Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) secara konsisten menunjukkan bahwa kemampuan literasi atau membaca siswa di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), berada di tingkat yang rendah. Data ini menjadi alarm penting yang menyoroti perlunya intervensi serius dalam kebiasaan membaca di kalangan remaja.
A. Mengapa Kebiasaan Membaca Siswa SMP/MTs Rendah?
Beberapa faktor kompleks berkontribusi pada rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca siswa pada jenjang ini:
· Dominasi Media Digital dan Hiburan Instan: Generasi Z dan Alfa tumbuh dengan akses tak terbatas ke media sosial, game online, dan video. Konten digital menawarkan gratifikasi instan dan memerlukan rentang perhatian yang lebih pendek, membuat kegiatan membaca buku yang membutuhkan fokus dan waktu lebih lama terasa membosankan atau kurang menarik.
· Kurikulum yang Padat dan Tuntutan Akademik: Fokus seringkali beralih pada pemenuhan target kurikulum dan persiapan ujian. Membaca menjadi tugas, bukan kesenangan. Siswa hanya membaca materi yang wajib dan relevan dengan nilai, bukan untuk eksplorasi pengetahuan atau kesenangan.
· Akses dan Kualitas Bahan Bacaan: Meskipun akses buku secara umum meningkat, ketersediaan buku yang benar-benar relevan, menarik, dan sesuai dengan minat remaja di perpustakaan sekolah atau rumah masih menjadi tantangan.
· Peran Lingkungan yang Kurang Mendukung: Kebiasaan membaca tidak hanya dibentuk di sekolah, tapi juga di rumah. Kurangnya teladan dari orang tua atau anggota keluarga lain yang gemar membaca turut memengaruhi.
· Metode Pengajaran yang Kurang Menarik: Pembelajaran membaca di kelas terkadang masih berfokus pada teknik (misalnya, mencari ide pokok) tanpa menumbuhkan cinta terhadap isi atau cerita.
💡 B. Menyikapi dan Menyelesaikan Masalah di Sekolah
Sekolah memiliki peran krusial sebagai lingkungan formal pembentuk kebiasaan. Berikut adalah beberapa langkah strategis yang dapat diterapkan:
1. Peremajaan dan Digitalisasi Perpustakaan
Perpustakaan sekolah harus bertransformasi dari tempat penyimpanan buku menjadi "pusat sumber belajar" yang nyaman, modern, dan menarik.
· Koleksi Relevan: Tambahkan buku-buku fiksi dan non-fiksi terbaru yang sedang trending di kalangan remaja (misalnya, novel, komik edukatif, buku self-development, biografi inspiratif).
· Sudut Baca Interaktif: Sediakan area santai dengan kursi yang nyaman, bukan hanya meja belajar formal.
· Literasi Digital: Integrasikan platform digital (e-book, jurnal online) untuk menunjukkan bahwa membaca tidak terbatas pada format cetak.
2. # Integrasi Membaca Lintas Mata Pelajaran
Membaca harus menjadi alat belajar utama, bukan mata pelajaran tambahan.
· Guru Mata Pelajaran Lain: Guru IPA bisa meminta siswa membaca artikel sains populer, sementara guru IPS bisa meminta ulasan berita terkini. Ini menekankan bahwa kemampuan membaca adalah kunci untuk menguasai semua ilmu.
3. # Program Penghargaan dan Komunitas Membaca
· Tantangan Membaca: Adakan program "Tantangan 40 Buku Setahun" atau "Resensi Terbaik Bulan Ini" dengan hadiah atau pengakuan.
· Klub Buku Siswa: Fasilitasi pembentukan klub buku yang dipimpin oleh siswa sendiri, di mana mereka dapat mendiskusikan buku yang mereka pilih secara bebas.
Peran Guru pada Jam Literasi Sekolah
Jam literasi (biasanya 15-20 menit sebelum pelajaran dimulai) adalah waktu emas yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh guru. Guru perlu mengubah jam ini dari sekadar formalitas menjadi pengalaman membaca yang bermakna.
1. Praktik Membaca Senyap (SSR - Sustained Silent Reading) yang Berkualitas
· Teladan Guru: Guru harus ikut membaca buku mereka sendiri saat siswa membaca. Ini menunjukkan bahwa membaca adalah kegiatan yang dihargai dan dilakukan oleh semua orang, bukan sekadar tugas pengawasan.
· Kebebasan Memilih: Biarkan siswa membaca buku apa pun yang mereka bawa atau yang mereka pilih dari perpustakaan mini kelas. Kebebasan memilih adalah kunci untuk menumbuhkan minat.
2. Kegiatan Tindak Lanjut yang Kreatif
Setelah membaca, jangan hanya meminta ringkasan.
· "Book Talk" (Obrolan Buku): Minta siswa (secara sukarela) untuk menceritakan satu hal menarik yang mereka pelajari atau satu karakter yang mereka sukai dari buku mereka hari itu.
· Jurnal Respon: Minta siswa menulis respon singkat (bukan ringkasan!) mengenai perasaan, pertanyaan, atau koneksi yang mereka buat dengan teks yang dibaca.
· "Quote of the Day": Minta siswa memilih satu kutipan favorit dari buku mereka dan mempresentasikannya kepada kelas.
3. Scaffolding dan Bimbingan Terpersonalisasi
Bagi siswa dengan kemampuan membaca yang sangat rendah, guru harus memberikan dukungan.
· Kelompok Kecil: Guru dapat mengalokasikan waktu untuk membaca bersama siswa yang kesulitan (shared reading) atau memberikan rekomendasi bacaan dengan tingkat kesulitan yang sesuai.
Meningkatkan kemampuan membaca siswa SMP/MTs bukanlah pekerjaan satu malam. Ini membutuhkan komitmen jangka panjang dari sekolah, guru, orang tua, dan terutama, keinginan untuk mengubah buku dari kewajiban menjadi gerbang menuju dunia tanpa batas bagi setiap siswa.
No comments:
Post a Comment