Thursday 2 February 2023

Kisah Penuh Ibrah dari Rasulullah

 Selimut Curian dan Dua Bidadari


1. Sang Penggembala yang Belum Sempat Sholat selama Hidupnya


Sejarah mencatat identitasnya dengan nama Al Aswad. Ia seorang penggembala kambing milik Yahudi Khaibar.


Ketika Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengepung salah satu benteng Khaibar, Al Aswad datang bersama kambing-kambing gembalaannya.


Begitu bertemu Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam, ia pun berseru, “Ya Rasulullah, terangkan kepadaku mengenai Islam.”


Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam pun menerangkan kepadanya tentang Islam. 


Spontan tanpa pikir panjang, ia pun masuk Islam. 


Memang, Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam tak pernah meremehkan seorang pun untuk menyeru dan menerangkan kepadanya tentang Islam. Siapa pun yang datang kepadanya, selalu ia sambut dengan riang. Tanpa pilih kasih meski sekadar seorang penggembala kambing.


Setelah menyatakan masuk Islam, penggembala itu berkata, “Ya Rasulullah, saya ini seorang buruh yang bekerja pada pemilik kambing-kambing ini. Binatang-binatang ini amanat padaku. Apakah yang harus saya lakukan?”


“Pukullah wajah binatang-binatang itu. Mereka akan pulang kepada pemiliknya,” demikian kata Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam.


Mendengar saran Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam, bangkitlah Al Aswad, lalu diambilnya batu-batu kerikil sepenuh kedua telapak tangannya dan dia lemparkan ke muka kambing-kambing itu seraya mengatakan, “Pulanglah kepada tuanmu. Demi Allah, aku tak sudi lagi menemani kalian selama-lamanya.”


Kambing-kambing itu pun pulang kepada pemiliknya, seolah ada yang menggiring mereka hingga masuk ke dalam benteng.


Akan halnya Al Aswad, sesudah itu dia maju mendekati benteng Khaibar, bergabung dengan pasukan kaum Muslimin. Dia terkena batu, lalu syahid. Padahal, dia belum pernah shalat sama sekali. 


Jenazahnya lalu dibawa ke hadapan Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam.


Setelah tubuhnya diletakkan dengan ditutupi baju yang dipakainya, Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkenan melihatnya bersama beberapa orang sahabatnya. 


Tiba-tiba beliau berpaling dari mayat itu.


Para sahabat pun bertanya penuh heran, “Ya Rasulullah, mengapa Anda berpaling darinya?”


Rasulullah menjawab, “Dia sekarang ditunggui istrinya, dua bidadari.”


Ibnu Ishaq yang meriwayatkan kisah tersebut melanjutkan, “Pernah disampaikan kepada Abdullah bin Abi Najih bahwasanya tatkala seseorang syahid, kedua istrinya dari bidadari datang menjemputnya dengan sikap genit, sambil menepiskan debu-debu dari wajahnya, seraya berkata, ‘Semoga Allah menaburkan debu ke wajah orang yang menaburkan debu kepadamu dan semoga Dia membunuh orang yang telah membunuhmu.”


2. Selimut dan Tali Sandal dari Neraka


Setelah meninggalkan Khaibar, Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan pasukannya bergerak menuju Wadil Qura. Di tempat ini, bermukim sekelompok orang Yahudi.


Seperti dituturkan Abu Hurairah yang diriwayatkan Ibnu Ishaq, Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya sedang mencari tempat untuk meletakkan barang mereka. 


Saat itulah, tiba-tiba mereka diserang dengan panah. 


Karena dalam kondisi siaga, serangan itu berhasil dihindari. Namun sayang, seorang budak Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam tak sempat berkelit. Sebatang anak panah melesat ke arahnya. Seperti dijelaskan Imam Bukhari dalam Shahih-nya, budak bernama Mud’im yang merupakan hadiah dari Rifaah bin Zaid itu pun meninggal. 


Para sahabat yang menyaksikan kejadian itu langsung berseru, “Beruntunglah dia mendapat surga!”


Namun, Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam langsung membantah, “Tidak. Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya. Selimut yang dia curi dari Khaibar sebelum dibagikan akan menjadi api (neraka) yang akan membakarnya.”


Mendengar ucapan Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam tersebut, seorang sahabat menggeledah kembali budak itu. Ia menemukan tali sandal.


“Ini tali sandal dari neraka!” ujar Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam.


3. Melepas Ikat Kepala dari Neraka


Adalah Farwah, salah seorang prajurit kaum Muslimin saat itu. Karena panas yang terik, ia memungut sehelai kain lalu mengikatkan ke kepalanya, sekedar untuk meneduhi tubuhnya dari sengatan matahari.


Melihat hal itu,  Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam segera bersabda, “Ikat kepala itu dari api, kamu ikatkan pada kepalamu.” 


Mendengar hal itu, ia langsung melepas kain itu. Jika dipertahankan, berarti ia telah berlaku curang, mengambil bagian dari harta rampasan perang yang belum dibagikan. Ia telah melakukan pelanggaran meski hanya mengambil sehelai kain untuk ikat kepala.


4. Rasulullah Tidak Mau Menyolatkan Prajurit yang Gugur


Tersebutlah seorang laki-laki dari Asyja’. Ia tewas di medan perang. 


Namun, Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam tak berkenan menshalatkan mayatnya. Alasan beliau, “Sesungguhnya temanmu ini telah berbuat curang di jalan Allah.”


Ternyata benar. Di antara barang-barang miliknya, didapati sebutir marjan yang harganya tak sampai dua dirham!

No comments:

Post a Comment

Membeli Waktu

Assalamuallaikum warahmatulahi wabarakatuh  Bismillahirrahmanirrahim  Membeli Waktu Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul ...