Hari ini adalah hari libur memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Senantiasa terbayang kemuliaan akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya kepada para sahabat yang mendukung beliau bahkan terhadap musuh yang senantiasa membencinya, beliau tidak menghilangkan ketinggian akhlak yang luar biasa. Berikut beberapa saya selipkan kisah-kisah tersebut dalam blog ini untuk mengingatkan diri u tuk senantiasa meneladani akhlak Rosulullah, menegakkan sunah-sunah beliau dan senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
1. Kisah Nabi Muhammad dan Pengemis Buta
Dikisahkan saat Nabi Muhammad SAW tengah
menyebarkan ajaran agama islam, terdapat seorang pengemis buta yang selalu
menghina dan membenci Rasulullah, bahkan ia tidak segan-segan untuk menghasut
orang lain agar membenci rasul. Jika ada seseorang yang mendekatinya, pengemis
buta tersebut akan berkata "Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad. Dia
itu orang gila, pembohong, tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya maka
kalian akan dipengaruhinya!".
Hal itu sendiri terus
menerus dikatakan oleh si pengemis buta kepada seseorang yang setiap hari
memberikannya makanan bahkan menyuapinya. Kemudian pada suatu hari, ia merasa
sangat kelaparan karena seseorang yang biasa memberikannya makanan dan
mendengar ujaran kebenciannya kepada nabi Muhammad tidak kunjung menemuinya.
Pada hari berikutnya,
ada seseorang yang kembali mendatangi pengemis buta tersebut dan menyuapinya.
Namun si pengemis tersebut sadar bahwa orang yang menyuapinya kali ini sangat
berbeda dengan seseorang yang sering menyuapinya selama ini. Lalu ia pun
berkata "Siapakah kamu? Kamu bukanlah orang yang biasa mendatangiku".
Singkat cerita,
seseorang yang datang hari ini menjawab Aku memang bukan orang yang biasa
datang kepadamu. Aku adalah salah seorang sahabatnya. Namaku Abu Bakar. Orang
mulia yang biasa memberimu makan itu telah meninggal dunia. Dia adalah nabi
Muhammad SAW".
Jawaban tersebut
sontak membuat si pengemis buta tersebut kaget dan merasa sangat menyesal telah
memperolok nabi Muhammad, seseorang ang jelas-jelas selalu ia caci maki namun
tetap memberikannya perhatian selama ini. Kemudian iapun tersadar bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah sosok yang memiliki akhlak sangat mulia. Beliau adalah
pribadi yahg selalu bersabar dan ikhlas dalam menebar kebaikan bagi banyak
orang.
2. Kisah Orang Badui
dan Akhlak Rosulullah
Kecintaan umat kepada
Rasulullah sering ditunjukkan sejak masa sahabat dahulu hingga para ulama masa
kini. Mereka tak sanggup menceritakan kemuliaan Nabi Muhammad SAW atau
melukiskannya dengan kata-kata. Hanya air matalah yang mampu menjawab
pertanyaan tentang kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
Ada satu kisah seorang Arab Badui yang ingin
mengetahui seperti apa akhlak Rasulullah SAW. Beberapa
waktu setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para sahabat masih dalam keadaan
sangat berduka.
Seorang Arab badui menemui Sayyidina Umar bin
Khattab RA dan berkata, “Ceritakan padaku tentang akhlak Muhammad!” Sayyidina
Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa.
Ia menyuruh Arab badui ini menemui Bilal RA.
Setelah ditemui dan diajukan permintaan yang sama, Bilal pun menangis dan tak
sanggup menceritakan apa pun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tadi menjumpai
Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA. Si Badui ini merasa heran.
Bukankah Sayyidina Umar dan Bilal sahabat-sahabat
senior dan setia Nabi? Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad?
Dengan berharap-harap cemas, Badui ini kemudian menemui Sayyidina Ali.
Dengan linangan air mata Sayyidina Ali berkata,
“Ceritakan padaku keindahan dunia ini! Badui ini menjawab, “Bagaimana mungkin
aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini….”
Ali kemudian berkata, “Engkau tak sanggup
menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini
kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan
akhlak Muhammad SAW, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh 'Muhammad
Memiliki Budi Pekerti Yang Agung.”.
3. Nabi Muhammad Saw dan Anas bin Malik ra
Nabi Muhammad SAW tidak hanya memerintah para Sahabatnya saja
untuk berakhlak baik, melainkan juga memberikan teladan bagi mereka. Anas bin
Malik ra. salah seorang sahabat yang sekaligus menjadi pembantu Nabi selama
sepuluh tahun menyatakan:
“Rasulullah SAW adalah orang yang paling santun di dunia ini.
Suatu ketika ia menyuruhku pergi memenuhi kebutuhannya. Aku katakan kepadanya,
aku tidak mau tapi di hati, aku berkata nanti aku akan pergi mentaatinya.
Akhirnya kuputuskan pergi. Di tengah jalan, aku menjumpai teman-teman
bermainku. Aku pun bermain bersama mereka hingga lupa pesan Rasulullah SAW.
Tiba-tiba beliau berada di belakangku dan tersenyum, “Wahai Anas, sudahkah kau
pergi ke tempat yang kuperintahkan?” Aku pun langsung pergi memenuhi
permintaannya.” (HR.
Muslim [2310]).[3]
Dari cerita Anas bin Malik di
atas, kita mengetahui bagaimana Rasulullah SAW tidak marah sama sekali saat
perintahnya tidak diindahkan oleh Anas. Nabi justru menegur dan mengingatkan
Anas dengan senyuman. Keramahan inilah yang selalu terekam di ingatan Anas
bahwa, Rasulullah SAW orang yang paling santun di dunia ini.
4. Nabi Muhammad dan Kaum Thaif
Kesantunan Nabi
Muhammad SAW juga terekam dalam peristiwa Thaif. Saat dakwah
Islam mengalami kebuntuan di Makkah, Nabi Muhammad SAW. beserta Zaid bin
Haritsha ra. mencoba membentangkan dakwah beliau ke kota yang terletak di
tenggara Makkah, yaitu Thaif. Sesampai di kota itu, ternyata Nabi disambut dengan
cacian dan ejekan. Pembesar kota Thaif menolak mentah-mentah diplomasi Nabi dan
mengusir beliau. Penduduk setempat juga diperintahkan menghujani Nabi beserta
sahabatnya dengan cacian, bahkan dengan lemparan bebatuan. Nabi Muhammad SAW.
lari meningalkan kota Thaif dengan kaki terpincang berlumuran darah. Sedangkan
kepala Zaid bin Haritsah memancarkan darah segar.
Setelah berada di tempat yang
aman, dua manusia pilihan itu beristirahat membersihkan luka. Nabi Muhammad SAW
menengadahkan tangannya bermunajat kepada Allah,
اللَّهُمَّ إِلَيْكَ أَشْكُو ضَعْفَ قُوَّتِي، وَقِلَّةَ حِيلَتِي، وَهَوَانِي عَلَى النَّاسِ
“Ya Allah, Sungguh kepada-Mu kuadukan kelemahan diriku, keterbatasan upayaku serta hinanya diriku di hadapan manusia,” (HR. Thabrani [14746] dari Abdullah bin Ja’far). Rintihan Nabi tersebut sama sekali tidak menyebut kebiadaban masyarakat Thaif. Tidak ada laknat dan sumpah serapah yang keluar dari mulut Nabi, justru dengan kerendahan hati, Nabi mengakui kelemahan dirinya.
Sumber referensi:
https://kumparan.com/berita-terkini/kisah-nabi-muhammad-yang-miliki-akhlak-mulia-1v6CS7JWmKd/full
No comments:
Post a Comment