Gambar: Info pikiran Rakyat
Apa yang terbayang di benak Anda ketika mendengar kata perpustakaan? Kumpulan orang yang berada di tempat yang sepi dengan tumpukan buku yang menggunung? Atau tempat yang tenang, tidak boleh ada keributan dengan deretan buku-buku yang jarang terjamah? Atau sebuah tempat yang berisi susunan buku-buku dengan tebal dengan orang-orang yang serius membaca deretan kata-kata di dalamnya? Tempat di mana orang tertawa dan menikmati membaca sehingga suasana gembira dan santai ada di sana? Apapun gambaran Anda tentang perpustakaan pasti dipengaruhi oleh kesan Anda terhadap sebuah perpustakaan yang pernah Anda kunjungi.
Saya sendiri mempunyai banyak kesan di perpustakaan. Semenjak duduk di tingkat sekolah dasar, perpustakaan adalah salah satu tempat favorit yang sering digunakan untuk menghabiskan waktu istirahat setelah lelah bermain. Yang pertama disebabkan karena ketika SD tidak ada buku yang kami miliki selain pinjaman buku-buku paket pelajaran dari sekolah. Bisa dibayangkan buku-buku paket waktu itu. Tebal, penuh dengan materi dan minim gambar sehingga kurang menarik untuk usia anak-anak.
Nah, hal yang paling menarik saat itu adalah buku-buku cerita. Ada buku cerita tentang dongeng, cerita rakyat dari seluruh nusantara dan buku kisah 25 nabi. Sayangnya buku-buku tersebut tidak banyak tersedia di perpustakaan sekolah. Ketika ingin membaca maka harus bersiap antri menunggu giliran. Karena keterbatasan tersebut sekolah saya waktu itu tidak mengizinkan siswa untuk membawa pulang buku perpustakaan yang dipinjamnya. Namun demikian, semangat dan antusiasme untuk membaca waktu itu sangat tinggi.
Di tingkatan sekolah menengah, perpustakaan tetap menjadi tempat favorit bagi saya. Selain dari kantin tentu saja. Di tingkat ini koleksi buku perpustakaan semakin banyak dan beragam. Kami juga mendapat kesempatan untuk dapat membawa pulang buku pinjaman dengan jangka waktu kurang lebih satu minggu. Rasanya asyik sekali dapat membaca buku-buku dengan gratis. Dapat dimaklumi buku-buku yang notabene termasuk best seller banyak juga tersedia pada tingkatan menengah ini. Dan tentu harga pasti tidaklah murah. Kami tentu tidak mampu membelinya dari uang saku kami.
Satu hal yang sangat terkesan pada kesempatan ini adalah ketika perpustakaan mengadakan lomba resensi buku. Saaat itu saya mencoba untuk ikut berpartisipasi dalam lomba. Buku yang dibaca harus diresensi dan dilaporkan kepada guru bahasa Indonesia. Waktu sekitar 1 minggu perlombaan saya dapat meresensi buku sekitar 20an buku dan akhirnya menjadi salah satu juara anggota perpustakaan teraktif dengan resensi buku terbanyak. Ketika itu kalau tidak salah mendapatkan hadiah Rp 100.000 rupiah dari sekolah. Uang sebesar itu termasuk sangat berharga waktu itu apalagi bagi seorang siswa.
Di masa perkuliahan, lebih banyak menggunakan perpustakaan sebagai tempat mencari bahan-bahan tugas perkuliahan. Fasilitas sudah semakin maju dan koleksi semakin lengkap. Tetapi saya lebih sering meminjam buku-buku yang berkaitan dengan motivasi, puisi, dan novel. Selain itu tentu saja buku-buku pendukung perkuliahan. Semakin tinggi tingkat kuliah semakin sering ke perpustakaan. Terlebih pada saat penyusunan skripsi. Bisa bertahan selama berjam-jam untuk mencari referensi. Kadang datang di siang hari bisa sampai menjelang maghrib baru kembali ke kost untuk istirahat.
Di masa sudah bekerja ini, saya masih sempat untuk ke perpustakaan daerah. Meskipun waktu yang tersedia sangat terbatas karena jam kerja yang berlaku di tempat kerja hampir dari pagi hingga siang. Yang paling memungkinkan adalah pada saat liburan sekolah. Tentu intensitas berkunjung memang berkurang. Maka jadilah anggota perpustakaan yang pasif di masa ini. Namun meski jarang, saya menikmati saat melihat anak-anak gembira pada saat mereka di perpustakaan daerah tersebut. Penuh keingintahuan, tersenyum dan kadang tertawa menikmati bacaan di hadapannya.
Sebenarnya di rumah ada juga perpustakaan pribadi yang berisi kumpulan buku-buku selama bertahun-tahun. Namun pengelolaan memang masih belum maksimal. Biasanya hanya anak-anak tetangga yang datang untuk membaca buku cerita. Namun karena pengelolaan yang masih minim ini, banyak pula buku-buku yang raib dan tidak kembali saat dipinjam oleh orang lain. Sedih dan sayang kalau sampai terjadi seperti ini.
Untunglah kini ada solusi. Perpustakaan nasional Republik Indonesia sudah mengembangkan fasilitasnya menjadi perpustakaan digital sehingga tanpa harus hadir langsung ke perpustakaan fisik kita dapat melakukan peminjaman dan menikmati beragam buku di gadget kita. Tanpa membeli buku kita dapat mencari berbagai referensi lewat HP. Informasi referensi buku dalam satu genggaman. Ini juga mengatasi ketiadaan waktu untuk berkunjung ke perpustakaan fisik. Banyak yang bisa dimanfaatkan dengan masuk menjadi anggota ipusnas. Dengan menginstal aplikasi ipusnas maka kemudahan menikmati beragam buku menjadi lebih mudah, efektif dan efisien. Selamat menikmati buku-buku dalam satu genggaman Anda.
Keren Bu. Tiada hari tanpa aktivitas perpustakaan.
ReplyDelete👍
Zaman kita dulu mmng bacaan hanya ada pd buku. Beruntung anak2 kita sekarang bisa membaca lewat gadget..
ReplyDelete