Saat manusia merasa lemah, seakan hidup ini terlalu berat untuk dipikul, di sanalah titik di mana Allah paling dekat. Bukan karena kita kuat, tapi karena kita menyerah dalam makna yang paling mulia menyerahkan segalanya kepada Dia yang Maha Menguatkan. Inilah kisah tentang 1% kekuatan dan 99% tawakal.
Di suatu titik, kita semua pasti akan merasa tidak sanggup. Nafas terasa pendek, harapan kian surut, dan semangat perlahan luruh. Dunia tidak sedang bersahabat, dan beban yang ada di pundak terasa jauh lebih berat dari kemampuan yang kita miliki. Dalam titik paling rendah itulah biasanya kita mengangkat wajah ke langit, lalu berkata lirih, “Ya Allah… aku lelah.” Kalimat itu bukan bentuk kekalahan. Justru di situlah letak kekuatan. Sebab yang tersisa dari diri kita hanyalah 1% upaya sementara 99% lainnya kita serahkan pada Allah.
Kalimat dalam gambar itu bukan sekadar kata kata. Itu adalah bentuk dari isti’anah (permohonan pertolongan) kepada Allah. Dalam Al-Qur'an, Allah mengajarkan kita untuk menjadikan-Nya satu satunya tempat bergantung:
﴿ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴾
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)
Ketika seseorang berkata, “1% kuatt... 99% hasbunallah,” itu bukan bentuk pesimisme. Itu justru bentuk keimanan yang paling dalam. “Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nasir” bukan hanya lantunan indah, tapi senjata orang orang beriman.
Kalimat tersebut adalah dzikir yang diucapkan oleh para sahabat Rasulullah ﷺ saat mereka dihadapkan pada ketakutan besar setelah perang Uhud. Allah abadikan momen itu dalam firman-Nya:
﴿ الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ ﴾
“(Yaitu) orang-orang (yang) ketika ada orang berkata kepada mereka: ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: ‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Dia sebaik-baik pelindung.’” (QS. Ali Imran: 173)
Cukuplah Allah. Itu saja.
Satu satunya yang kita butuhkan ketika semua tidak lagi bisa diandalkan. Ketika manusia mulai menjauh, ketika uang tidak lagi bisa menyelesaikan masalah, ketika kecerdasan tak mampu memecahkan kebuntuan, dan bahkan ketika kekuatan fisik sudah menyerah. Di titik itu, hasbunallah menjadi pelita di lorong gelap hidup kita.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pun mengucapkan kalimat ini ketika dilempar ke dalam kobaran api oleh Raja Namrud. Dalam hadits disebutkan:
قال إبراهيم حين أُلقي في النار: حسبي الله ونعم الوكيل
“Ibrahim berkata ketika dilemparkan ke dalam api: Hasbiyallahu wa ni’mal wakil (Cukuplah Allah bagiku dan Dialah sebaik-baik pelindung).” (HR. Bukhari no. 4563)
Api itu menjadi dingin. Musuh itu takluk. Karena yang membela Ibrahim bukan bala tentara, melainkan Rabb semesta alam.
Jadi, ketika kita hanya punya 1% kekuatan, tidak masalah. Karena kita punya Allah. Ketika hati sudah remuk, air mata tak berhenti menetes, dan akal tak lagi bisa mencari solusi, ucapkan:
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Dia sebaik-baik Pelindung, sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
Inilah bentuk tauhid paling hakiki. Menyerahkan diri total kepada Allah tanpa syarat. Keyakinan bahwa semua yang terjadi adalah takdir terbaik dari-Nya, walaupun dari mata manusia tampak buruk. Rasulullah ﷺ bersabda:
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan itu bersama kesempitan, dan bersama kesulitan pasti ada kemudahan.” (HR. Ahmad, no. 2666)
Ayat dan hadits ini bukan teori kosong. Ia hidup dalam keseharian orang orang yang diuji hebat. Seorang ibu yang ditinggal anaknya, seorang ayah yang kehilangan pekerjaan, seorang anak muda yang berjuang menyelesaikan pendidikan dengan segala keterbatasan. Mereka tidak kuat karena mereka mampu, tetapi karena mereka bersandar kepada yang Maha Mampu.
Maka jangan pernah merasa malu jika kau hanya punya 1% kekuatan. Allah tidak menuntut hasil dari kita. Allah hanya meminta usaha. Bahkan sekecil apapun usaha itu, jika dibarengi dengan tawakal, akan digandakan oleh-Nya:
﴿ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ﴾
“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (QS. At-Talaq: 3)
Kalimat itu sederhana, tapi membawa kedamaian: “Hasbunallah wa ni’mal wakil.” Seolah hati ini diangkat dari kedalamannya, diberi ruang untuk bernafas, dan didekap dalam keyakinan bahwa semua akan baik baik saja. Mungkin tidak sekarang, tapi nanti. Allah tidak pernah ingkar janji. Dan doa doa tidak pernah sia sia.
Jika hari ini hatimu sedang lelah, jangan paksakan untuk tampak kuat. Cukup duduk diam, tundukkan kepala, lalu bisikkan lirih, “Ya Allah, aku hanya punya 1% kekuatan… sisanya, aku serahkan kepada-Mu.”
Dan lihatlah bagaimana 99% pertolongan-Nya bekerja, dengan cara cara yang sering kali tak terduga, dan dalam waktu yang selalu tepat.
No comments:
Post a Comment