Sunday 11 April 2021

Kerinduan akan Keluarga Cemara


Bismillahirrohmanirrohiim.


Hari ini adalah tantangan April hari ke-11 (#April Challenge Huruf K#). Hari Ahad biasanya akan digunakan untuk kegiatan keluarga yang sifatnya refreshing dan penyegaran. Keluar dari rutinitas kegiatan kantor atau sekolah. Maka saya ambil kata keluarga untuk tema tulisan huruf K.

Apakah itu keluarga? Apakah hanya ayah, ibu, dan anak yang masuk dalam keluarga? Bukankah kita keluarga besar Grup Lagerunal? Yuk kita simak dulu ulasan keluarga.

Berdasarkan kamus KBBI kata keluarga memiliki beberapa arti.
1. n. ibu dan bapak beserta anak-anaknya, seisi rumah;
2. n orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; batih
3. n (kaum--) sanank saudara; kaum kerabat;
4. n. satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat

Sumber gambar: liputan6.com


Berbicara tentang keluarga selalu teringat sinteron Keluarga Cemara dengan intro lagunya yang masih tetap terngiang hingga sekarang.

Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga

Selamat pagi Emak
Selamat pagi Abah
Mentari hari ini berseri indah
Terima kasih Emak
Terima kasih Abah
Untuk tampil perkasa bagi kami putra putri yang siap berbakti

Agil sama Ara! Teteh mau jualan opak dulu ya
Ya TehJangan lupa bilang sama Abah ya!Ya TehYaMau permenPermen permen apa?Permen apa ajaA Teteh berangkat dulu yaYa Teh

Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga
Selamat pagi Emak
Selamat pagi Abah
Mentari hari ini berseri indah
Terima kasih Emak
Terima kasih Abah
Untuk tampil perkasa bagi kami putra putri yang siap berbakti

(sumber lagu://lirik.kapanlagi..com)


sumber: youtube

Sinetron ini diputar pada sekitar tahun 90 an. Sudah cukup lama ya? Saya tidak tahu apakah ada versi baru film ini karena saya lihat ada deretan penyanyi baru yang juga menyanyikan lagu ini. Mudah-mudahan film ini diproduksi kembali meskipun dengan versi yang berbeda. Pada tahun 2018 dibuat versi filmnya dengan judul yang sama dengan novel dan sinetronnya.

Yang menarik dari film yang dibintangi oleh  Adi Kurdi (Abah), Novia Kolopaking (Emak), Ceria Hade (Euis), Anisa Fujianti (Ara/Cemara)dan Pudji Lestari (Agil) adalah kisah yang tampak nyata diambil dari situasi keseharian. Permasalahan-permasalahan yang muncul juga mengalir. Mengambil suasana kehidupan sebuah kampung di Jawa Barat dengan sebutan abah dan Emak menjadi ciri khasnya. Tetapi meskipun menciri khaskan suatu daerah sesungguhnya isi dari film ini berlaku umum bagi semua daerah.

Sebuah keluarga inti yang tinggal di Jakarta harus menghadapi kenyataan bahwa harta benda mereka ludes akibat ditipu salah satu anggota keluarga besar mereka. Pindah ke desa di Kabupaten Bogor, Abah dan keluarga harus beradaptasi dengan segala ketidaknyamanan yang tak pernah dialami sebelumnya. Permasalahan datang silih berganti, tetapi keluarga ini tetap bertahan dalam keadaan gegar budaya.

Hal yang paling mengesankan dari sinetron karya Arswendo Atmowiloto ini adalah bagaimana permasalahan umum yang muncul diatasi dengan komunikasi indah antara orang tua dan anak-anaknya. Seorang Abah yang bijaksana dan arif dalam mengambil keputusan. Didampingi oleh seorang Emak yang sabar dengan beragam masalah yang muncul dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.  Permasalahan besar yang membuat mereka menjadi sekarang tidak membuat keluarga ini terpuruk. 

Penonton seolah dibawa pada kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar mereka. Tanpa banyak penjelasan itulah yang memang terjadi pada sebuah keluarga dan masyarakatnya. Mereka keluarga sederhana dan bahagia. Apakah tidak ada masalah yang muncul. Jelas ada masalah muncul justru bertubi-tubi dari berbagai sumber. Dari sumber Abahnya, Emaknya dan juga pada anak-anaknya. Tetapi dari berbagai masalah yang muncul keluarga ini menyikapi denggan luar biasa. Kerukunan dan kerjasama keluarga ini menjadi kekuatan utamanya. Selain tentu saja kesederhanaan yang terbentuk.

Saya pribadi merindukan film atau sinetron keluarga semacam Keluarga Cemara saat ini. Sebuah sinteron sederhana tetapi membalut pelajaran-pelajaran indah tentang hidup di dalamnya. Tontonan sinetron yang ada sekarang menurut saya jauh dari nilai-nilai kearifan lokal dan budaya lingkungan. Kita dibawa ke alam angan-angan dan permasalahan berandai-andai. Semoga masih ada sinetron baru yang muncul yang dapat menjadi tontonan sekaligus tuntunan. 

18 comments:

  1. Katahuan, sudah "senior".
    Saya juga merindukan sinetron-sinetron sejenis seperti Rumah Masa Depan. Penulis ceritanya mungkin banyak, mungkin selera pasar yang menyebabkan produser enggan memroduksi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kangen tontonan seperti itu. Apa selera pasar sdh berubah? Sekarang era zaman now.

      Delete
  2. Benar bu. Tontonan yg asyik dan edukatif. Sekarang mungkin gak laku tontonan macam ini😑

    ReplyDelete
  3. Semoga Bunda. Rangsang anak didik untuk berani berkreasi. Dengan dukungan dari orang tua dan guru merekacnantinya berani membuat karya yang bagus seperti Keluarga Cemara fan sejenisnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mulai dari membuat ceritanya dulu ya Pak. Sekarang sdh mulai muncul para sineas muda. Berharap banyak dengan mereka.

      Delete
  4. Keluarga Cemara! Fiks kita sama-sama masih muda. Ha ha ha

    ReplyDelete
  5. Ya Pak, sudah lewat eranya kali ya Pak.

    ReplyDelete
  6. Betul sekali Bu Suyati film zaman sekarang tidak banyak menonjolkan nilai kehidupan .

    ReplyDelete
  7. Iya Bu mudah2an sineas-sineas muda bisa menghasilkan sinetron yang bagus dan mendidik. Tapi memang perlu dukungan pasar.

    ReplyDelete
  8. https://www.youtube.com/watch?v=r90R3D6K3Jw&list=PLAO-27pz0wle62SYABG4SvH-QygmN-4Lz

    Itu ada link keluarga cemara versi terbarunya, walaupun hanya triler dan potongan klip saja..

    Tulisan Ibu jadi mengingatkan masa kecil saya... heeheheh

    Bagaimana kabar euis yaa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Pak Indra. Pengobat rindu meski beda rasa.

      Delete
  9. Tontonan favorit keluarga waktu kecil dulu.

    Tahun 2018 di buat versi filmnya tapi saya kurang suka, soalnya pemerannya bukan pemeran di sinetronnya. Sementara kan Abah itu udah lekat banget sama Adi Kurdi. Abah diperankan sama Ringgo Agus Rahman yang seringnya berperan kocak jadi agak gimana gitu nontonnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul kesan sama tokoh jadi membuat beda rasa. Masih terkenang yang lama.

      Delete
  10. Selain si Doel Anak Sekolahan, sinetron Keluarga Cemara memang mengasyikkan untuk ditonton. Memperlihatkan realitas yang banyak dialami oleh masyarakat kita. Bandingkan dengan sinetron sekarang yang ceritanya sangat tidak bermutu. Tapi celakanya, banyak yang suka. Hem, banyak di antara masyarakat kita yang mau-maunya dibodohi begitu ya? Hem...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu pasarnya jadi beda respon. Sinetron bermutu jadi nggak laku.

      Delete
  11. Aku juga kangen sinetron itu, teringat masa kanak-kanak

    ReplyDelete
  12. Betul bu mengenang masa kanak-kanak sejenak.

    ReplyDelete

Joker

Oleh: Suyati  Kurasakan perihnya dia tertawa  Tertawa ketika terluka  Oleh perih duka yang tiada tara  Ditutupi dengan bahagia di muka  Luka...