Seseorang Menurut Agama Kekasihnya.

 ONE DAY ONE HADITS

Ahad, 21 September 2025 / 28 Rabiulawal 1447

عن أَبي هريرة رضي الله عنه أن النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَليَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ)). رواه أَبُو داود والترمذي بإسناد صحيح، وَقالَ الترمذي: (حَدِيثٌ حَسَنٌ). 

Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Seseorang   itu   adalah   menurut   agama   kekasihnya.   Maka hendaklah seseorang dari engkau semua itu melihat – meneliti benar-benar - orang yang dijadikan kekasihnya itu."

Diriwayatkan   oleh   Imam-imam   Abu   Dawud   dan   Tirmidzi dengan isnad shahih dan Imam Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1- Pentingnya memilih teman dekat.

Hadis ini menunjukkan bahwa pengaruh teman sangat besar terhadap iman, akhlak, dan cara hidup seseorang.

Karena itu, Islam sangat menekankan agar seseorang berteman dengan orang-orang saleh, jujur, dan berakhlak mulia.

2- Teman mencerminkan karakter.

"Agama sahabatnya" dalam hadis ini mencakup keyakinan, perilaku, dan kebiasaan.

Seseorang yang dekat dengan orang fasik atau ahli maksiat, sangat mungkin akan terpengaruh secara perlahan.

3- Agama bisa rusak karena pergaulan.

Ini adalah peringatan bahwa pergaulan buruk bisa menjadi penyebab penyimpangan aqidah dan akhlak.

Istilah modernnya adalah "toxic friendship", dan dalam Islam, ini bisa membawa pada penyimpangan agama.

4- Wajib berhati-hati dalam memilih teman(maka hendaklah dia melihat) adalah perintah, yang menunjukkan kewajiban untuk meneliti dan menilai karakter calon teman dekat.

5- Peran lingkungan dalam membentuk keimanan.

Hadis ini juga mengajarkan bahwa lingkungan sosial adalah salah satu faktor penting dalam menjaga agama seseorang.

Oleh karena itu, seorang Muslim perlu menjaga lingkungannya agar tetap sehat secara spiritual dan moral.

6- Dorongan untuk mencari lingkungan yang baik.

Islam mendorong kita untuk berkumpul dengan orang-orang baik agar mendapat pengaruh positif dalam keimanan, ibadah, dan ilmu.

7- Hadis ini menegaskan bahwa teman dekat sangat memengaruhi seseorang, baik dalam aspek agama maupun kehidupan sehari-hari. Maka seorang Muslim wajib berhati-hati dalam memilih teman, karena pergaulan bisa mengangkat atau menjatuhkan iman.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an:

1- Penyesalan di akhirat karena berteman dengan orang yang menyesatkan dari Al-Qur’an. Ini sangat relevan dengan hadis yang memperingatkan agar memilih teman yang menguatkan agama.

يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا ، لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا

"Celakalah aku! Sekiranya dahulu aku tidak menjadikan si fulan itu sebagai teman akrab. Sesungguhnya dia telah menyesatkanku dari peringatan (Al-Qur’an) ketika Al-Qur’an itu datang kepadaku.Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.”(Surah Al-Furqan ayat 28-29)

2- Salah satu cara memelihara diri dari neraka adalah dengan berada dalam lingkungan dan pergaulan yang mendukung ketaatan. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا 

"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..."(Surah At-Tahrim ayat 6)

3- Memerintahkan Nabi shalallahu alaihi wa salam untuk bergaul dengan orang-orang yang taat, bukan yang lalai atau mengejar dunia semata. Sejalan dengan isi hadis, bahwa kita harus memilih teman yang dekat dengan agama.

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

 

Dan bersabarlah kamu ber­sama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) meng­harapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari meng­ingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keada­annya itu melewati batas.

(Surah Al-Kahfi ayat 28).