“DAN janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”(Q.S. Al Israa’: 26-27).
PESAN ayat di atas adalah bahwa menghidari hidup boros adalah keharusan. Sebab, kita diajarkan untuk bersikap hemat (israf) dan menghindari perilaku boros (tabzir) dalam penggunaan harta.
BOROS merupakan salah satu sifat tidak terpuji dan sangat dibenci Allah. Sebab, pada dasarnya, suka menghambur-hamburkan harta (boros) untuk hal yang tidak berguna adalah sifat dari setan.
DARIPADA membelanjakan harta secara boros, harta yang kita miliki bisa kita gunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan, dimulai dari keluarga terdekat terlebih dahulu. Selanjutnya, harta juga bisa disumbangkan kepada mereka yang miskin atau benar-benar membutuhkan.
SALAH satu yang perlu diperhatikan untuk menghindari hidup secara boros adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Yakni dengan memprioritaskan kebutuhan utama dan menghindari membeli barang yang hanya memenuhi keinginan atau selera.
SEORANG yang hidupnya boros biasanya berlaku zalim. Meski pendapatan besar, karena boros, dia akan selalu merasa kurang. Dia akan berani mencuri, korupsi, dan sebagainya untuk membiayai gaya hidupnya yang boros tersebut.
KEBALIKAN hidup boros adalah hidup sederhana. Kini, hidup sederhana seolah menjadi hal aneh dan asing di tengah kehidupan masyarakat kita yang didominasi gaya hidup yang hedonistik, materialistik, dan konsumeristik.
MAKA, seyogianya kita hidup sederhana. Kita belajar bersikap zuhud (tidak tamak pada dunia) dan kanaah (merasa cukup atas apa yang ada yang kita miliki). Inilah kesederhanaan Nabi Muhammad SAW. Jika mau, beliau bisa hidup mewah seperti Kaisar Romawi dan Kisra Persia.
BELIAU merupakan pribadi yang memiliki kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun menjadi seorang pemimpin umat dan kedudukannya melebihi seorang raja, tetapi kehidupan Nabi Muhammad (Rasulullah) SAW sangat sederhana. "Sesungguhnya, Rasulullah dalam sarapan dan makan malamnya tidak pernah memadukan roti dengan daging, kecuali jika sedang menjamu tamu." (H..R Tirmidzi).
No comments:
Post a Comment