Monday, 1 December 2025

Refleksi Milad ke-113 Muhammadiyah

 



Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Sifatnya modern, pembaru (tajdid), dan bergerak di bidang dakwah, pendidikan, kesehatan, serta kemanusiaan. Muhammadiyah berupaya memurnikan ajaran Islam dengan kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah serta menolak praktik-praktik yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam (bid’ah, khurafat, takhayul).

Ciri-ciri utama Muhammadiyah:

Berhaluan Islam berkemajuan.

Menekankan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.

Mengembangkan rumah sakit, universitas, sekolah, panti asuhan, dan layanan sosial lainnya.

Gerakannya bersifat non-politik praktis dan lebih fokus pada dakwah serta pelayanan masyarakat.

 Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

Pendiri : KH. Ahmad Dahlan (lahir tahun 1868 di Yogyakarta).

Berdiri : 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H) Kota Yogyakarta.


Latar Belakang Berdirinya

Pada awal abad ke-20, masyarakat Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) menghadapi:

Banyaknya praktik keagamaan yang tidak sesuai ajaran Islam murni.

Lemahnya pendidikan umat Islam.

Kemiskinan dan ketertinggalan di bawah penjajahan Belanda.


KH. Ahmad Dahlan, setelah belajar di Mekah, ingin melakukan pembaruan Islam (tajdid) di Indonesia dengan cara:

Membersihkan ajaran dari hal-hal yang tidak sesuai syariat.

Menguatkan pendidikan modern yang memadukan ilmu agama dan umum.

Membangkitkan semangat umat agar mampu menghadapi tantangan zaman.


Perkembangan Awal

Setelah berdiri, Muhammadiyah segera membangun berbagai lembaga:

Sekolah-sekolah modern (dengan kurikulum agama + ilmu umum).

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah (Pelayanan Kesehatan Umat).

Aisyiyah (organisasi perempuan Muhammadiyah), berdiri 1917.

Gerakan kepanduan Hizbul Wathan.



🌿 Peran Muhammadiyah Saat Ini

Hingga kini Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia, dengan:

Ribuan sekolah & pesantren.

Puluhan universitas (misalnya UMY, UMS, UAD, UMJ).

Ratusan rumah sakit & klinik.

Kegiatan kemanusiaan, sosial, dan pemberdayaan di seluruh Indonesia.

Refleksi untuk kegiatan Milad ke-113 Muhammadiyah dapat difokuskan pada tiga dimensi utama: Historis (Masa Lalu), Realitas (Masa Kini), dan Visi (Masa Depan), yang semuanya diikat oleh semangat dakwah dan tajdid (pembaharuan).

Refleksi Milad Ke-113 Muhammadiyah

Milad ke-113 adalah momentum untuk merenungkan sejauh mana organisasi ini telah mengamalkan mandat teologisnya, khususnya dalam "Memajukan Kesejahteraan Bangsa" (tema sentral yang sering diangkat).

1. Refleksi Historis: Penguatan Khittah Gerakan

Ini adalah perenungan terhadap nilai-nilai dasar yang diwariskan pendiri dan capaian besar yang telah diraih.

  • Spirit Al-Ma'un dan Kemanusiaan: Mengingat kembali semangat K.H. Ahmad Dahlan yang mengajarkan praktik Surah Al-Ma'un melalui pendirian rumah sakit, sekolah, dan panti asuhan. Refleksi ini bertujuan menguji apakah amal usaha (AUM) yang besar masih berorientasi pada filantropi, kerakyatan, dan pengentasan kemiskinan ataukah telah bergeser menjadi institusi yang terlalu komersial.

  • Kematangan Sistem vs. Kultus Individu: Menghargai kemapanan sistem dan manajerial yang membuat Muhammadiyah mampu bertahan lintas zaman tanpa tergantung pada satu tokoh. Refleksi ini mendorong kader untuk mencontoh kerendahan hati, keikhlasan, dan ketiadaan keangkuhan dari para pendahulu.

  • Gerakan Tajdid dan Pencerahan: Meneguhkan kembali komitmen terhadap tajdid (pembaharuan) yang mencakup pemurnian akidah dan pembaharuan pemikiran serta praksis keislaman untuk mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat.

2. Refleksi Realitas: Menjawab Tantangan Kontemporer

Ini adalah evaluasi terhadap kondisi persyarikatan dan posisinya di tengah dinamika bangsa dan global saat ini.

  • Pemerataan Kesejahteraan Internal: Mengakui pencapaian aset yang besar (AUM) di tingkat nasional, tetapi sekaligus merefleksikan adanya ketimpangan kesejahteraan di internal persyarikatan, seperti masih rendahnya gaji guru/karyawan di beberapa amal usaha. Refleksi ini menuntut solusi nyata untuk memastikan aset digunakan untuk kemakmuran seluruh warga.

  • Peran Wasathiyah (Moderasi) dan Kebangsaan: Menegaskan kembali peran Muhammadiyah sebagai aset bangsa dan organisasi Islam yang moderat (wasathiyah) serta konsisten dalam menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Refleksi ini mendorong kontribusi ilmiah dan digital dalam memecahkan persoalan peradaban dan meningkatkan kesadaran kebangsaan.

  • Adaptasi Dakwah Digital: Mengevaluasi efektivitas dakwah dan amal di era digital dan menghadapi kompleksitas tantangan seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan hoaks.

3. Refleksi Visi: Arah Gerak Masa Depan

Ini adalah penetapan resolusi dan arah strategis untuk mencapai cita-cita Islam Berkemajuan.

  • Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM): Fokus pada penguatan kader dan kepemimpinan yang berilmu, berakhlak, dan berjiwa sosial. Kader muda bukan hanya pewaris sejarah, tetapi penulis babak baru yang harus menghidupkan kembali semangat ijtihad dan amal shalih.

  • Dakwah Holistik dan Berkelanjutan: Memperluas makna dakwah tidak hanya di mimbar, tetapi di ruang kelas, rumah sakit, dan masyarakat yang membutuhkan sentuhan kemanusiaan, sesuai dengan tema besar "Memajukan Kesejahteraan Bangsa".

  • Sinergi dan Ukhuwah: Menjadikan Milad sebagai momentum untuk berjamaah dan berjam'iyah, memperkuat ukhuwah dengan ormas lain, dan bersinergi dengan pemerintah daerah dalam pembangunan peradaban.

  • Pencapaian Kemanusiaan Universal: Meneguhkan komitmen sebagai pelopor pencerahan yang membawa rahmat bagi semesta (rahmatan lil alamin), melampaui batas-batas organisasi, suku, dan agama.



No comments:

Post a Comment

Kisah Kalajengking dengan Lalat

 #CahayaDhuha KALAJENGKING MASUK KE DALAM BAJUNYA NAMUN IA MALAH SIBUK MENGUSIR LALAT DI BAJU TEMANNYA Ini penggalan kalimat yang menggambar...