Saturday 14 January 2012

Belajar! Belajar! dan Belajar!

Belajar di lingkungan yang baru memang bukanlah soal mudah. Kita harus bertemu dengan orang-orang asing yang tidak kita kenal. Kita harus menemui situasi dan keadaan yang berbeda dengan lingkungan dan situasi sebelumnya yang sudah membuat kita aman dan merasa nyaman. Di saat seperti inilah perasaan kita lebih banyak menguasai kita. Apakah kita akan berani meninggalkan zona nyaman menuju zona tak aman untuk belajar lebih banyak? Bisakah kita terbuka terhadap perubahan baru?


Di lingkungan kita baik itu keluarga, sekolah dan masyarakat hanya sebagian kecil saja yang berani melangkah meninggalkan zona nyaman untuk belajar hal-hal baru. Sementara sebagian yang lain cenderung tetap berada dalam lingkaran zona nyaman. Untuk apa cari yang susah-susah. Ini saja kan sudah cukup? Demikian beberapa ungkapan dari mereka yang tetap berada di zona nyaman. Hal tersebut kadangkala muncul karena tidak percaya dirinya bahwa mereka masih bisa menerima hal baru. Lha sudah tua, sinau lagi buat apa? Sementara yang lain tidak beranjak karena malas mengurus ini dan itu. Lebih baik seperti apa adanya tapi gak ribet daripada mau maju tapi ribet. Benarkah?

Ketidakmauan kita untuk mengetahui hal-hal baru memang membuat kita statis. Kita nyaman dengan apa yang ada tapi tidak berkembang. Berada di lingkungan itu-itu saja, belajar itu-itu saja, bertemu dengan orang-orang itu juga dan akhirnya menjadi orang yang itu-itu saja. "Rata-rata" kata Ippho Santosa. Yang demikian memang banyak temannya. Sementara yang mau berubah, belajar dan berkembang memang tidaklah banyak. Dan itu memang nampak mereka bergerak lebih cepat daripada yang lain. Mereka tahu lebih dahulu daripada yang lain dan mereka bisa mengantisipasi sesuatu lebih sigap daripada yang lain. Ya seperti atlit maraton. Siapa yang cepat dia pemenangnya. Mau jadi pemenang atau mau cari pengekor.

Demikian pula seorang guru. Meskipun judulnya guru, sumber ilmu, kita pun dituntut untuk tidak berhenti belajar. Belajar tentang psikologi anak didik yang berbeda dari zamannya. Belajar tentang materi yang terbaru yang perlu disampaikan kepada siswa. Belajar tentang metode baru untuk menyampaikan materi kepada peserta didik. Sehingga tidak kebingungan ketika siswa berperilaku berbeda dengan zamannya dan hanya berkata, "Dulu saya tidak pernah seperti itu. Dulu tidak ada yang sikapnya seperti itu." dan seterusnya. Dan kalimat semacamnya. Tidak pula kebingungan ketika didapati siswa membawa HP (handphone) bagaimana cara membukanya, bagaimana mengetahui isinya dan sebagainya. Kalau kita tidak mau belajar maka jangan salahkan anak yang mampu memanfaatkan kelemahan kita di bidang teknologi.

Maka sebagai apa pun kita, belajar tidak boleh berhenti kalau kita tidak ingin menjadi orang yang tertinggal. Tertinggal dalam perkembangan zaman, tertinggal dalam perkembangan teknologi dan tertinggal dalam perkembangan situasi. Long life education mungkin istilah itu sering kita dengar, tetapi ternyata memang tidak mudah kita mempraktekkan. Kita perlu meluangkan waktu, tenaga, materi dan sekaligus keberanian kita untuk berpindah dari zona nyaman menuju zona tantangan. Selamat belajar!



AIR #26 Ketika Engkau Merasa Lelah dalam Kebaikan

 KETIKA ENGKAU MERASA LELAH DALAM KEBAIKAN Oleh : Aris Ahmad Jaya Teruslah berbuat baik meski engkau merasa lelah. Karena sesungguhnya lelah...