Saturday 31 December 2022

Seperti Apakah Kita Bekerja?

Sumber gambar: Facebook-muslimgraphix

Kemarin baru saja mendapatkan tantangan Kamis Menulis dengan tema "Jangan Korupsi Waktumu". Tidak lama berselang waktu, sekitar satu hari mendapatkan kiriman kisah ini di grup WA. 

Setelah membacanya, banyak pelajaran yang diambil sekaligus merupakan contoh nyata bagaimana kita dapat terhindar dari korupsi waktu. Yuk, kita simak dan baca kisah berikut yang saya ambil dari tulisan dokter Monte. Semoga bermanfaat dan menginspirasi.


KISAH SI IBU PEKERJA KERAS

Ada seorang ibu karyawan tua di kantor dulu tempat saya bekerja. Saya tahu penghasilan yang ia peroleh kecil dan mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dalam satu bulan. Anehnya ia tidak pernah mengeluh, atau menyesali pekerjaannya. Ia selalu bersemangat dalam bekerja. Ia menunjukkan disiplin yang tinggi dalam bekerja. Selalu datang sebelum jam kantor, dan pulang tepat pada waktunya.

Sekian lama saya mengamati karyawan penuh disiplin itu. Suatu saat selepas sholat saya berbincang-bincang dengannya.

“Ibu selalu disiplin ya,” kataku mengawali pembicaraan.

“Disiplin kepripun to Dok?” jawabnya.

“Nggak bu, itu saya lihat ibu selalu disiplin bekerja. Datang pagi, pulang tepat waktu meski pekerjaan telah selesai. Bukannya itu disiplin bu namanya? Padahal saya tahu, sudah puluhan tahun ibu bekerja dan gaji ibu –nyuwun sewu kan kecil. Kok bisa bu?”

“Wah saya ini hanya orang kecil Pak Dokter. Masih ada yang mau menggaji saya saja sudah alhamdulillah. Coba bayangkan jika saya tidak bekerja di sini, mungkin keadaan keluarga saya jauh lebih buruk dari sekarang. Jika mengingat hal itu Dok, rasanya sudah pantas kalau saya membalasnya dengan kerja yang baik, tidak korupsi waktu, dan tidak banyak mengeluh. Saya sangat bersyukur sekali lho Dok, bisa bekerja,” urai ibu karyawan itu tanpa sedikitpun unsur kesombongan di dalamnya. Lalu ditambahnya, “Pekerjaan kita insya Allah sudah halal, jadi kalau bisa jangan kita hilangkan barokahnya dengan mengurangi timbangan.” –Maksudnya ibu ini adalah jangan korupsi di semua aspek, termasuk yang sering yaitu korupsi waktu.

Betapa terpukau saya mendengar penuturan polos dari ibu ini. Di saat orang-orang menuntut kenaikan gaji, menuntut dapat insentif sana-sini, berlomba korupsi sana-sini, berlomba mencari kedudukan dengan segala cara, ibu ini telah mengajarkan suatu yang saat ini baru saya temui. Sebuah rasa SYUKUR. Mungkin waktu sekolah dulu saya telah diajari tentang bagaimana syukur itu, bahwa Allah akan menambah rejeki bagi mereka yang bersyukur. Namun dalam kehidupan sehari-hari inilah contoh yang saya lihat. Betapa indahnya. Dan benarlah firman Allah dalam QS. Ibrahim (14) ayat 7

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Saya lihat kehidupan ibu karyawan itu memang sederhana, namun semua putranya tidak ada yang sampai meninggalkan bangku sekolah. Saya tidak mengerti bagaimana ia bisa membiayai sekolah putra-putranya, padahal suaminya sendiri hanya bekerja serabutan. Namun begitulah ketetapan Allah. Dan terima kasih bu, saya mendapat pelajaran berharga hari ini.

Kita memiliki 4 minggu yang sama dalam 1 bulan. 7 hari yang sama dalam 1 minggu. 24 jam yang sama dalam 1 hari.

Dalam 24 jam itu, ada dari kita yang bisa mengurus negara, perusahaan raksasa

Rumah Sakit Internasional bahkan mengendalikan Angkatan Perang.

Namun dalam 24 jam yang sama, ada yang bahkan mengurus dirinya sendiri saja tidak mampu.

Ada di antara kita yang menerima bayaran 5 juta rupiah. Dan selalu kekurangan dalam setiap bulannya. Sehingga ia harus menutupnya dengan berutang sana-sini. Dan ia semakin terjerat karenanya. 

Namun ada yang hanya menerima 500 ribu rupiah. Ia bisa mengembangkan bisnisnya. Bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Bisa menyisihkan sebagian untuk tabungan. Bisa menyisihkan sebagian untuk kaum miskin. Bahkan ia bisa membawa serta kedua orang tuanya naik haji.

Dimanakah letak perbedaanya? Apakah waktu dan penghasilan yang kurang? Bukan, tetapi rasa syukur dan manajemenlah yang berbeda dari keduanya.

Demikian semoga kisah inspirasi ini dapat menjadi muhasabah diri dalam bekerja dan memanfaatkan waktu. Harapannya semoga bisa dibaca oleh lebih banyak orang dan mengubah pola kerja kita semua. Menjadi lebih mampu mengatur dengan maksimal. Semoga di tahun 2023 dapat bekerja secara optimal dengan 5AS, Kerja keras, kerja cerdas, kerja berkualitas, kerja tuntas  dan kerja ikhlas. 


1 comment:

  1. Bikin haru kisahnya. Ada yang kena di hati.

    ReplyDelete

Joker

Oleh: Suyati  Kurasakan perihnya dia tertawa  Tertawa ketika terluka  Oleh perih duka yang tiada tara  Ditutupi dengan bahagia di muka  Luka...