Gambar: Stasiun Purwokerto (Tribunjateng.com)
Naik Kereta Api
Naik kereta api, tut-tut-tut
Siapa hendak turut?
Ke Bandung, Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo kawanku lekas naik
Keretaku tak berhenti lama
Lekas keretaku jalan, tut-tut-tut
Banyak penumpang turun
Keretaku sudah penat
Karena beban terlalu berat
Di sinilah ada stasiun
Penumpang semua turun
Sumber: Musicmatch
Tentu lagu tersebut sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dari taman kanak-kanak kita sudah diperkenalkan lagu tersebut. Lagunya pun gembira dan ceria. Sangat disukai anak-anak. Demikian pula saya. Lagu tersebut sangat populer di kalangan anak. Namun, sampai di usia sekolah menengah atas saya belum pernah merasakan rasanya naik kereta api dan masuk ke stasiun.
Hanya sekedar membayangkan rasanya dari film atau lagu-lagu yang menampilkan latar stasiun kereta api dan penumpangnya. Jika melewati rel kereta api betapa takjub memandang kereta dengan gerbong panjang mengular yang memberikan bunyi khas. Memandang penasaran ke isi di dalamnya. Apa yang dilakukan penumpang di dalamnya.
Merasakan suasana stasiun dengan beragam pernak-pernik suasana membuat saya penasaran. Terlebih ketika teman-teman yang sering memanfaatkan jasa kereta api menyatakan keseruan suasana stasiun dan naik kereta api.
Ketika bepergian selama ini lebih banyak menggunakan mode bus daripada mode yang lain. Karena memang terminal bus lebih dekat dituju dan tidak memakan banyak waktu menuju ke sana. Berbeda dengan stasiun yang harus ditempuh kurang lebih 1 jam kurang. Cukup menyita waktu. Jadi tidak pernah merasakan suasana stasiun kereta api. Rasa penasaran tersebut akhirnya membuat saya bertekad menikmatinya suatu saat.
Dan itu baru terwujud ketika kuliah. Ada seorang teman dari Brebes yang saudaranya menikah. Ia mengajak beberapa teman kos, termasuk saya, untuk datang ke rumahnya. Dan naik kereta menuju ke sana. Wah, betapa senangnya. Akhirnya terwujud juga ke stasiun dan naik kereta api.
Gambar: stasiun Lempuyangan (jogjaasik.com)
Kereta api yang kita naiki adalah kelas ekonomi. Dan justru dari sinilah kenangan banyak muncul. Meski terkesan tidak nyaman dan mengganggu bagi saya pedagang dan pengamen yang hilir mudik menjadi tambahan kenangan yang tak terlupakan. Tentu hal seperti ini tidak ditemui untuk kelas kereta api eksekutif. Tapi saya cukup menikmatinya. Apalagi pedagang-pedagang tersebut memiliki suara khas ketika menawarkan dagangannya di kereta.
Malah hal tersebut menjadi suatu yang membuat kangen untuk dinikmati kembali. Suasana berebutan kursi di peron dan suasana riuh penumpang, bercampur dengan pedagang dan pengamen. Mungkin karena saya menumpangi kereta ekonomi maka yang terkenang adalah kereta ekonomi. Sementara saya tidak punya gambaran suasana kereta api eksekutif.
Nampaknya hal tersebut sudah tidak ditemui lagi di kereta karena pihak KAI (Kereta Api Indonesia) melakukan banyak perbaikan di fasilitas stasiun dan kereta api. Termasuk pembatasan para pedagang dan pengamen yang masuk ke wilayah stasiun dan kereta api. Selain itu tiket kereta api juga lebih diutamakan dengan pemesanan lewat online sehingga mengurangi antrean di stasiun sehingga tidak menimbulkan suasana bergerombol.
Terlebih setelah pandemi. Pelayanan dan fasilitas stasiun tentu sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tentu ini sangat berpengaruh terhadap penumpang namun semoga kereta api tetap menjadi pilihan moda transportasi yang aman dan nyaman bagi penumpangnya.
Namun setiap kali membicarakan tentang stasiun dan kereta api, lagu "Perjalanan" dari Franky Sahilatua dan Jane selalu terngiang. Ada beberapa sebab. Yang pertama, lagu tersebut menampilkan latar belakang suasana di dalam kereta api dan yang kedua adalah seringnya saya disangka orang lain. Beberapa kali naik kereta api, disapa oleh orang yang menduga saya adalah seseorang yang mereka kenal. Padahal saya sendiri tidak mengenal mereka. Nama dan asal yang disebutkan juga asing bagi saya. Kadang penasaran pada diri sendiri. Benarkah kita punya beberapa kembaran atau seseorang yang mirip kita di tempat yang lain? Pernahkah Anda mengalaminya?
Sumber : "Perjalanan" oleh Franky Sahilatua dan Jane
Ayok kita naik kreta
ReplyDeleteMau, siap ikut. Berangkat!
DeleteKapan lagi ya naik kereta? kapan kapannnn
ReplyDeleteYa rencana mau ke Malang dengan kereta api. Semoga terwujud.
DeleteStasiun lemputangan yang penuh kenangan
ReplyDeleteTerkesan dengan suasana stasiun Lempuyangan Bu.
Deletestasiun PWT. mantap luas dan kren. kisah yang mengsankan. mantap bunda
ReplyDeleteBetul Pak. Sayang jauh dari rumah. Lebih memilih bus dari kereta api untuk bepergian.
DeleteAmbu juga sering disapa orang yg ktnya kenalannya, di stasiun. Ternyata salah orang. Mungkin wajah kita familiar jd banyak yg serupa hahaha..
ReplyDeleteWah ternyata ada yang sama. Kata teman saya, wajah saya pasaran Ambu. Di mana-mana ada ha ha.
Delete