“Education is not the filling of a pail, but the lighting of a fire” – William Butler Yeats
Pendidikan sesungguhnya bukanlah sekadar mengisi (ember) pengetahuan ke kepala siswa, tapi seharusnya juga menyalakan api rasa ingin tahu dan semangat belajar mereka.
Membaca kata-kata di atas saya sebagai guru terhenyak. Wah iya ya sampai saat ini pikiran saya biasanya hanya fokus kepada memberi pengetahuan yang saya ketahui untuk diketahui oleh siswa. Barangkali itu yang menyebabkan siswa tidak tertarik untuk belajar dengan kita? Mudah merasa bosan?
Kita seringkali mengeluh kok anak-anak tidak merespon materi yang kita sampaikan ya? Mereka cuek. Merasa tidak membutuhkan. Jangan-jangan benar mereka merasa tidak membutuhkan itu. Tidak penting bagi mereka. Nah sebenarnya siapa yang salah?
Kita sebagai guru kurang menyelami kebutuhan anak dari sudut pandang mereka. Yang kita tahu anak-anak memerlukan ini untuk mengerjakan dan menyelesaikan sebuah penilaian. Sehingga selalu kita berikan materi yang menurut kita dibutuhkan oleh anak. Padahala anak merasa tidak membutuhkan. Menjadi tidak klik kan?
Kita menganggap siswa adalah sebuah ember kosong yang perlu diisi. Padahal tidak demikian. Mereka sudah mempunyai pengalaman yang mereka bawa dari sebelum ke sekolah. Entah itu dari keluarga, dari lingkungan bermain atau mungkin juga dari media sosial. Jika kita mengabaikan pengalaman mereka dalam pembelajaran kita maka yakinlah mereka tidak merasa tertarik dengan pelajaran kita. Karena tidak nyambung dengan yang mereka bawa di otak dan pikiran mereka.
Bagaimana mengobarkan keingintahuan siswa? Kaitkan pengalaman siswa dengan materi yang kita ajarkan. Gali sedalam mungkin pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Bisa dilakukan lewat pertanyaan, lewat cerita, atau juga lewat pendapat siswa tentang suatu hal. Biarlah mereka juga mencari sebanyak mungkin hal yang terkait dengan materi yang sedang disampaikan. Bisa bermacam-macam sumber dan bentuknya.
JIka anak-anak sudah terbangkitkan rasa ingin tahunya maka pembelajaran akan berlangsung secara aktif. Guru hanya mendampingi dan menjadi fasilitator pembelajaran. Siswa sudah bisa berjalan dan melaksanakan pembelajaran secara mandiri. Inilah yang sekarang sangat diperlukan. Untuk mengobarkan rasa keingintahuan siswa pada masa BDR.
Nah pertanyaannya sudahkah kita menjadi guru yang menyalakan api keingintahuan siswa-siswa kita? Atau kita termasuk guru yang hanya mengisi sebuah ember kosong. Sehingga kemudian menjadi penuh dan luber? Anda sendiri yang tahu jawabannya. Selamat berkarya. Belajar. Belajar dan Belajar.
Menangkap keingintahuan siswa, agar pembelajaran lebih bermakna.
ReplyDeleteTerimakasih Bu