Sore menjelang sementara perut belum terisi nasi. Kegiatan seharian ini cukup menguras tenaga dan pikiran. Sayangnya, tidak ada kesempatan untuk makan. Jam makan terlewat karena kesibukan tersebut.
Baru menjelang pulang, rasa lapar seperti baru terdengar karena ada jeda waktu menunggu absen pulang. Badan tidak bisa dibohongi. Ia menuntut haknya dipenuhi.
Karena lapar sudah tidak tertahan, badan terasa panas dingin dan lemas, akhirnya aku belokkan stang motor ke sebuah warung soto. Aku sering mengunjungi warung soto ini ketika masih bertugas di MTs Negeri 2 Purbalingga. Jaraknya memang tidak terlalu jauh.
Seringkali jika ada acara di madrasah malah kami tinggal menelepon saja dan penjual soto akan datang sesuai waktu yang ditentukan dengan peralatan lengkap kuah panas, soto dan mangkok serta sendok. Simpel, mudah dan cepat. Tidak terlalu ribet dan lama menunggu.
Kini setelah pindah tugas ke madrasah yang baru, yang lokasinya jauh dari warung soto ini, kesempatan untuk menikmatinya adalah ketika pulang sekolah. Bisa dinikmati di sana atau dimakan di rumah.
Soto Sarwan sudah melegenda. Hampir semua orang akan bertanya tentang warung soto ini jika saya menyebutkan nama Bobotsari. Ia memang terletak di sebelah pasar hewan (pasar kewan) dulunya. Namun, pasar hewan itu kini sudah tidak beroperasi lagi dan ditinggalkan oleh para penjual dan pembeli.
Namun, keberadaan soto Sarwan ini tetap tidak mengalami perubahan nama meskipun tidak berjualan di pasar hewan lagi. Warung ini tetap dikenal sebagai warung soto Sarwan. Sama seperti sebelumnya.
Aku pun masih menikmatinya bersama keluarga pada waktu tertentu seperti saat ini. Ia tetap menjadi soto kesukaan bagi kami meskipun di wilayah sekolah yang baru tentu saja ada warung soto juga.
Dengan harga 14.000 kita sudah dapat menikmati soto Sarwan yang khas. Bedanya di mana? Kalau menurut saya si di rasanya. Belum tergantikan. Sudah klop dan klik dengan lidah kami.
No comments:
Post a Comment