Menjadi pribadi yang pandai bersyukur memberi peluang hidup penuh kebahagiaan, termasuk tercapainya rasa kenikmatan di dunia dan akhirat._ Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"*_ (Q.S. Ibrahim; 7).
Kenikmatan yang kita dapat niscaya akan terus bertambah (berkah). Keberkahan yang kita peroleh ketika kita bersyukur mengisi setiap sendi kehidupan kita. Bagi manusia yang bersyukur, bakal ada jaminan bertambahnya nikmat pada kehidupan dunia maupun akhirat. Inilah garansi yang telah dijanjikan Allah melalui Alquran Surah Ibrahim ayat ketujuh tersebut.
Agama menuntun agar senantiasa kita bersyukur dalam menjalani kehidupan. Sebab, dengan kehidupan kita dipenuhi rasa syukur, hidup kita akan semakin bertambah nikmatnya dari Allah.
Hidup tanpa syukur, niscaya akan memberi peluang hidup tidak mujur. Alih-alih dapat menikmati kemakmuran. Bahkan, sering hidup dengan perilaku tanpa bersyukur hanya akan memberikan peluang hancur. Yakni hancurnya kehidupan yang kita jalani.
Puncaknya, hidup kita akan terasa dipenuhi oleh aneka keluhan. Hal itu tentu saja akibat perilaku hidup syukur yang telah hilang dari pikiran. Lebih-lebih, perilaku perbuatan syukur telah hilang dari perbuatan yang kita lakukan.
Sungguh, tentang syukur ini begitu gampang kita ucapkan. Namun, amat susah dilakukan. Tidak sembarang pribadi sanggup seirama antara mulut dan sikap. Betapa banyak yang piawai untuk bersyukur secara lisan, tapi nihil dalam tindakan atau perbuatan.
Hal itu terjadi karena, siapa yang sanggup bersyukur, adalah mereka yang paham makna syukur. Paham bahwa syukur itu harus bersemayam dalam pikiran.
Kata kunci untuk dapat bersyukur ada pada perbuatan. Dari perbuatan itulah kelak yang jadi penentu dengan syukur, kehidupan kita dapat berujung makmur.
No comments:
Post a Comment