Thursday 28 July 2022

Mengenalkan Budaya ke Dunia Luar

Beberapa kali saya lihat penampilan thek -thek yang berkeliling di desa kami. Mereka terdiri dari para pemuda yang mencoba menghibur sekaligus mendapatkan penghasilan dari kegiatan seni. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan budaya yang dulu begitu diminati kini berangsur hilang. Ada banyak budaya daerah di sekitar kita yang sudah tidak dikenali lagi oleh generasi muda.

Inilah yang barangkali menjadi latar belakang dimunculkan satu bahasan dalam kegiatan #Kamis Menulis di Lagerunal. Pada kesempatan Kamis, 28 Juli 2022 mengambil tema " Mengenalkan Budayaku ke Dunia Luar".


Mendapatkan tema ini saya langsung teringat beberapa budaya yang ada di kabupaten Purbalingga. Namun sayangnya sebagian budaya tersebut mulai tergerus oleh perkembangan zaman. Lambat tapi pasti peminatnya semakin berkurang. Jikalau masih ada sebagian pemainnya adalah generasi senior yang sebagian belum melakukan regenerasi budaya.

Beberapa budaya yang ada di Purbalingga antara lain adalah seni dames, lengger, ebeg/kuda lumping dan yang terbaru dan masih cukup bagus bertahan adalah seni thek-thek.

Dua budaya yang pertama hampir sepuluh terakhir belum pernah lagi menikmatinya secara langsung. Mudah-mudahan bukan karena sudah hilang tetapi karena tidak muncul saja di daerah sekitar tempat tinggal.

Seni dames tari tradisional yang dilakukan oleh beberapa penari. Menurut asalnya kata dames berasal dari bahasa Belanda,yang artinya anak perempuan atau gadis.  Seni dames digunakan pada waktu itu selain untuk menghibur juga dimanfaatkan untuk menyiarkan agama Islam. 

Dulu dames sering ditampilkan dalam acara yang terkait dengan kegiatan keagamaan. Di mana ada peringatan keagamaan maka di waktu tersebut akan ditampilkan seni dames. 

Berikut ada salah satu penampilan seni dames di desa Bumisari kecamatan Bojongsari, kabupaten Purbalingga.

https://youtu.be/7EPv_31AMOs

Budaya kedua adalah seni lengger. Lengger berasal dari dua kata le (thole) yang artinya anak laki-laki dan ngger (angger) yang artinya anak perempuan. Meskipun seni ini juga hampir ada di semua daerah di sekitar karsidenan Banyumas dengan ciri khas masing-masing.

Lengger sering dimanfaatkan untuk menghibur pada saat ada hajatan. Hajatan yang sering menampilkan seni lengger adalah hajatan sunatan. Dulu seni lengger ini begitu booming dan terkenal. Namun keadaan sangat berbeda saat ini. Nyaris tidak pernah ada penampilan ini lagi di hajatan sunatan. Seni ini kurang dan minati kaum milenial.

https://youtu.be/D7t-JcwQ5Nc

Untuk dua budaya berikutnya yaitu kuda lumping atau di wilayah Banyumas dan sekitarnya disebut ebeg atau jathilan dan thek-thek masih mampu bertahan hingga saat ini. Bahkan thek-thek kabupaten Purbalingga sempat pula diundang ke istana negara pada saat peringatan HUT RI yang ke 75. Ini menjadi bahan renungan mengapa kuda lumping dan thek-thek bisa bertahan hingga saat ini.

https://youtu.be/dWnyW6X-3X8

Belajar dari seni ebeg dan thek-thek yang masih eksis adalah disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

1. Sering ditampilkan pada kegiatan-kegiatan dan momen yang dianggap penting oleh masyarakat. Misalnya Bulan Syura, Peringatan 17 Agustus dan juga kadang ditampilkan pada hajatan tertentu.

2. Mendapatkan kesempatan untuk ditampilkan di tempat wisata baik berupa lomba atau untuk tujuan menghibur saja sehingga seni tersebut dikenal dan diketahui masyarakat secara umum dan luas.

3. Pemerintah daerah melakukan sosialisasi pelestarian budaya baik melalui rencana daerah maupun pada saat peringatan hari jadi daerah. Momen ini biasanya sangat ditunggu oleh masyarakat dan menjadi waktu yang tepat untuk mengenalkan budaya asli daerah.

4. Adanya pembinaan dari kementerian terkait agar ada regenerasi pada budaya yang sudah ada. Termasuk adanya revitalisasi dan modernisasi budaya tanpa mengubah intinya.

5. Pelibatan dunia pendidikan dalam pelestarian budaya, di antaranya dari bidang musik dan tari. Kreativitas anak digali untuk dapat menampilkan budaya tersebut dengan tampilan yang menarik dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Demikian tulisan tentang bagaimana mengembangkan dan mengenalkan budaya kita kepada dunia luar. Ini menjadi penting karena dari budaya lokal inilah banyak makna yang bisa disampaikan lewat budaya tersebut. Semoga terus lestari budaya lokal dengan dikembangkan agar menjadi budaya yang dikenal tidak hanya oleh daerah saja namun juga dikenal secara nasional bahkan internasional. Semoga.

6 comments:

General Vocabulary Quiz: Uji Kemampuan Kosakatamu!

Pada beberapa waktu sebelumnya kalian sudah belajar tentang kosakata umum (general vocabulary). Kalian bisa lihat di sini daftar kosakata um...