Meskipun guru bukanlah cita-cita masa kecil, sekarang saya menikmatinya sebagai pengajar. Berkuliah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dulu dikenal sebagai IKIP Yogyakarta adalah notabene adalah bangku kuliah pencetak pendidik.
Kenapa kuliah di kampus pencetak guru kok tidak mau menjadi guru? Ya mengambil kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris membuat gambaran lebih luas untuk aplikasi ilmunya. Kami memang tidak diharapkan hanya bergulat untuk menjadi guru, tapi bisa bergulat di bidang komunikasi, penerbit buku dan lainnya yang memanfaatkan bahasa Inggris sebagai sumber informasi. Ketika itu saya cenderung ingin menjadi seorang penerjemah daripada bidang pendidikan.
Namun, ketika sudah berada di masyarakat dan diharapkan segera memiliki pekerjaan, orang tua tetap meminta bekerja di bidang pendidikan. Maka beralihlah fokus saya terlebih bidang yang lebih luas untuk mengabdi adalah di sekolah. Maka mulailah melamar ke berbagai sekolah. Alhamdulillah saat itu, tidak lama berselang dari wisuda, ada kesempatan pengangkatan guru lewat bank Dunia. Kami kenal istilah guru bantu.
Alhamdulillah melewati beberapa proses seleksi diterima sebagai guru bantu di SMPN 2 Bobotsari, Purbalingga. Mengabdi di sana baru satu setengah tahun, ada kesempatan tes CPNS secara besar-besaran dan serempak di departemen pendidikan dan departemen agama.
Meskipun demikian waktu satu setengah tahun itu menjadi sebuah dasar bagi saya untuk kembali fokus dengan pendidikan. Keseriusan menjadi guru tumbuh seiring perjalanan mengajar.
Kini setelah menjadi seorang PNS di Kementerian Agama, hal itu terus tumbuh. Terus belajar dan menyesuaikan pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan inti pendidikan. Terus berinovasi mendidik generasi. Semoga ini menjadi bentuk pengabdian saya sebagai seorang manusia yang bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain, terutama generasi penerus bangsa. Semoga.
No comments:
Post a Comment