Hari ini tema Kamis Menulis periode 13 Oktober 2022 kembali digulirkan. Tema yang diusung adalah "Hujan". Tepat benar dengan kondisi dan situasi saat ini.
Hampir setiap hari hujan turun dengan intensitas beragam. Namun di bulan Oktober ini lebih berintensitas tinggi. Hujan berlangsung bisa dari pagi hingga sore hari. Atau dari malam hari hingga pagi menjelang.
Beberapa kabar duka terjadi. Terjadinya longsor di beberapa tempat di Purbalingga karena tergerus oleh derasnya hujan. Yang terbaru adalah peristiwa banjir di Jakarta yang juga membekas luka di MTs Negeri 15 Jakarta.
Ya hujan bagi sebagian orang mungkin membuat aktivitas terganggu. Harus lebih berhati-hati saat berkendara karena kondisi jalan akan padat, merayap juga licin. Apa pun keadaanya perlu kita syukuri. Namun tetap waspada dan menjaga kondisi tubuh selama musim hujan. Meeskipun sangat menyenagkan berada di bawah guyuran hujan, namun faktor U harus menjadi perhitungan. Alih-alih mendapatkan kegembiaraan dan kebahagiaan malah yang diperoleh sakit flu dan deman.
Namun demikian kita tidak diperkenankan untuk mengutuk datangnya hujan. Ia tetap menjadi berkah. Dalam agama Islam kita diharapkan untuk berdoa:
Allahumma shoyyiban nafi'aan
Artinya: Ya Allah jadikanlah hujan ini bermanfaat.
Penulis sendiri termasuk yang sangat suka dengan hujan. Dari masa kanak-kanak suka hujan-hujanan. Hingga sekarang pun sebenarnya suka hanya tentu berbeda situasi dan kondisi. Sekarang sering merindukan hujan pada saat hari libur tiba. Mengapa? Ya jika di hari libur hujan terutama di pagi hari maka akan sangat menikmati hari. Suasana pagi yang sibuk dengan berbagai persiapan berangkat ke kantor tidak terjadi pada hari libur. Terlebih jika hujan di pagi hari. Kita melanjutkan bersantai ria dengan berkumpul di depan televisi bersama keluarga. Menonton televisi ditemani oleh sepiring pisang goreng atau rebusan ketela. Rasanya nyaman dan nikmat. It's the truly vacation. Inilah liburan yang sesungguhnya menurut penulis. Tidak melelahkan dan tetap bisa menikmati bersama keluarga tanpa banyak biaya dan energi.
Penulis juga suka menikmati suara yang ditimbulkan oleh suara hujan. Seperti ada nada-nada yang tercipta dari tetesannya. Apalagi saat menyentuh atap. Suara dan nada-nada inilah yang sering membuai penulis untuk mengantuk dan terlelap. Seperti sedang dibuai oleh nada-nada yang harmonis dan indah dari dunia dongeng. Maka ketika hujan turun bersiaplah untuk mengantuk dan terlelap.
Sampai begitu berkesannya penulis dengan hujan, maka muncullah puisi yang berkaitan dnegan hujan. Berikut puisinya. Puisi-puisi beerikut sudah muncul pada buku solo penulis yang berjudul "Pada Wajah-Wajah" tahun 2021
Air jatuh dari langit yang menghitam
Deras mengalir memandikan bumi
Bocah kecil tertawa riang
Berlari kecil manari dengan lincahnya
Seiring gerimis hujan yang kian derasnya
Hujan dan bocah Tak terpisahkan adanya
Di sini hujan disini bocah gembira
Lepaskan keriangan hati
Yang tak terbatasi dingin dan gemuruh angin
Titik-titik air adalah irama
Berpacu satu mencipta nada
Mengiringi lagu-lagu keriangan yang merdu
Keluar dari mulut kecil yang berceloteh
Mendendangkan tarian-tarian alami
Dengan tangan dan kaki kecil yang siap menapaki bumi
(Teruntuk bocah kecil di Amanah Komputer, thanks for the inspiration)
Yogyakarta, 3 November 1999
Wah mantuul puisi2nya...
ReplyDeleteTerima kasih Ambu atas apresiasi dan kunjungannya.
DeleteLuar biasa.... Di selipkan puisi juga dlm tulisannya.. keren .
ReplyDeleteTerima apresiasi dan kunjungannya Bu Atik.
DeletePuisinya luar biasa Bu.
ReplyDeleteSaya juga punya kenangan dengan hujan
Merindu Abah ada kisah romantis dan manis dibalik hujan . He
Wah bisa menjadi bahan ide cerita itu Bu Ovi. Terima kasih kunjungannya.
DeleteLuar biasa ceritanya,. puisi-puisinya juga indah
ReplyDeleteTerima kasih atas apresiasi dan kunjungannya Bu Nani.
DeleteKeren...berbagi puisi,
ReplyDeleteTerima kasih Mak. Puisi lama hanya berkaitan dengan tema, maka saya share kembali.
DeleteTerima kasih Bu Sri Wulan atas apresiasi dan kunjungannya.
ReplyDelete