Assalamu'alaikum wr wb
Selamat pagi pembaca. Saya sengaja mempostingkan ulang materi tentang cara tulis dan tata tertib penulisan ini di blog. Selain untuk menyimpan memori akan ilmunya. Biasanya kalau di simpan di HP dalam bentuk pesan WA suatu saat akan dihapus chatnya karena kaitannya dengan berkurangnya memori HP. Pengalaman pribadi he he. Nah sayangkan ilmu yang luar biasa terhapus begitu saja.
Sengaja saya tidak meresumenya karena hampir semua isinya adalah ilmu kepenulisan. Kalau Anda mau membuat kesimpulan silahkan simpulkan sendiri ya setelah membaca ini. Jangan lupa dipraktikkan. Karena sesungguhnya tujuan penyampaian materi ini adalah untuk memperbaiki cara kita menulis. Selamat menulis. Salam literasi.
Materi #5 KMK 10
Cara tulis dan tata tertib penulisan
Oleh : Agung Purnomo
Dalam tulis-menulis, apalagi menulis buku, mungkin penulis sering luput dalam penulisan huruf karena terlalu fokus pada kualitas kontennya, bukan teknik menulisnya.
Pernahkah kita merasa ketika ingin menulis buku, ada sesuatu yang kurang pas? Biasanya hal tersebut dilahirkan dari kecemasan kita terhadap konten yang kita tulis. Ya, kita takut bilamana tulisan kita tidak menarik minat para pembaca. Hal itu dapat disebabkan oleh konten yang kurang menarik ataupun bahasa yang terlalu kaku.
Oleh sebab itu, biasanya penulis melakukan pengecualian terhadap teknik menulis buku sesuai kaidah. Dalam kata lain, penulis melakukan kesengajaan dalam melanggar kaidah menulis buku secara terstruktur. Meskipun tidak sepenuhnya kasusnya semacam itu, karena ada juga penulis yang belum begitu memahami kaidah penulisan yang baik dan benar.
Salah satu kaidah penulisan yang sudah tergantung dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah tata cara penulisan huruf. Tata cara penulisan huruf adalah salah satu kaidah paling dasar dalam EYD, sehingga terkadang para penulis menyepelekannya.
Walaupun tata cara penulisan huruf adalah hal yang bersifat mikro dalam menulis buku, tetap saja tata cara ini dianggap penting. Ibarat kata, tidak akan ada 1 juta rupiah jika tidak ada 1 rupiah didalamnya. Apalagi dalam penulisan yang bertemakan ilmiah, tata cara kecil ini harus dijunjung tinggi demi mendapatkan kualitas yang tinggi.
Dalam tata cara penulisan huruf, ada dua penulisan huruf yang menjadi fokus kita. Yang pertama, adalah penggunaan huruf kapital atau sering kita sebut huruf induk. Yang kedua, adalah penggunaan huruf miring atau secara universal disebut italic. Berikut ini tata cara penulisan huruf yang wajib kita ketahui:
A. Cara Penulisan Huruf Kapital Yang Benar
1. Huruf kapital digunakan sebagai penggunaan huruf pertama dalam ungkapan yang berkaitan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan termasuk kata gantinya.
Contohnya:
– Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
– Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
2. Huruf kapital digunakan sebagai hurufpertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contohnya:
– Imam Syafi’I, Haji Agus Salim, Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Adapun beberapa perhatian khusus, seperti dalam kalimat ini :
– Dua tahun berikutnya, dosen kami akan berangkat haji.
– Hassanuddin, sultan Makassar, digelari Ayam Jantan dari Timur.
3. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang pemangku jabatan.
Contohnya:
– Walikota Tri Rismaharini, Gubernur Ahok
– Menteri Pendidikan Anis Baswedan, Menteri Bambang Sudibyo
– Profesor Soepomo, Letnan Jenderal Djoko Santoso, Letjen Suprapto
Adapun beberapa perhatian khusus, seperti dalam kalimat ini :
– Siapakah walikota yang baru dilantik itu?
– Dua hari yang lalu, Mayor Jenderal Djoko Santoso baru diangkat menjadi letnan jenderal.
4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama orang.
Contohnya:
– Muchamad Resya Firmansyah, Arum Sulistyowati, Sri Handayani, Patrick Simamora, Alan Budi Kusuma, Giovanni Putri Astuti, Bambang Sutrisno, Rhendy Sapta Wardhana
Adapun beberapa pengecualian dalam nama orang, karena latar belakang keluarga ataupun budaya pemilik nama seperti :
– LeBron James, Leonardo DiCaprio
5. Huruf Kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contohnya :
– bangsa Indonesia, suku Dayak, bahasa Jepang
Adapun perhatian khusus dalam penyusunan kalimat, seperti :
– . . . mengindonesiakan kata-kata asing.
– Jangan keinggris-inggrisan!
6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contohnya :
– tahun Hijrah, bulan Oktober, hari Galungan, Jum’at Kliwon, hari Natal, Perang Tabuk, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Adapun perhatian khusus dalam penyusunan kalimat, seperti :
– Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada . . .
– Perkembangan teknologi nuklir memicu resiko pecahnya perang . . .
7. Huruf kapital digunakan sebagai nama khas geografi.
Contohnya :
– Asia Tenggara, Sungai Nil, Kali Opak, Lembah Baliem, DKI Jakarta, Jabotabek, Kota Pelajar, Daerah Istimewa Yogyakarta
Adapun perhatian khusus seperti :
– . . . mereka pun akhirnya pergi ke selatan.
– Mandi di kali adalah kebiasaan masyarakat . . .
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan, organisasi, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, serta sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna.
Contohnya :
– Undang Undang Dasar 1945 (UUD 45)
– Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
– Kementrian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi
– Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
– Palang Merah Indonesia (PMI)
– Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
– Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 2004
Adapun beberapa perhatian khusus, antara lain :
– Pemerinttah republik kita telah menyepakati . . .
– . . . menurut undang-undang yang berlaku, guru . . .
– . . . kasus suap dalam beberapa lembaga badan hukum.
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan yang, yang tidak pada posisi awal.Contohnya :
– Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
– Bacalah majalah Bahasa dan Sastra
– Yadi adalah wartawan koran Jawa Pos
10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan khusus.Contoh :
– S.S. sarjana sastra
– Prof. professor
– S.pd. sarjana pendidikan
– M.A. master of arts
– Tn. tuan
– Bpk. bapak
– Ny. nyonya
– Sdr. Saudara
Adapun perhatian khusus dalam pemberian huruf kapital dalam gelar adalah dokter dan doktor:
– Dr. digunakan kepada seseorang yang telah menempuh pendidikan hingga lulus strata tiga (S3). Misalnya : Dr. Eko Setyo Humanika, M.Hum.
– Sedangkan penggunaan dr. digunakan kepada seorang ahli penyakit yang telah menempuh pendidikan profesi dokter. Misalnya : dr. Erwin Santosa
– Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penulisan dalam awal kalimat, disarankan untuk tidak menggunakan singkatan. Misalnya : “. . . penyakit tersebut. Dokter Muchlis akhirnya memutuskan untuk . . .”, bukan “. . . penyakit tersebut. Dr. Muchlis akhirnya memutuskan untuk . . .” ataupun “. . . kasus tersebut. dr. Muchlis akhirnya memutuskan untuk . . .”
11. Huruf kapital digunakan khusus sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contohnya :
– Sudahkah Anda tahu?
– . . . gagal. Maka dari itu, Anda tidak wajib . . .
– Jamu ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh Anda.
12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
Contohnya :
– Mereka pergi ke seminar tersebut menggunakan angkutan umum.
– Akan tetapi, para pemimpin dunia saat itu tidak menyepakati . . .
13. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contohnya :
– Akupun bertanya pada diri sendiri, “Apakah setelah lulus nanti dia akan pergi?”
– “Kemana saja kau dari kemarin??”, katanya.
14. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Contohnya :
– “Kapan Bapak berangkat?” tanya Siti.
– Karin bertanya,”itu apa, Pak?”
Adapun perhatian khusus seperti :
– Sebagai anak yang berbakti, wajib hukumnya untuk menghormati bapak dan ibu kita.
B. Teknik menulis huruf miring
Demikian materi sedikit tentang ejaan yang kadang dipandang sepele namun cukup mengganggu pandangan pembaca yang pada akhirnya pembaca tak tertarik dengan tulisan kita.
Kita harus menyajikan tulisan yang tepat dan disukai pembaca. Tulisan kita harus memikat. Apa yang mesti kita lakukan? Berikutbeberapa hal yang harus diperhatikan untuk memikat pembaca:
- Tulisan harus rapi memahami fungsi tanda baca dan kaidah penulisan yang benar.
- Menggunakan bahasa yang sesuai dengan target pembaca. Pilihlah kalimat-kalimat yang memancing daya imajinasi dan emosional pembaca.
- Tidak mengulangi kata-kata yang sama dalam satu kalimat serta gunakan padanan kata yang lain
- Kuatkan data (sumber) artinya pilih data-data yang kuat untuk menjelaskan satu pembahasan.
- Posisikan diri sebagai pembaca. Bagaimana seandainya kamu membaca tulisan sendiri.
Terus, kenapa ide suka loncat-loncat, kesana kemari, alias tidak konsisten dan gak karuan. Pernah ngalamin kek gini? saya pernah...
Saya katakan pasti diawal Anda akan mengalami kondisi ini, sadar atau tidak. Biasanya muncul saat proses penulisan sebuah buku, "Satu ide belum selesai muncul ide berikutnya dan begitu seterusnya."
Dalam menulis saya percaya dengan prinsip ini, "makin banyak memberi makin banyak menerima." atau pernyataan, "kerja keras enggak akan pernah mengkhianati hasil."
Memberi nilai lebih, kerja lebih keras dan sabar yang kuat dalam belajar dan komitmen itulah nasihat yang diajarkan oleh Jack Ma, untuk mencapai kesuksesan di era ini. Lemahnya kesabaran. Ingin cepat sukses. Tidak fokus, loncat kesana-kemari. Lemahnya daya juang alias gampang nyerah, membuat banyak para pemula gagal di pertengahan jalan, termasuk saat mengawali diri berproses untuk menulis.
Lagi banyak ide tapi kebingungan gimana nulisnya. Udah nulis tapi di tengah jalan bingung dan mentok, mandeg...
Malah, tulisan belum juga tuntas, tiba-tiba muncul ide baru. Efeknya merasa bahwa ide baru lebih bagus dari ide lama yang udah ditulis setengah jalan. Celakanya kondisi justru membuat kita gampang move on alias gampang loncat pindah menulis ke ide baru, meninggalkan tulisan lama yang dianggap udah gak bagus. Gak menarik lagi untuk dilanjutkan.
Alhasil tulisan lama mangkrak gak tuntas. Jika ini yang sedang dialami oleh teman-teman, saya akan sampaikan bahwa Anda sedang diserang penyakit berbahaya. Penyakit yang biasa menyerang penulis pemula. Penyakit yang bisa menghambat para pemula untuk fokus dan lebih produktif dalam berkarya... Ini penyakit laten.
Pertama: Tidak selektif dalam memilih ide.
Tidak semua ide itu bagus, bisa jadi itu adalah ujian. Mengapa saya bilang begitu? Sederhananya begini. Jika setiap ide yang mucul Anda turuti tanpa berpikir matang maka yang ada Anda akan diombang-ambingkan oleh ide baru yang selalu muncul setiap saat. Ingat, pikiran kita tidak pernah berhenti menghasilkan ide.
Kabar buruknya, jika kita selalu menuruti ide baru yang tiba-tiba mucul, tulisan yang sudah digarap bisa dengan mudah ditinggalkan begitu saja. Dengan alasan sudah tidak relevan, tidak menarik, gak ada feel lagi buat lanjut nulis.
Solusinya, Anda harus pilih ide dan tetap fokus sampai ide tersebut mewujud menjadi karya. Sampai tulisan tuntas.
"Menuntaskan tulisan jauh lebih baik dari pada tulisan yang dianggap sempurna, namun tidak pernah selesai."
Kedua: Muncul Ide yang Tidak Nyambung dengan Tulisan Sebelumnya.
Untuk mengatasinya, selalu awali dengan pertanyaan apa hubungannya ide baru ini dengan ide sudah ditulis?
Jika diawali dengan "pertanyaan" tersebut maka ide yang tiba-tiba muncul justru akan menjadi penambah sudut pandangan baru pada tulisan yang sedang ditulis. Cakupan menjadi lebih luas. Bukan malah ditinggalkan.
Ketiga: Tidak Membuat Titik Fokus.
Jika yang disampaikan tidak punya fokus, tulisan jadi kabur. Tidak tepat sasaran. Bahasan jadi kesana-kemari. Menulis itu harus fokus pada satu titik sasaran. Fokusnya pada tujuan atau nilai yang ingin disampaikan.
Misalnya, saat Anda ingin menulis yang tujuannya untuk memberikan orang motivasi dalam berbisnis, maka fokus pada menyampaikan masalah itu saja.
Catatan penting, pisahkan antara menulis dan mengoreksi (membaca ulang tulisan), jangan sampai bersamaan. Tuntaskan tulisan lebih dulu baru koreksi.
Sebab, membaca, menulis, dan mengoreksi hasil tulisan adalah bagian berbeda. Pikiran kita tidak bisa melakukan itu secara bersamaan.