Peristiwa siang dan sore kemarin mengingatkan makna silaturahmi dengan bertemu. Keduanya bisa dilaksanakan tetapi terasa berbeda pada tataran aplikasinya. Memang silaturahmi tidak harus bertemu. Tetapi pertemuan secara fisik, tidak hanya tatap muka dan tatap mata, membawa rasa yang berbeda.
Sabtu siang kemarin saya berkunjung ke salah satu rekan guru yang sudah beberapa tahun pensiun. Sebenarnya tidak sengaja karena mampir dari memenuhi undangan hajatan salah satu komite sekolah.
Berpikir sejenak, saya sudah berada di sini dan kalau menyengaja mungkin tidak sampai di sini. Saya mau ke mana ya? Teman-teman yang lain mampir ke rekan kerja juga yang masih satu desa. Ada beberapa teman guru yang berasal dari desa ini juga. Bingung menentukan akhirnya kepikiran rekan guru yang sudah pensiun.
Beliau adalah senior di madrasah pertama saya ditempatkan sebagai PNS. Kini sudah hampir 4 tahun saya mutasi ke madrasah lain. Saya memang tidak sempat mengikuti acara pensiun beliau. Karena waktu itu saya sudah pindah lebih dulu. Tetapi kabar beliau pensiun sampai karena kita sama-sama berada di satker negeri. Informasi biasanya cepat sampai.
Saya memutuskan untuk silaturahmi ke sana. Rumah Beliau insyaallah masih teringat dimana lokasinya. Segera aku menuju ke sana dan berpisah dengan teman-teman yang memiliki arah yang berbeda.
Setiba di sana sudah waktunya shalat dhuhur. Saya bergabung ikut jamaah meskipun terlambat. Saya yakin Beliau jamaah pula di sana. Karena Beliau biasanya shalat berjamaah dengan suami, yang menjadi imam di masjid tersebut.
Menunggu beberapa saat untuk menyapa beliau. Masih ada sunah yang Beliau tunaikan. Sengaja saya menunggu di bagian belakang. Terkejut Beliau melihat saya. Mungkin tidak percaya karena sudah lama juga saya tidak berkunjung setelah Beliau pensiun.
Saya memang tidak memberi tahu akan datang karena nomor yang ada tidak tersimpan di cadangan. Jadi semacam kejutan bagi Beliau. Akhirnya kami bertemu dan bercerita tentang banyak hal.
Bagi saya beliau adalah teman sekaligus orang tua. Dari Beliau saya belajar bagaimana menjadi ibu rumah tangga, guru di sekolah dan menjadi abdi masyarakat di lingkungan sekitar.
Pertemuan tanpa rencana ini bagi saya luar biasa. Saya jadi tahu Beliau baru saja memperoleh cucu baru. Sekitar 1 bulan mendapatkan cucu dari putri ketiga Beliau. Alhamdulillah. Rasanya banyak hal yang tertinggal selama ini. Semoga pertemuan ini dapat berlanjut ke pertemuan-pertemuan berikutnya. Silaturahmi yang terus terjalin.
Satu pesan wa dari Beliau setelah saya pulang membuat saya yakin silaturahmi fisik tidak bisa tergantikan. Saya hanya bisa mengamini doa-doa Beliau dengan air mata saat membacanya. Betapa berartinya sebuah kehadiran dan pertemuan. Dan ini mungkin tidak terjadi jika saya menyampaikan selamat idul Fitri dari ponsel saja.
"Ass.wr.wb.....dg sangat gembira dan haru atas silaturohim nya jen buuuu........ora nyana nk rep ketemu jen......matur nuwuuun sngt...smg sltrhm jen ditrima Allah shg diparingi panjang umur yg barokah murah rizki yg halal barokah sllu dlm lindungaNYA sehat waras slamet sgl urusanya dimudahkan .kafa jadi anak solikhah.aamiin yra."
Saya sengaja mengutip pesan wa Beliau pada tulisan ini agar menjadi pengingat untuk silaturahmi berikutnya. Semoga pandemi ini segera berlalu sehingga silaturahmi secara fisik, bertemu secara langsung dapat dilaksanakan.
Peristiwa kedua, ada salah satu jamaah pengajian yang sedang sakit. Beliau sudah berpindah sekitar 8 bulan ke luar kecamatan, mengikuti keponakannya. Selama di desa kami Beliau yang sangat sangat aktif mengikuti pengajian. Hadir awal untuk berjamaah shalat dan pulang paling akhir.
Lebaran idul Fitri ini beliau ternyata sakit. Hampir sepuluh hari dari kabar terakhir yang kami terima dari saudaranya. Keadaan beliau semakin lemah meskipun masih bisa diajak berkomunikasi.
Ketika ada saudara ke sana, Beliau menyampaikan ingin bertemu dengan ibu-ibu jamaah pengajian di masjid yang dulu Beliau biasa ikuti. Kami dari pengajian segera menuju ke sana siang harinya. Memang tidak semuanya, tapi mungkin bisa mewakili. Kami saling meminta maaf, menyemangati Beliau untuk semangat sembuh. Kami sampai di rumah sekitar jam 5 sore.
Pada pukul 7 mendapat berita beliau sudah tidak merespon terhadap sekitar. Pada sekitar jam 8 malam kami mendapatkan kabar dari ponakannya bahwa beliau baru saja dipanggil Allah SWT. Innalilahi wa innailaihi roojiuun. Semoga husnul khotimah. Kami yang barusan ke sana hanya terbersit, apakah hanya menunggu silaturahmi kami beliau berpulang? Wallahu a'lam. Rahasia Allah pada silaturahmi ini.
Peristiwa di atas mengajarkan pentingnya silaturahmi fisik. Saya tidak menyalahkan jika ada yang berkeras untuk pulang mudik terutama ke rumah orang tua. Telepon dan gadget tidak bisa menggantikan rasa silaturahmi fisik. Sekalipun dengan video call dan semacamnya. Selamat menikmati indahnya silaturahmi. Tetap jaga prokes. Salam sehat selalu.
Terimakasih sudah berbagi..
ReplyDeleteTetap jaga prokes dans sehat selalu
Sama-sama Pak Indra, mencoba mengabadikan momen yang luar biasa bagi saya. Salam sehat juga.
DeleteSilahturahmi is the best ya. Banyak hikmahnya
ReplyDeleteBetul Bunda. Dengan prokes mencoba tetap silaturahmi fisik.
Delete