Monday 26 April 2021

Zona Nyaman, Haruskah DiTinggalkan?


 Hari ini Senin, 26 April 2021 merupakan hari terakir tentang menulis di bulan April dengan tema huruf. #April Challenge Huruf Z. Wow menuliskan tantangan terakhir di bulan April menggelorakan sekaligus mengingatkan proses yang sudah dilalui hampir satu bulan ini. 

slideshare

Betapa tidak mudah kita keluar dari zona nyaman. Mengapa kita harus mengikuti tantangan seperti ini. Bukanlah lebih asyik kita fokus saja mengajar tanpa diikuti beban menulis? Mungkin demikian beberapa kali pikiran itu muncul. Apalagi ketika ide macet bertemu dengan huruf tertentu. Bingung mau menulis tentang apa berkaitan dengan huruf tertentu.

Inilah yang sudah kita rasakan bersama. Zona nyaman. Sering kita mendengarnya. Sering kita mencarinya. Kita mencoba mencapainya. Tapi ada juga yang menyarankan untuk segera meninggalkannya. Mengapa? Karena terlalu lama di zona nyaman akan sangat berbahaya bagi keberlangsungan hidup kita. Begitukah?

Apakah itu zona nyaman? Menurut KBBI zona nyaman diartikan sebagai posisi atau keadaan fisik atau psikologis ketika seseorang merasa aman, nyaman, atau bebas dari ketidaknyamanan fisik atau stres. Nah berdasarkan pengertian tersebut sudah berada di zona nyamankah kita?

Saya dulu merasa saya sudah berada di zona nyaman. Bisa belajar dan menuntut ilmu hingga bisa kuliah. Tidak semua teman saya bisa menikmatinya. Entah karena itu atau bukan kemudian saya menjadi guru dan menjadi PNS beberapa tahun kemudian. Saat itu saya dan orang lain pun berpikir bahwa saya sudah berada di zona nyaman. Apa yang kurang? Bekerja, PNS pula dan kemudian mendapat sertifikasi pendidik. 

Ciri-ciri orang yang sudah berada di zona nyaman:

1. Mereka hanya berpikir dan bekerja dengan cara biasa, aman dan pasti saja. Tidak mau menggunakan cara-cara dan terobosan baru dalam berpikir dan bekerja.

2. Kepandaian Anda membuat berbagai alasan. Alasan untuk tetap mempertahankan cara-cara lama dan tidak melakukan hal yang baru.

3. Mereka mengalami perubahan yang linear.  Dari dulu sampai sekarang hidupnya seperti itu-itu saja. 

4. Mereka menyerah pada nasib. Mereka mengatakan bahwa hidup yang mereka jalani memang sudh menjadi nasib mereka.

Bagaimana dengan ciri-ciri di atas? Termasukkah Anda di dalamnya? Sesuaikah ciri-ciri tersebut dengan hidup Anda? Bagi orang-orang yang tidak suka hidup stagnan, maka hal tersebut sangat menjemukan. Mereka berjuang untuk keluar dari zona tersebut. Harus ada perubahan dalam hidup. Lalu bagaimana cara agar kita bisa keluar dari zona nyaman? 

Dari sebuah ebook dari www.zonasukses.com (Anda dapat mendowloadnya di link tersebut untuk mendapatkan bukunya dan beberapa tips-tips sukses lainnya), ada cara agar kita bisa keluar dari zona nyaman. Cara tesebut adalah kembali ke titik nol. Mengubah keyakinan (bukan keyakinan agama) dan paradigma yang selama ini menjadi pegangan kita dalam berpikir dan bekerja. Yang membuat kita tidak mau meninggalkan zona nyaman.

twitter

Ketidaknyamanan proses pelaksanaan proses pembelajaran yang awalnya tatap muka memang mucul pada awal-awal pandemi covid 19. Berbagai hal yang semula kita merasa nyaman dan berjalan biasa, tiba-tiba berubah menjadi hal yang tidak nyaman lagi. Zona nyaman pembelajaran tatap muka berganti menjadi zona ketidaknyaman.

Bagi yang tidak bisa berubah dari zona nyaman, tentu hal ini tidak mudah. Apalagi banyak media yang juga berubah untuk menyampaikan materi yang selama ini diberikan secara langsung. Keluhan tentu saja sering muncul dan terdengar karena penyesuaian yang tidak gampang memang. Tapi toh akhirnya kita bisa melewati zona ketidaknyamanan ini. Dengan apa? Belajar. 

Benar. Belajar mengubah paradigma kita. Dulu kita tidak terlalu peduli dengan berbagai teknologi dalam kegiatan mengajar kita. tetapi dengan adanya pandemi ini, kita tahu bahwa teknologi sangat membantu kita dalam proses PJJ sekarang. Kita belajar aplikasi whatapps. Belajar tentang google formulir, google drive, tentang blog dan masih banyak lagi yang sekarang semakin akrab dengan dunia pembelajaran sekarang.

Demikian pula dengan menulis. Siapa yang yakin punya bakat menulis sebelumnya. Zona nyaman kita adalah bercerita secara lisan. Mengobrol. Kita tidak nyaman ketika kita disuruh untuk membuat tulisan dari apa yang bisa kita ceritakan secara panjang lebar. Tetapi ketika kita akan menulis, semuanya seperti terhenti. Kita menjadi tidak nyaman untuk menulis. Kita berada di zona tidak nyaman menulis. Tetapi kita berada di zona nyaman bercerita lisan.

Apa yang terjadi ketika kita berpindah dari zona nyaman bercerita lisan menjadi menulis? Ternyata kita bisa juga. Apakah mudah? Anda sendiri yang bisa menjawabnya. Kalau saya pribadi tidak. Banyak hal yang terpikir ketika menulis. Terutama dari kepenulisan, urutan ide tulisan menjadi penghambat. Tapiyakinlah ternyata dengan belajar kita bisa sedikiti demi sedikit berpindah dari zona nyaman bercerita lisan menuju ke menulis. Siapkan kita berpindah dari zona nyaman ini menuju zona tidak nyaman menulis?  Anda sudah menjawabnya dengan menulis seluruh tantangan #AprilChallenge ini. Selamat berpindah. Selamat berubah. Selamat berkarya dengan hal-hal yang baru.

jurnas.com




9 comments:

  1. Tetap semangat bunda... Kita harus maju dan berkembang. Kita harus keluar dari xona nyanan.. Bismilah

    ReplyDelete
  2. Keren artikelnya, bun...
    Semangat terus meski April Challenge sudah berakhir ,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Bu Pipit. Insya allah Bu coba terus menulis.

      Delete
  3. Duh ... jadi mikir ini nenek. semua ciri orang yang berada pada zona nyaman ada semua pada dirikuh. Selamat sore, Mbak Sayuti. Salam kenal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal balik Bunda. Terima kasih kunjungannya.

      Delete
  4. Wah blognya cantik. Keren berhasil menyelesaikan challenge menulis sesuai abjad 👍🏻 berarti sudah keluar dari zona nyaman, ya? Hehehe

    ReplyDelete
  5. Terima kasih Bu Ditta. Semoga Bu, terus bergerak dari zona nyaman dengan menulis.

    ReplyDelete
  6. Siap, untuk apa berdarah-darah, istilahnya, kalau hanya untuk tingal di zona nyaman.

    ReplyDelete

Joker

Oleh: Suyati  Kurasakan perihnya dia tertawa  Tertawa ketika terluka  Oleh perih duka yang tiada tara  Ditutupi dengan bahagia di muka  Luka...