Ketika seseorang memiliki kelebihan, misalnya, cantik, tampan, beprestasi, atau kelebihan lainnya, biasanya orang tersebut mendapat pujian dari orang lain. Perlu diwaspadai agar pujian tersebut tidak menyebabkan seorang terlena hingga berbuat sombong.
Memang, pada dasarnya manusia suka dipuji. Pujian tersebut sejatinya merupakan sebuah kebaikan, sekaligus ujian bagi orang yang dipuji. Sebab, dengan pujian seseorang tanpa sadar bisa bersikap takjub pada diri sendiri, takabur, ujub, sombong, atau riya.
Pujian atau memuji seseorang adalah pernyataan rasa kagum dan penghargaan kepada seseorang yang dianggap baik, pandai, berprestasi, indah, dan sebagainya. Namun, ternyata ada bahayanya ketika seseorang memuji orang lain, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW (yang artinya), “Berhati-hatilah dalam memuji (menyanjung-nyanjung). Sesungguhnya itu adalah penyembelihan.”(H.R. Bukhari).
Namun demikian, ada risiko akibat dari pemberian pujian bagi orang yang dipuji ini yang harus dipertimbangkan. Ternyata, pada hakikatnya pujian bisa membuat orang yang dipuji menjadi terlena.
Orang yang bangga atau suka dipuji-puji mudah sekali terkena penyakit hati. Di antara penyakit hati tersebut adalah sombong, congkak, riya, dan membanggakan diri sendiri.
Akibat pujian, yang menyebabkan seseorang membanggakan diri hingga membawa pada jurang kebinasaan, kita diingatkan oleh Nabi Muhammad (Rasulullah) SAW, "Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan (3) ujub (takjub pada diri sendiri)." (H.R. Abdur Rozaq).
Lantas, bagaimana seharusnya sikap ketika seorang mendapatkan pujian? Jika pujian orang lain kepada kita memang benar, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita agar berdoa kepada Allah untuk dijadikan pribadi yang lebih baik lagi. “Ya Allah. Jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira.” (H.R. Bukhari).
No comments:
Post a Comment