelumnya. Ini tentang larangan dalam membuat judul. Diperhatikan ya agar judul yang kita buat mnjadi menarik untuk sebuah cerpen.
Gambar memuat larangan dalam membuat judul
Berikut tiga alsan mengapa judul-judul tersebut harus dihindari.
1. Dilarang karena judul-judul yang sudah populer hampir tidak lagi memiliki kekuatan yang 'menjual'. Dengan kata lain tidak akan mengundang penasaran pembaca.
2. Juga dilarang karena cerpen bukanlah karya ilmiah. Meskipun ada jenis cerpen yang ilmiah berupa science fiction, tetapi struktur keduanya jauh berbeda. Disarankan menghindari judul seperti makalah.
3. Termasuk larangan karena spoiler. Kalau dari judul sudah terbaca isi cerpen secara otomatis pembaca akan enggan melanjutkan membaca
Practise makes perfect. Latihan akan membuat sesuatu menjadi sempurna. Sering-sering latihan menulis cerpen adalah kunci keberhasilan membuka dan menutup cerpen dengan baik. Jangan segan-segan meminta masukan kepada teman lain demi perbaikan ke depan. Tidak ada yang instan. Termasuk proses kreatif menulis cerpen. Semua butuh proses. Semua melalui langkah-langkah yang harus ditempuh. Dengan belajar terus, insyaallah seterusnya akan menjadi pembelajar. Selamat mencoba tantangan yang diberikan. Eksekusi cerpen. Semangat!!!
No comments:
Post a Comment