Seorang teman mengeluhkan kemacetan yang terjadi di jalan selama H+2 hari lebaran. Katanya kota Purbalingga sudah seperti Jakarta lalu lintasnya. Kemacetan pindah ke sini.
Sementara teman yang lain mengeluhkan perjalanan yang semakin lama untuk bersilaturahmi dari kota ke kota sebelah. Waktu yang dibutuhkan biasanya hanya 2 jam kini menjadi 4 jam lebih masih belum sampai ke tujuan.
Demikianlah yang terjadi di lebaran tahun 2022 ini. Sangat terasa kemacetan yang terjadi. Jalan raya di kota kami bahkan ke jalan-jalan desa terisi oleh mobil pribadi. Pemandangan kemacetan berkilo-kilo kini menjadi sering tampak selama perjalanan.
Beruntung saya masih menggunakan sepeda motor. Meskipun terjadi kemacetan, masih bisa mencari celah untuk bisa bergerak maju. Walaupun tidak dapat dipungkiri memerlukan waktu yang lebih lama untuk bisa menyeberang ke arah yang berlawanan.
Ternyata hal tersebut memang sebuah fenomena baru. Tahun 2022 menurut laporan jasa marga merupakan mudik yang terpadat sepanjang sejarah mudik selama ini. Jumlah volume kendaraan yang melintas pada mudik lebaran kali meningkat hingga 50%.
Hal ini tentu dimaklumi karena hampir dua kali lebaran, mudik dibatasi karena pandemi. Sementara di tahun 2022 ini ada kelonggaran pelaksanaan mudik. Seolah-olah ada kebebasan yang harus dilepaskan. Mumpung ada kesempatan untuk bersilaturahmi dan mudik maka berduyun- duyun kendaraan berpindah seiring gerak mudik.
No comments:
Post a Comment