Resume Kegiatan Parenting SD Muhammadiyah 1 Purbalingga
Edisi 28 November 2020
Via aplikasi zoom
Kegiatan parenting di
SD Muhammadiyah 1 Purbalingga kembali dilaksanakan melalui aplikasi zoom
meeting. Setelah beberapa bulan dilaksanakan secara tatap muka dengan
melaksanakan protokol kesehatan, bulan November ini dilaksanakan secara online
kembali. Hal ini mengingat dan mempertimbangkan kondisi semakin merebaknya dan
bertambahnya jumlah positif covid 19 di wilayah Kabupaten Purbalingga.
Pada parenting kali ini
mengambil topik “Menjaga Semangat Juang Musabanese” dengan menampilkan 3
narasumber yaitu Ibu Jiah Palupi Twihartarti (Perpusda Kabupaten Purbalingga),
Aris Pujianto, S.Pd (MBS Slinga,Purbalingga) dan Ibu Asih Hidayatun, S.Ag (SD Muhammadiyah
Budi Mulia, Adiwerna, Tegal).
Pada kesempatan
tersebut disampaikan yang pertamaoleh Ibu JiahPalupi. Beliau menekankan tentang
pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi ini dan antisipasi menurunnya motivasi
anak karena mengalami kejenuhan. Pak Aris Pujianto menekankan pengaruh ucapan,perilaku dan bahasa tubuh orang tua dalam pengasuhan anak. sedangkan Ibu Asih menjelaskan tentang karakter anak generasi alpha.
A. Ibu Jiah Palupi T
Di
masa pandemi covid 19 yang belum juga mereda di Indonesia, berpengaruh banyak
terhadap kegiatan berbagai sektor. Salah satunya adalah bidang pendidikan. Ada perubahan pelaksanaan pembelajaran yang
biasanya dilakukan dengan tatap muka. Pembelajaran sekarang dilaksanakan dengan
sistem online dengan memanfaatkan teknologi khususnya internet. Kita kenal
dengan istilah PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh atau BDR (Belajar Dari Rumah).
Pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan media baik cetak maupun non cetak (audio maupun
video), komputer/internet, siaran radio dan televisi. Pada pembelajaran online
siswa kurang berperan aktif sehingga dapat menyebabkan kejenuhan. Pada kondisi
ini dapat memicu turunnya prestasi belajar siswa.
Menurut
Ibu Jiah ada beberapa faktor pemicu kejenuhan belajar daring/online yaitu:
1. Aktivitas yang monoton
Belajar
dari rumah memang terasa memboasankan karena aktivitas yang monoton tanpa
pendampingan ahlinya. Sementara ketika belajar tatap muka siswa memiliki
beragam kegiatan yang variatif dan menyenangkan dengan bimbingan dari guru.
2. Tidak bisa berkumpul dan bertemu dengan teman yang biasanya saling
memotivasi.
Lalu apa yang
harus dilakukan untuk mempertahankan motivasi siswa agar tetap semangat belajar
yang prima di masa pandemi covid 19:
a. Tanamkan motivasi yang kuat pada anak.
Perlu ditanamkan motivasi yang kuat pada anak,tidak
menjadikan belajar daring sebagai beban. Tetapi yakinkan anak bahwa belajar
adaring adalah suatu kebutuhan untuk masa depannya.
b. Jangan malu bertanya
Kondisikan anak untukberani bertanya kepada siapsaja yang
dianggap mampu mankala ia mengalami kesulitan. Bantu anak dengan mencari
berbagai media dan sumber belajar yang dapat digunakan untuk belajar di rumah.
c. Tetap patuhi protokol kesehatan dan pola hidup sehat selama daring.
·
Tetap tanamkan budaya
hidup bersih dan sehat.
·
Atur pola duduk yang
benar saat menyimak, menulis ataupun membaca.
·
Sering melakukan senam
peregangan sederhana di sela-sela belajar.
Sesuai dengan kesepakatan keputusan 4 menteri bahwa anak
sudah bisa dapat kembali tatap muka di tahun ajaran baru 2021/2022 dengan
memenuhi persayaratan. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan maka perlu
diperhatikan beberapa hal. Ada beberapa tips untuk mempersiapkan anak kembali
ke sekolah setelah pandemi:
1.
Pastikan anak memahami
situasi pandemi covid-19.
2. Anak wajib terlatih mengikuti protokol kesehatan.
3. Orang tua harus memastikan bahwa sekolah menerapkan protokol kesehatan.
4. Ajak anak untuk mengamati dan memahami proses belajar mengajar, terutama
untuk anak kelas1 SD.
5. Usahakan anak sudah terlatih memiliki sikap belajar yang memadai.
6. Kenalkan jadwal pelajaran yang baru ketika akan masuk sekolah.
7. Persiapkan anak untuk beradaptasi pada kebiasaan belajar yang baru.
8.
Ajak anak mengenali
sisi menyenangkan dari sekolah.
Dalam penutup penyampaian materi Ibu Jian menyampaikan
bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Pandemi
covid 19 telah ‘memaksa’ kita untuk berubah:
ü
Merubah pola pikir
ü Merubah pola tindak
ü Merubah perilaku menuju orang tua yang semakin sadar betapa bernilainya
anak sebagai titipan Allah SWT yang wajib kita didik dengan baik dan benar
dalam kondisi apapun.
B. Aris Pujianto, S.Pd
Pemaparan
kedua dalam kegiatan parenting adalah oleh Bapak Aris Pujianto,S.Pd. beliau
adalah Kepala MBS (Muhammadiyah Boarding School) Slinga Kab Purbalingga.
Beliau
menjadikan topik tentang Peran Orang tua dalam Pengasuhan Anak. Hal tersebut
didasari atas pemikiran :
·
Jadi anak yang baik
itu banyak sekolahnya, tetapi jadi orang tua yang baik ternyata tidak ada
sekolahnya.
·
Didiklah anakmu karena
dia akan hidup dijaman yang berbeda dengan jamanmu (Ali bin Abi Tholib).
·
Hai orang-orang yang
beriman, peliharakah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang terbuat dari
batu. (QS At Tahrim:6)
Berdasarkan teori, perlu diketahui orang tua, kata/kalimat
yang diucapkan hanya berpengaruh 7% terhadap proses komunikasi sedangkan 38%
dipengaruhi oleh intonasi dan pengaruh terbesar 55% justru ditentukan oleh
bahasa tubuh.
Meskipun demikian yang perlu dicatat adalah ketika
seorang ayah atau ibu mengatakan,”Kamu bodoh!” atau “Kamu nakal!”, hampir dipastikan menggunakan
intonasi tinggi dan bahasa tubuh yang ‘mengancam’yang membuat anak tidak
nyaman. Kondisi mental atau ‘state’ tidak nyaman ini tertanam dalam pikiran
bawah sadar anak sehingga anak bersikap atau bertindak semakin tidak konsisten.
Efeknya ternyata luar biasa. Dalam keadaan seperti itu
orang tua memaknai sikap atau tindakan anak tersebut sebagai ‘semakin
menjadi-jadi’
Evaluasi Parenting
a. Ambil sebuah catatan kecil untuk jurnal Anda. Jurnal ini dilakukan selama 1
minggu.
b. Tuliskan setiap kata positif, sayang atau memotivasi yang setiap hari Anda
ucapkan pada anak Anda selama satu
minggu tersebut.
Contoh
: Bapak/Ibu menyayangimu.
: Kamu melakukan sesuatu yang dahsyat.
: Kamu cerdas.
: Kamu sanat special untuk Mama dan Ayah.
: Kamu hebat. Dls.
c. Kemudian, tuliskan setiap kata negatif atau kritikan yang setiap hari Anda
ucapkan pada anak dalam satu minggu.
Contoh
: Ada apa denganmu?
: Mengapa kamu melakukannya?
: Tidak pernah menurut kata Ayah
dan Ibu.
: Kamu membuat Ayah dan Ibu jadi stress dls
Setiap orang tua adalah seorang petani. Apayang Andatanam
itu yang Anda petik. Apayang ingin Anda panen dari anak Anda? Karakter yang
kuat? Pribadi yang penuh percaya diri dan berkembang? Jujur dan bertanggung
jawab? Berani dan pantang menyerah? Inatlah anak adalah berlian. Anak adalah
amanah. Apa yang perlu dilakukan orang tua?
·
Cobalah untuk
menggunakan istilah baru untuk nama hari dalam seminggu seperti Senin
Dahsyat, Selasa Hebat, Rabu Luar Biasa, Kamis Cinta, Jumat Berjihad, Sabtu
Ceria dan Ahad Semangat.
·
Kenalkan istilah ini
setiap malam sebelum tidur dengan membelai bagian tubuh yang sensitif pada anak
Anda :
Contoh
:”Hai...(sebut nama anak), Ayah/Ibu menyayangimu. Hari ini adalah hari Senin
Dahsyat. Seperti itukah kamu hari ini, dahsyat. Ingat besok adalah
Selasahebat.ayah/Ibu sayang kamu, Tuan/Nona Hebat.”
·
Pada pagi harinya
ucapkan: Semangat pagi! Apa kabar Tuan/Nona yang Hebat. Ayah/Ibu sayang kamu.
Kata/kalimat yang mengandung makna positif dan membangun
akan tertanam dengan baik di pikiran bawah sadar anak Anda. Bila itu terjadi
maka kondisi mental atau’state’ anak Anda menjadi nyaman sehingga anakAnda
dapat selalu prima dan mudah untuk meraih prestasi puncak. Mereka akan hebat
sekalipun dengan segala kekurangan mereka.
Fenomena lain yang berkaitan dengan positive parenting
adalah dari komposisi manuisa itu sendiri. Tubuh manusia 75% terdiri dari air.
Otak 74,5% adalah air. Darah 82%air.tulang yang keras pun mengandung 22% air. Ternyata air bisa “mendengar”, bisa “membaca”
tulisan dan bisa “mengerti” pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in Water,
Dr Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita
magnetik atau compact disk.
Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan
tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain.
Misalnya :
·
Ketika dicoba dibacakan
doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan.
·
Ketika diputarkan
musik symponi Mozart,kristal muncul berbentuk bunga.
·
Ketika diperdengarkan
musik heavy metal, kristal akan hancur.
Penelitian yang lain yang dilakukan di Universitas Malaya. Percobaan
dilakukan terhadap air zam-zam. Ketika dibacakan kalimat tasbih dan tahlil,
bentuk molekul air zam-zam berubah menjadi laksana intan dan berlian,
berkelap-kelip indah sekali. Namun begitu diucapkanpadanya kata-kata yang
buruk, seketika molekul air berubah bagaikan sel darah merah. Sangat buruk.
Sumber gambar: Pinterest
Hikmahnya adalah penelitian tersebut sungguh menyadarkan kita bahwa ucapan,
pikiran dan perbuatan yang tidak baik ternyata mampu mengalirkan energi negatif
yang merubah segala sesuatunya menjadi tidak baik. Kita perlu berhati-hati.ingat70% tubuh kita
terdiri dari air. Jika kita memiliki pikiran negatif, maka air dalam tubuh kita
juga akan membentuk pola yang negatif. Dengan penemuan-penemuan tersebut, kini
saatnya kita merubah diri kita. Kita harus memiliki pikiran, ucapan, dan
perilaku yang positif. Itulah sebabnya Rosulullah SAW pernah bersabda,”Jika
engkau beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berkata-katalah yang baik
saja, (kalau tidak) lebih baik diam.”
C. Ibu Asih Hidayatun, S.Ag
Pada pemaparan yang ketiga oleh Ibu Asih Hidayatun, S.Ag.
Beliau banyak mengupas tentang generasi
alpha(α). Kita harus memahami karakter dan perilaku generasi alpha untuk bisa
mengoptimalkan kemampuan mereka dan memberikan respon yang tepat sebagai orang
tua yang berbeda generasi dengan mereka. Anak-anak yang lahir daritahun
2010-sekarang masuk katagori enerasi alpha. Bagaimana dan seperti apa mereka?
Ciri-ciri dan karakter anak-anak generasi alpha dapat
dilihat dari beberapa aspek berikut ini:
1) Keluarga
·
Semakin banyak
perempuan dan ibu bekerja.
·
Semakin banyak anak
yang dipercayakan pada pengasuhan berbayar.
·
Banyak orang memulai
berkeluarga pada usia yanglebih tua.
·
Keluarga semakin
kecil.
·
Jumlah orang yang
tinggal dalam satu rumah tanga semakin sedikit.
2) Rekreasi
· Tidak ada permainan
outdoor-fisik-komunal ( misal gobak sodor,benteng, kasti, lompat tali dll).
· Tidak banyak permainan
indoor yang dimainkan bersama seperti halma, ular tangga, dll.
· Semakin banyak
game-game elektronik (play station).
· Semakin banyak game
online.
· Semakin banyak
kesempatan dan sarana untuk menikmati lagu dan menonton film online.
3) Masa Kecil
·
Tidak banyak aktivitas
outdoor.
·
Tidak banyak
kesempatan bersosialisasi.
·
Stimulasi kognitif
yang terus-menerus dari gadget/smartphone.
·
Tekanan persaingan
sebaya untukprestasi di sekolah.
·
Semakin sedikit
kesempatan free time.
4) Akrab Teknologi
· Teknologi menyentuh
setiap aspek kehidupan generasi alpha.
· Dikenalkan oleh game
online, diakrabkan oleh belanja onlinedan dituntut oleh pembelajaran online.
· Pada usia 8 tahun
ketrampilan di bidang teknologi sudah melampaui ketrampilan orang tua mereka.
5) Mengenal AI (Artificial Intelligence/Kecerdasan Buatan)
· Generasi alpha banyak
mengunakan aplikasi-aplikasi untuk mempermudah hidup mereka.
· Khayalan generasi masa
lalu menjadi kenyataan sehari-hari generasi alpha.
6) Media Sosial
·
Terkoneksi dengan
teman sekolah dan sebaya melalui media sosial.
·
Terhubung 24/7
·
Eksistensi diri
menjadi lebih penting.
·
Positif : dapat
menciptakan branding diri.
·
Negatifnya :
Seringterjadi pembohongan.
7) Berbagi /Sharing
·
Generasi alpha tidak
suka berbagi.
·
Terbiasa dengan mainan
yang hanyabisa dimainkan sendirian.
·
Terpapar iklan karena
kehadiran di dunia maya.
·
Bagi industri less
sharing berarti more buying.
8) Peraturan
·
Generasi alpha
tidakmenyukaiperaturan.
·
Di masa kecil jarang
bermain dalam permainan yang ada aturan mainnya.
· Banyak game elektronik
dan online yang menyediakan alternatif curang (cheating) untuk memenangkan
permainan.
· Kekurangan
bersosialisasi membuat enerasi alpha tidak melihat manfaat peraturan untuk melindungi orang lain.
·
Generasi alpha melihat
peraturan sebagai penghambat.
9) Pembelajaran
·
Pembelajaran generasi
alpha bersifat sangat personal.
·
Mudah mendapat akses
langsung terhadap informasi.
·
Belajar sesuai dengan
irama mereka sendiri.
·
Difasilitasi oleh
teknologi untuk mendapatkan tutorial dan modul pembelajaran.
10) Kepemimpinan
· Nyaman dengan gaya
kepemimpinan yang inspirasional (menginspirasi pemimpin baru).
· Generasi sebelumnya
menyukai pemimpin yang berpengalaman (generasi x), yang memberi petunjuk
(generasi Y), yang mau bekerja bersama/kolaborator (generasi Z). Generasi alpha
menyukai pemimpin yang ‘menciptakan bersama’ (co-creator)
Dari berbagai kondisi genearasi alpha tersebut,generasi
alpha sangat rentan terhadap efek
teknologi digital,baik secara fisiologis maupin psikologis, termasuk gangguan
kognitif (Wilmer et al, 2017), masalah tidur (Jha et al, 2019) impaired social
and emotional well-being (Auner & Hacher, 2012) serta ancaman cyber dan
adiksi/kecanduan.
Kecenderunan berlebihan memilih play station dan
game-game online dibanding aktivitas kehidupan nyata (termasuk bersosialisasi
dengan bermain bersama) yang meluas, oleh American Psychiatric Association and
World Health Organization (WHO) dikatagorikan sebagai kelainan yan disebut
Internet Disorder and Gaming Disorder.
Waktu tidur digunakan untuk menggunakan teknologi pada
malam hari seperti SMS, chatting, bermain games, dan melihat film,
mengakibatkan penurunan produksi hormon melatonin dan gangguan siklus tidur.
Apa yang harus dilakukan orang tua menghadapi efek negatif
tersebut? Ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan menurut Ibu Asih, yakni:
a. Beritahukan kepada anak efek negatif teknologi. Siapkan ananda untuk untuk
berinternet secara sehat dan bertanggungjawab sebelum memberi mereka gagdet
pertama.
b. Sepakati batasan waktu bersmart-phone (screen time) sebelum ananda
diizinkan menggunakannya.
c. Perhatikan pendidikan karakter dan living value, karena teknologi sudah
membanjiri mereka dengan informasi dan stimulus kognisi.
d. Jadilah teladan yang memberi banyak alternatif contoh kegiatan positif
untuk diikuti oleh ananda.
e. Seimbangkan screen time dengan family time. tegaskan aturan yang sudah
disepakati. Jangan terlalu mengandalkan pendekatan ‘penegakan hukuman’ tapi
gunakan pendekatan kesadaran.
f.
Anda harus selalu
waspada terhadap konten-konten yang mereka akses. Lihatlah secara konsisten,
tapi hindari terlalu mengawasi.
g. Jadikan diri Anda orang yang paling bisa mereka andalkan lebih dari siapa
pun dan lebih dari teknologi apapun.
Pemberdayaan (empowerment)
Anak
Memberdayakan disini berarti memberi kesempatan anak baik
sebaai siswa maupun sebagai anggota keluara untuk :
1. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah dan keluarga.
2. Berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi
kehidupan mereka.
Persepsi yang harus
ditumbuhkan oleh orang tua dan guru untuk memberdayakan anak adalah:
a. Melihat anak/siswa sebagai aset, menghargai kemampuan mereka, danmelihat
secara positif potensi yang mereka miliki daripada fokus padamasalah.
b. Fokus pada daya tahan dan kekuatan anak daripada risiko dan kekurangan.
c. Memberi kesempatan berkontribusi dan berpartisipasi kepada semua anak tanpa
memandang kemampuan (dan bagi siswa: lokasi, gender, status, latar belakang, serta
budaya)
d. Memotivasi dan mendukung partisipasi anak.
Manfaat pemberdayaan
anak bagi anak sendiri antara lain:
a. Bertambahnya kesadaran dan pengetahuan tentang berbagai hal.
Dengan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dirumah
maupun di sekolah, pengetahuan dan kesadaran anak terhadap isu yang relevan
dengan kegiatan yang diikuti menjadi lebih baik.
b. Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan.
Kemampuan membuat keputusan akan terasah dengan seringnya
anak/siswa dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk hal-hal yang menyangkut
kehidupan/pendidikan mereka.
c. Meningkatkan daya tahan/ketangguhan.
Partisipasi dalam pengambilan keputusan memperkuat
faktor-faktor yang mempengaruhi ketangguhan anak seperti hubungan yang
mendukung, keahlian problem solving, rasa memiliki pilihan pribadi, kesempatan sukses,
dan dukungan sebaya.
d. Rasa dihargai.
Ketika anak berpartisipasi dalam konteks yangbermartabat
dan bermakna, mereka akan merasa bahwa pandangan, pengetahuan, dan keterlibatan
mereka dihargai.
e. Meningkatkan kemampuan membantu.
Melibatkan anak dalam kegiatan menambah motivasi mereka
untuk membantu/menolong sebaya mereka.
Ukuran Pemberdayaan
Pemberdayaan anak dapat diukur dengan Learner
Empowerment Scale (LES)- Skala Pemberdayaan Pembelajar (Frymier,Shulman
& Houser 1996). Yan meliputi 3 hal yakni:
1) Meaningfulness – kebermaknaan
Ketika anak memandang sebuah tugas atau kegiatan memiliki
nilai atau makna menurut standar pribadi dan kepercayaannya (agama).
2) Competence – kemampuan
Ketika anak merasa memnuhi syarat dan mempunyai kemampuan
untuk melakukan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka. (Frymier,Shulman
& Houser 1996)
3) Impact –pengaruh
Persepsi anak terhadap peran mereka di kelas maupun di
rumah. Apakah kehadiran mereka membuat perbedaan. Apakah mereka bisa memberi
saran kepada guru atau membantu siswa lain mendapatkan informasi.
Beberapa hal yang harus dilakukan orang tua/guru untuk memberdayakan anak adalah:
1. Beri anak/siswa Anda suara : Generasi alpha akan menggunakn media sosial untuk menyalurkan uneg-uneg mereka,dengan risiko cyberbullying. Kesempatan menyampaikan tanggapan yang kemudian dihargai dan ditindaklanjuti membuat anak merasa bisa membuat perubahan, yang artinya mempunyai pengaruh di lingkungan tempatnya berada.
2. Berimereka kewenangan mengambil keputusan: Sesuaikan kewenangan yang diberikan dengan perkembangan anak. Membuat keputusan meningkatkan rasa kompeten.
3. Beraktivitas/bekerjalahbersama mereka. Bekerja bersamauru/orang tua membuat proyek atau kegiatan yang dilaksanakan menjadi bermakna. Generasi alpha menyukai kepemimpinan yang menginspirasi. Bekerja bersama adalah salah satu cara mengispirasi. Menyelesaikan pekerjaan bersama guru/orang tuia meningkatkan rasa kompeten anak. Berpartisipasi aktif dalam pekerjaan yang melibatkan guru/ortu membuat anak merasa kehadirannya di sekolah/di rumah ada pengaruhnya (impact).
4. Doronglah annnak menggunakan sarana atau teknologi yang mereka sukai/yang 'mendefinisikan' diri mereka. Hindari menolak/merendahkan hal-hal yang mereka hargai/ mereka anggap penting (musik, olahraga, film, aktivitas keagamaan, smartphone, internet dll). Bagi generasi alpha gadget dan teknologi digital merupakan keniscayaan.
Semoga bermanfaat. Terima kasih.