Thursday, 22 May 2025

Berobat Sebagai Bentuk Ikhtiar dan Tawakal


Berobat sejatinya hanyalah ikhtiar. Yang menyembuhkan bukanlah obat, melainkan Allah. Penyakit itu sendiri hanyalah makhluk yang tidak lebih digdaya daripada manusia.


Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW berseru (yang artinya), “Maka, berobatlah kalian, dan jangan kalian berobat dengan yang haram.” (H.R. Abu Daud).  Di antara yang haram misalnya khamar. Nabi Muhammad SAW memberi informasi, "Khamar itu bukanlah obat, melainkan  penyakit.” (H.R. Muslim). Berobat bisa dengan madu yang rasanya manis, lezat, dan halal.


Terkait berobat dengan madu, diceritakan bahwa ada seseorang mengadu  kepada Nabi Muhammad SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, saudaraku terkena diare."


RASULULLAH SAW memberi solusi, “Minumkanlah madu kepadanya!" Orang itu pun kemudian meminumkan madu kepada saudaranya. 


Akan tetapi, orang itu  kemudian datang lagi kepada Nabi Muhammad SAW dan mengadu untuk kedua kalinya, "Wahai Rasulullah! Aku sudah meminumkan madu kepadanya, tetapi diarenya malah semakin parah." Nabi  Muhammad SAW kembali memberi saran, "Pergilah dan minumkanlah madu kepadanya."Orang tersebut kemudian meminumkan madu lagi kepada saudaranya itu. 


Namun orang itu datang lagi, “Wahai Rasulullah! Minum madu malah membuat diarenya kian parah." Rasulullah SAW menimpali,  “Mahabenar Allah dan telah berdusta perut saudaramu. Pergilah dan minumkanlah madu kepadanya.” Orang itu lalu pergi. Ia meminumkan madu kepada saudaranya. Tak lama  saudaranya itu akhirnya sembuh (H.R. Bukhari).


Berobat selain sebagai ikhtiar, termasuk juga bagian dari tawakal. Bagi orang sakit,  ikhtiar adalah berobat dengan sungguh-sungguh agar bisa sembuh.  Sementara itu, tawakal adalah menyerahkan kesembuhannya kepada Allah  setelah berobat secara tepat kepada ahlinya. 


Gampangnya, tawakal adalah kelanjutan dari ikhtiar. Allah  berfirman (yang artinya), “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”  (Q.S. Ali Imran: 159). Insyaallah orang yang berobat adalah orang yang bertawakal kepada Allah sehingga beroleh pahala disukai oleh-Nya.


Namun, tampaknya orang yang sakit tidak cukup berobat sebagai bentuk ikhtiar dan tawakal kepada Allah, namun juga harus bersabar. Bersabar ketika sakit merupakan sikap moral yang menghantarkan seseorang kepada surga. Bersabar dalam konteks ini adalah bersabar dalam merasakan rasa sakit yang diujikan oleh.


Selain berobat agar sembuh, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan doa ini, “Ya Allah, Tuhan seluruh manusia. Hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah. Engkaulah al-Syaafi (Dzat Yang Maha Menyembuhkan). Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit.” (HR. Bukhari  dan Muslim).


No comments:

Post a Comment

Rahasia Kesehatan Wanita Ada di Dalam Dirinya

 #InfoBPGroup  Kesehatan wanita sesungguhnya dimulai dari dalam — dari keseimbangan hormon, daya tahan tubuh, hingga energi yang stabil dite...