Saat ini memiliki buku fisik menjadi hal yang berkurang. Tetapi bagi saya pribadi tidak. Masa pandemi ini informasi buku-buku bagus justru lebih mudah didapat dari berbagai website. Kadangkala juga ada yang mendapatkan diskon atau bebas ongkos kirim dari pihak penulis.
Saya termasuk kutu buku meskipun jika dibandingkan dengan kebiasaan membaca buku di luar negeri saya masih kalah jauh. Saya menargetkan membeli buku paling tidak 2 buku dalam sebulan. Masih jauh kalah dengan yang lain tentu saja. Apakah langsung dibaca? Tidak. Beberapa di antaranya menempati rak beberapa minggu bahkan bulan baru dibaca ketika sempat atau berkaitan dengan ide menulis yang muncul.
Bazaar buku yang menjadi waktu yang tepat untuk membeli buku-buku yang diinginkan dengan harga miring sudah tidak mudah ditemui sekarang. Mungkin karena pandemi maka pihak penerbit pun tidak mungkin mengadakan bazar buku. Pasti akan memunculkan kerumunan ya? Nah informasi buku lebih banyak diperoleh dari teman atau dari komunitas menulis yang kita ikuti.
Bagi saya pribadi memiliki buku fisik lebih menarik daripada buku digital. Mencoba masuk menjadi anggota perpustakaan digital di perpustakaan RI masih belum begitu aktif. Hanya 2- 3 buku dalam sebulan yang saya pinjam. Sebagian besar harus mengantri dulu untuk membaca buku yang diinginkan. itu pun juga tergantung dari akses internet.
Salah satu yang menyebabkan saya lebih suka buku fisik adalah lebih merasakan interaksi dengan penulisnya lewat tebal buku, bentuk tulisan dan gambar-gambar. Lebih memotivasi untuk membaca ketika memegangnya. Dan tidak terikat waktu kapan membacanya. Bisa satu malam satu buku akan selesai dibaca. Hal ini tidak bisa dilakukan ketika membaca buku digital. Rasa lelah pada mata lebih cepat terjadi pada waktu membaca buku digital daripada buku fisik.
Selain itu penyebab lain memilih buku fisik adalah ada tanda tangan penulis yang sering dibubuhkkan pada buku mereka. Ini menjadi hal yang tidak bisa tergantikan. Buku ini mungkin malah kan menjadi kenangan untuk seumur hidup. Nah ini yang tidak bisa dijangkau oleh buku buku digital. Memiliki buku dengan tanda tangan dari penulis memang menjadi salah satu kepuasan tersendiri.
Ini yang saya rasakan ketika hari ini mendapatkan kiriman 2 buku dari Pak Aris Ahmad Jaya. Di dalamnya ada tanda tangan beliau dengan kata-kata motivasi. Perasaanya luar biasa. Lebih dari bahagia. Seperti berkomunikasi langsung dengan penulisnya. Meskipun tidak secara langsung. Barangkali ini juga memunculkan motivasi bagi saya untuk langsung menikmati bukunya. Satu hari selesai membacanya. Keren.
Jadi teringat apa yang disampaikan oleh Pak Matahari Timur (Kang MT) semalam dalam launching buku "Membongkar Rahasia Menulis ala Guru Blogger" via zoom meeting. Lebih suka aroma kertas di buku fisik daripada buku digital. Ada hal-hal yang tidak bisa tergantikan dari buku fisik. Salah satu ya aroma kertas khas buku. Saya jadi mengerti setelah hari ini saya menerima dua buah buku pesanan dengan tanda tangan penulis terbubuh di dalamnya. Bisakah buku digital memberikan perasaaan ini?
Terima kasih kepada Pak Aris Ahmad Jaya yang sudah memberikan tanda tangan di dua buku yang saya beli. Ini menjadi inspirasi tulisan hari ini. Semoga menjadi motivasi tersendiri untuk saya pribadi memahami dan mempraktekan ilmu di dalamnya. Salam literasi.
Salam literasi...betul ibuk..ada rasa bahagia tersendiri... Jika ada tandatangan penukis di dalamnya.
ReplyDeleteIya Bu rasanya berbeda. Kebahagiaan yang luar biasa.
DeleteBanyak membaca membuahkan tulisan yang bagus. Kalau buku dibubuhi tanda tangan digital, mungkin juga tidak akan sama rasanya, ya. Tidak ada aroma kertasnya. Keren. Inspiratif.
ReplyDeleteMencoba terus membaca agar menulis tidak terhenti. Iya Bu tetap berbeda.
DeleteBeralihnya literasi dr buku ke website tak mengurangi Niat untuk selalu berkarya dan terus belajar ya bug 🙏
ReplyDeletePerubahan itu yang abadi. Harus mulai beradaptasi dengan perubahan, kalau tidak mau ketinggalan.
DeleteSaya juga lebih suka buku fisik, apalagi buku-buku tebal dan lama. Entah kenapa saya suka aromanya. Kebiasaan saya mencium buku sebelum membacanya. Aneh nggak sih? Hahaha
ReplyDeleteAromanya mak nyus mengundang untuk segera dibaca.
DeleteWow. Bulu SM3H. Keren. Dari Pak Aris. Buku beliau emang membakar. Hehe
ReplyDeleteAlhamdulillah berkesempatan beli di saat promo plus bonus ttd. Sangat inspiratif dan memotivasi Pak.
DeleteSaya juga pernah dapat tanda tangan dari penulis
ReplyDeleteSaat itu dapat tanda tangan daari Renald Kasali, penulis buku Drive.
tapi sayang bukunya terselip endah dimana....
Wah segera dicari Pak. Biasanya akan ketemu saat beberes. Sayang sekali ya.
DeleteAda hal-hal yang tidak bisa tergantikan dari buku fisik
ReplyDeleteJosss 👍🏻👍🏻👍🏻 sepakat
Betul sekali. Terima kasih kunjungannya.
DeleteBuku fisik bagi saya juga lebih menarik. Terim kasih sudah berbagi rasa dan pengalaman.
ReplyDeleteSama-sama pak D. Terima kasih kunjungannya. Dapat istilah baru buku digital = buku LDR
ReplyDeleteLuar biasa
ReplyDeletesemangat berkarya, semangat menginspirasi
Sama-sama Pak Miftah. erima kasih kunjungannya
Delete