#Menulis di Blog Menjadi Buku
#20 Februari 2021
Pendampingan yang Tidak Maksimal
Oleh: Suyati
Sebut saja namanya Lani. Ia baru masuk pada tahun ini sebagai peserta didik baru. Sehingga memang tidak banyak yang kami ketahui sebagai guru mata pelajaran. Selama masa pembelajaran pandemi ini dia salah satu peserta didik yang tidak aktif di kelas mata pelajaran. Sebagian besar sebenarnya yang tidak aktif dalam pembelajaran sebagian peserta didik laki-laki. Maka ini menjadi kasus yang menarik buat saya. Saya sampaikan kepada wali kelasnya tentang ketidakaktifan Lani dalam pembelajaran daring.
Beberapa kali saya mencoba menghubunginya. Dan ia merespon balik dengan kesediaanya aktif pada waktu berikutnya. Tetapi pada pertemuan selanjutnya masih belum aktif juga. Ketidakaktifannya menyebabakan ia juga ketinggalan jauh dalam mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan. Sebagian besar mata pelajaran yang lain juga mengalami hal yang sama. Tidak ada penyetoran tugas-tugas yang diberikan. Hal inilah yang menjadi permasalahannya.
Wali kelas sudah mencoba menghubungi juga Lani. Tetapi juga mendapatkan respon yang sama. Mengiyakan untuk aktif tetapi ternyata tidak mengalami perubahan. Akhirnya wali kelas mencoba mendatangi rumah Lani untuk mendapatkan informasi mengapa Lani tidak aktif dalam pembelajaran sekaligus membawakan beberapa materi cetak untuk bisa diselesaikan oleh Lani.
Ketika wali kelas dan guru BK melakukan home visit ke rumahnya, Lani ternyata sedang tidak di rumah. Yang ditemui adalah neneknya. Orang tuanya bekerja di Jakarta. Ketika ditanya mengapa Lani tidak mengikuti proses belajar. Beliau hanya bilang tidak tahu. Beliau mengakui tidak banyak tahu tentang HP. HP yang ada dipegang oleh Lani sebagai alat komunikasi Lani dengan kedua orang tuanya. Neneknya hanya menggunakannya ketika mendapatkan telepon dari Jakarta. Nyaris tidak tahu bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan lewat daring/online.
Memang bisa dipahami perbedaaan generasi menjadi pemisah tersendiri. Terlebih jika ia tidak didampingi dan diawasi dalam penggunaanya. Selebihnya sang nenek bercerita bahwa Lani adalah anak premature ketika lahir. Protektif terhadap dirinya diaplikasikan dengan memanjakannya dengan berbagai fasilitas. Sayangnya tidak diimbangi dengan pengawasan dan pendampingan yang cukup dari orang tuanya. Hal tersebut Nampak sekali ketika Lani pulang dari bermain. Ia menemui wali kelas dan guru BK tanpa ada beban bersalah. Ia menyatakan kadang kesulitan mengikuti pelajaran yang dilakukan lewat HP.
Tampak sekali dia tidak mau berusaha mencari penyelesaian masalah yang dihadapinya. Ketika ditanya mengapa tidak bertanya kepada guru atau teman yang dekat? Katanya malu. Ia cenderung menarik diri ketika terjadi masalah. Ada beberapa teman yang berdekatan dengannya tetapi kata neneknya mereka tidak akrab. Jika ada kesulitan dalam menerima tugas dari sekolah harus ditanyakan. Bahkan wali kelas meminta Lani untuk datang ke sekolah untuk mengambil bahan materi dan tugas dengan protokol kesehatan jika menerima materi lewat daring tidak memungkinkan. Yang penting lagi bisa kembali aktif dalam pembelajaran.
Tetapi sampai pada beberapa minggu selanjutnya si Lani belum juga datang ke sekolah untuk mengumpulkan materi-materi yang diberikan saat home visit. Motivasi yang diberikan wali kelas dan guru BK sepertinya tidak banyak memberikan pengaruh terhadap keaktifannya belajar. Kalau sudah demikian apa yang harus dilakukan oleh wali kelas, guru dan sekolah terhadapnya? Pekerjaan rumah ini mungkin bukan hanya pada Lani. Masih banyak Lani-lani yang lain yang harus dicari tahu penyebabnya. Seringkali bukan hanya karena faktor susahnya hubungan internet, sinyal yang lemah, atau kuota yang habis, tidak adanya fasilitas gawai tetapi bisa lebih kompleks dan rumit dari itu.
Banyaknya peserta didik yang tinggal bersama kakek dan neneknya karena ditinggal bekerja di luar kota menjadi masalah yang kerap mewarnai ketidakaktifan peserta didik. Komunikasi dan pengawasan jarak jauh memang menjadi semakin tidak efektif, terlebih di masa seperti ini. Salut buat wali kelas yang terus berjuang menelusuri satu-persatu permasalahan pembelajaran daring ini demi mendapatkan peserta didik yang aktif di masa-masa pandemi ini. Salah satunya adalah masalah kurangnya pendampingan dan pengawasan pada kasus-kasus seperti ini. Tetap semangat. Salam sehat. Salam literasi.
Tetap semangat ya bu. Ulasannya mantap.
ReplyDeletePerlunya kolaborasi guru dengan orang tua/wali murid. Tetap semangat, Bu Suyati
ReplyDelete