Peristiwa yang cukup menghebohkan datang dari kelasku. Seorang anak tidak berpuasa pada bulan Ramadan kemarin karena sedang halangan.
Di grup kelas ia ketahuan makan di kantin sekolah. Aku sebagai wali kelasnya menjadi emosi karena anak belum mampu mengormati kawan lain yang sedang berpuasa.
Akhirnya di jam pembiasaan, sebelum masuk jam pertama aku menasehati mereka. Sebenarnya anak sudah tahu siapa yang saya bicarakan meskipun saya tidak menyebutkan nama.
Anak-anak menunduk terdiam ketika. Mereka tidak berani melihat kepadaku ketika saya sangat kecewa dengan perilaku salah satu anggota kelasku. Tidak sepantasnya kita yang berpuasa memperlihatkan sedang makan di depan mereka yang berpuasa. Panjang lebar aku menasehati mereka.
Anak-anak saling bertatapan menunjukkan kebingungan. Tapi aku abaikan. Akhirnya mereka mendengarkan saja apa yang aku katakan tanpa sedikitpun bertanya.
Tiba-tiba pintu kelas diketuk seseorang. Aku persilahkan masuk. Aku kaget karena anak tersebut sebenarnya yang aku tuju dari nasehat yang disampaikan. Dengan perasaan kesal sekaligus mentertawakan sendiri. Aku sudah salah menasehati. Yang dituju ternyata dari tadi tidak berada di kelas. Pantas anak-anak yang lain nampak bingung dengan pembicaraanku. Karena kesal semua jadi tidak berbeda. Oalah salah sasaran. Ternyata...
No comments:
Post a Comment