Saturday 23 December 2023

Parenting Musabangga: Circleku Bukan Circle Bullying

 



Sumber gambar: bali.kemenag.go.id

Berkaitan dengan kegiatan pembagian rapor, SD Muhammadiyah 1 Purbalingga mengadakan kegiatan parenting sekaligus sosialisasi untuk pelaksanaan kegiatan pencegahan aksi bullying dalam rangkaian kegiatan Sekolah Ramah anak (SRA). Kegiatan  ini dilaksanakan di Gedung Kesenian SMK Muhammadiyah Bobotsari dengan peserta wali murid kelas I-VI SD Musabangga. 
Pada parenting 23 Desember 2023 ini mengambil tema "Circleku Bukan Circle Bullying, Circleku Menyenangkan. "

Disampaikan oleh Ibu Kurniasih Dwi Purwanti, M.Psi (Psikolog Klinis RSUD Goeteng)

Kesan orang terhadap psikologi adalah anggapan ada permasalahan tentang kejiwaan seseorang sehingga orang cenderung llebih takut ke psikolog daripada ke dokter gigi.

Sehat jiwa :

1. Mampu menyadari atau mengenali potensi

2. Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah;

3. Mampu bekerja secara produktif, untuk anak berarti mampu belajar di sekolah.

Anak-anak kita memiliki tantangan yang berbeda yang dihadapi orang tua. 


Masalah mental yang muncul seringkali disebabkan oleh:

1. Korban bullying 

2. Pengguna gadget yang berlebihan

3. Masalah orientasi seksual

4. 

Kasus bullying merupakan fenomenal gunung es. Yang dilaporkan tidak sebanyak yang sebenar terjadi di dunia nyata. Fakta yang terjadi adalah:

Sumber gambar: brin.go.id


Klien psikologi 85% menyampaikan pernah dibully dan sebagai salah satu dasar permasalahan  (Uni, 2023)

Bullying dikenal sebagai penindasan/perundungan (dalam bahasa Indonesia)

Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang dengan niat untuk menyakiti, merendahkan, atau mendominasi orang lain yang dianggap lebih lemah atau rentan. Bullying dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti di sekolah, tempat kerja, atau bahkan di lingkungan online.

Beberapa bentuk umum dari bullying melibatkan tindakan fisik, verbal, atau sosial. Berikut adalah beberapa contoh:

Bullying Fisik: Melibatkan tindakan fisik yang menyakiti atau merugikan seseorang, seperti pukulan, tendangan, atau perusakan properti.

Bullying Verbal: Melibatkan penggunaan kata-kata kasar, ancaman, ejekan, atau sindiran untuk menyakiti perasaan seseorang.

Bullying Sosial: Melibatkan tindakan yang dirancang untuk mengisolasi seseorang dari kelompok atau

Anak yang menjadi korban bullying dapat memiliki berbagai karakteristik, meskipun penting untuk diingat bahwa tidak semua anak dengan karakteristik ini akan menjadi korban bullying. Setiap anak unik, dan faktor-faktor lingkungan dan sosial juga memainkan peran penting. 

Berikut adalah beberapa karakteristik umum yang mungkin dimiliki oleh anak yang menjadi korban bullying:

1. Ketidakpercayaan Diri Rendah:

Anak-anak yang memiliki tingkat kepercayaan diri rendah atau merasa tidak aman tentang diri mereka sendiri cenderung menjadi target yang lebih mudah bagi pelaku bullying.

2. Penampilan Fisik atau Perbedaan:

Anak-anak yang memiliki penampilan fisik yang berbeda atau memiliki karakteristik yang membedakan diri dari norma sering kali menjadi target bullying. Ini dapat mencakup berat badan, tinggi badan, warna kulit, atau perbedaan lainnya.

3. Keterbatasan Sosial atau Keterampilan Komunikasi:

Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial atau memiliki keterampilan komunikasi yang terbatas mungkin lebih rentan terhadap bullying.

4. Ketidaksesuaian Sosial:

Anak-anak yang kesulitan beradaptasi dengan norma sosial atau memiliki minat yang dianggap aneh oleh sebagian besar teman sebaya mereka dapat menjadi target bullying.

5. Ketidakmampuan untuk Menyembunyikan Emosi:

Anak-anak yang menunjukkan reaksi emosional yang kuat terhadap situasi sulit atau yang sulit menyembunyikan perasaan mereka mungkin lebih mudah menjadi sasaran bullying.

6. Kelemahan Fisik atau Kesehatan:

Anak-anak dengan kelemahan fisik atau masalah kesehatan mungkin lebih mudah menjadi target karena sulit untuk mempertahankan diri mereka sendiri.

7. Isolasi Sosial:

Anak-anak yang sering kali mengisolasi diri atau kesulitan membangun hubungan sosial yang positif mungkin lebih rentan terhadap bullying.

8. Tidak Terlibat dalam Aktivitas Sekolah atau Ekstrakurikuler:

Anak-anak yang tidak terlibat dalam kegiatan sekolah atau ekstrakurikuler mungkin memiliki peluang lebih sedikit untuk membangun hubungan positif, membuat mereka lebih rentan terhadap bullying.

Penting untuk dicatat bahwa karakteristik ini tidak mutlak menentukan apakah seseorang akan menjadi korban bullying, dan setiap situasi unik. Faktor-faktor lain seperti dukungan sosial, keterampilan pengaturan diri, dan peran lingkungan sekolah juga memainkan peran penting dalam mencegah dan mengatasi bullying.


Dampak dari pembullyingan atau perundungan adalah:

Dampak pada Korban (Korban Bullying):

Masalah Kesehatan Mental:

 # Depresi: Korban bullying dapat mengalami gejala depresi, termasuk perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat, dan kurangnya energi.

# Kecemasan: Bullying dapat meningkatkan tingkat kecemasan pada korban, yang mungkin merasa tidak aman dan khawatir secara terus-menerus.

# Stres dan Trauma: Stres Kronis: Korban bullying seringkali mengalami stres kronis yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan fisik dan mental mereka.

# Trauma Psikologis: Bullying yang intens dapat menyebabkan trauma psikologis, yang dapat memengaruhi cara korban melihat diri mereka dan dunia di sekitar mereka.

# Penurunan Prestasi Akademis: Korban bullying mungkin kesulitan berkonsentrasi di sekolah dan mengalami penurunan prestasi akademis sebagai akibat dari stres dan distraksi emosional.

# Isolasi Sosial: Korban bullying mungkin mengalami isolasi sosial karena takut atau malu untuk berinteraksi dengan teman sebaya.

# Perilaku Merusak Diri: Beberapa korban bullying dapat mengalami perilaku merusak diri, seperti menyakiti diri sendiri atau bahkan berpikir untuk bunuh diri.

# Masalah Fisik: Bullying dapat menyebabkan masalah fisik, seperti sakit perut, sakit kepala, gangguan tidur, dan gejala-gejala fisik lainnya.


Dampak pada Pelaku (Pembully):

# Risiko Perilaku Kriminal di Masa Depan:

Pembully yang tidak mendapatkan intervensi dan dukungan mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku kriminal di masa dewasa.

# Masalah Kesehatan Mental:

 Pembully juga dapat mengalami masalah kesehatan mental, termasuk gangguan perilaku dan kecenderungan agresif.

# Hambatan dalam Hubungan Sosial:

 Pembully mungkin mengalami kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat dan positif dengan orang lain.

# Masalah Akademis:

Beberapa pembully mungkin menghadapi masalah akademis karena perilaku mereka yang merugikan.

Dampak pada Saksi atau Pengamat:

1. Rasa Takut atau Kecemasan:

Saksi atau pengamat bullying mungkin merasa takut atau cemas karena menjadi saksi tindakan kekerasan atau intimidasi.

2. Perubahan Perilaku:

Mereka yang menyaksikan bullying mungkin mengalami perubahan perilaku, termasuk penarikan diri atau penurunan motivasi.

Dampak pada Lingkungan Sekolah dan Masyarakat:

# Perasaan Tidak Aman:

 Budaya sekolah atau masyarakat yang membiarkan bullying dapat menciptakan perasaan tidak aman dan tidak nyaman bagi semua orang.

# Gangguan Terhadap Proses Pembelajaran:

Bullying dapat mengganggu proses pembelajaran di sekolah dan mempengaruhi kesejahteraan siswa secara keseluruhan.

# Munculnya Sikap Anti-sosial:

Budaya yang membiarkan bullying dapat menyebabkan munculnya sikap anti-sosial di antara anggota masyarakat, dengan dampak negatif pada kohesi sosial.

Penting untuk mengatasi masalah bullying dengan pendekatan holistik yang melibatkan kerjasama antara anak, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pencegahan dan intervensi diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua individu.

Anak-anak yang melakukan tindakan bullying dapat memiliki berbagai karakteristik. Penting untuk diingat bahwa karakteristik ini bersifat umum, dan tidak semua anak yang memiliki satu atau beberapa dari karakteristik ini akan menjadi pembully. Beberapa karakteristik umum anak yang terlibat dalam tindakan bullying meliputi:

1. Kurangnya Empati:

Pembully sering kali kurang empati atau kesadaran terhadap perasaan dan pengalaman orang lain. Mereka mungkin tidak dapat memahami atau merasakan dampak negatif dari tindakan mereka.

2. Perasaan Rendah Diri:

Meskipun mungkin terdengar paradoks, beberapa pembully dapat memiliki perasaan rendah diri. Untuk mengatasi perasaan ini, mereka mungkin mencoba untuk mendominasi orang lain dan merasa lebih kuat.

3. Kurangnya Keterampilan Sosial:

Beberapa anak yang terlibat dalam tindakan bullying mungkin memiliki keterampilan sosial yang terbatas. Mereka mungkin kesulitan berinteraksi secara positif dengan teman sebaya atau mengelola konflik dengan cara yang sehat.

4. Tingkat Agresi yang Tinggi:

Pembully sering menunjukkan tingkat agresi yang tinggi, baik secara fisik maupun verbal. Mereka mungkin menggunakan intimidasi dan ancaman untuk mendominasi orang lain.

5. Rasa Kuasa yang Salah:

Pembully mungkin mencari rasa kuasa dengan mendominasi orang lain. Mereka merasa lebih kuat atau dianggap lebih kuat saat mereka dapat mengendalikan atau menakuti orang lain.

6. Pentingkan Diri Sendiri:

Beberapa pembully mungkin memiliki sikap yang sangat egois dan cenderung memprioritaskan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri tanpa memperhatikan dampaknya pada orang lain.

7. Tidak Stabil Emosional:

Pembully bisa mengalami ketidakstabilan emosional, dan mereka mungkin menggunakan intimidasi sebagai cara untuk mengatasi ketidakamanan atau perasaan tidak nyaman.

8. Model Perilaku Negatif:

Anak-anak yang terpapar pada perilaku negatif di lingkungan mereka, baik dari keluarga, teman, atau media, dapat cenderung meniru dan menginternalisasi perilaku tersebut.

9. Kurangnya Pengawasan atau Dukungan Orang Dewasa:

Kurangnya pengawasan atau dukungan dari orang dewasa, baik di rumah maupun di lingkungan sekolah, dapat memungkinkan perilaku pembulian berkembang tanpa intervensi yang tepat waktu.

Penting untuk dicatat bahwa tindakan bullying bersifat kontekstual dan kompleks, dan faktor-faktor ini dapat saling berinteraksi. Juga, pembully mungkin memiliki alasan atau latar belakang yang berbeda, dan setiap kasus harus diperlakukan secara unik dengan pendekatan yang holistik untuk mengatasi masalah tersebut.

Pencegahan tindakan bullying melibatkan berbagai pihak, termasuk anak, sekolah, keluarga, dan masyarakat. Kolaborasi dari semua pihak ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung. 

Berikut adalah peran masing-masing entitas dalam mencegah tindakan bullying:

1. Peran Anak:

a) Membangun Kesadaran:

Anak-anak perlu diberdayakan untuk mengenali dan meningkatkan kesadaran tentang tindakan bullying, baik sebagai pelaku maupun korban.

b) Melaporkan Insiden:

Anak-anak harus merasa nyaman untuk melaporkan insiden bullying kepada guru, orang tua, atau pejabat sekolah. Pemberian dukungan dan perlindungan kepada pelapor penting untuk mencegah tindakan lebih lanjut.

 c) Menunjukkan Empati:

Mendorong anak untuk memahami perasaan orang lain dan mempraktikkan empati dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.

 2. Peran Sekolah:

a) Pendidikan dan Kesadaran:

Sekolah harus menyediakan program pendidikan dan kesadaran tentang bullying. Ini dapat mencakup workshop, pelatihan, dan kegiatan yang mempromosikan pengertian, toleransi, dan empati.

 b) Penerapan Kebijakan Anti-Bullying:

Sekolah perlu memiliki kebijakan anti-bullying yang jelas dan tegas. Penting untuk memberikan sanksi yang sesuai terhadap pelaku bullying dan memberikan dukungan kepada korban.

 c) Pengawasan dan Intervensi:

Pengawasan yang ketat di area-area seperti kantin, koridor, dan transportasi sekolah dapat membantu mencegah insiden bullying. Guru dan staf sekolah juga harus terlatih untuk mengenali dan mengatasi tindakan bullying.

3. Peran Keluarga:

a) Komunikasi Terbuka:

Keluarga harus menciptakan lingkungan di mana anak merasa nyaman untuk berbicara tentang pengalaman mereka. Komunikasi terbuka memungkinkan orang tua mengetahui jika anak mereka menjadi korban atau pelaku bullying.

b) Memberikan Dukungan:

Orang tua harus memberikan dukungan emosional dan praktis kepada anak-anak mereka. Mendorong kepercayaan diri dan memberikan solusi untuk menangani konflik dapat membantu mencegah tindakan bullying.

4. Peran Masyarakat:

a) Kampanye dan Pendidikan Masyarakat:

Organisasi masyarakat, lembaga pemerintah, dan media dapat bekerja sama untuk mengkampanyekan pencegahan bullying dan memberikan pendidikan kepada masyarakat.

b) Menyediakan Sumber Daya:

Masyarakat dapat menyediakan sumber daya dan layanan untuk mendukung anak-anak yang mengalami tindakan bullying, termasuk konseling dan dukungan psikososial.

c) Menyelenggarakan Acara dan Kegiatan Positif:

Menyelenggarakan acara dan kegiatan positif di komunitas dapat membantu menciptakan ikatan sosial yang positif dan mencegah isolasi sosial yang dapat memicu bullying.

Penting untuk dicatat bahwa kolaborasi dan komunikasi antara semua pihak ini krusial dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak.

No comments:

Post a Comment

Membeli Waktu

Assalamuallaikum warahmatulahi wabarakatuh  Bismillahirrahmanirrahim  Membeli Waktu Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul ...