Friday 26 November 2021

Mengatasi Kecanduan Gadget dan Game Online



Pada malam hari ini mengikuti webinar yang rutin dilaksanakan pada setiap hari Jumat malam. Kali ini dengan tema "Anakku Kecanduan Gadget, Game Online dan Mudah Emosi". Tema ini tentu sedang in dan sesuai dengan keadaan. tidak hanya pada anak-anak saja kecanduan gadget ini. Kalangan orang dewasa pun tidak bisa lepas dari pengaruhnya. Meskipun pada saat sekarang yang menjadi fokus adalah kondisi anak-anak terutama setelah melakukan pembelajaran jarak jauh atau PJJ hampir selama 2 tahun belakang ini.

Hal tersebut nampak pada perilaku anak, yang teramati selama ini, di antaranya:

Anak tidak mau bergerak/malas bergerak (mager)

Tidak mau bersosialisasi.

Betah berada di kamar menyendiri.

Melupakan makan dan mandi. Makan dan mandi ala kadarnya.

Beribadah seadanya, yang penting sudah melaksanakan.

Mudah marah.

Mengancam menyakiti diri sendiri.


Siapakah yang paling bertanggungjawab dan dievaluasi terhadap kondisi tersebut? Ialah orang tua. Karena orang tualah yang menfasilitasi dengan wifi 24 jam dan kuota internet dengan alasan untuk kegiatan pembelajaran. Mreeka juga merasakan lebih nyaman ketika anak-anak berada di rumah, tidak kemana-mana meskipun harus berjam-jam menghadap HP atau televisi. Orang tua merasa lebih mudah mengawasi kegiatan anak dan lebih aman untuk kesehatan anak.

Berikut beberapa fenomena yang terjadi pada anak pada saat pandemi:

1) Proses pembelajaran dipindah ke rumah siswa. Akibatnya siswa merasa jenuh, kurang teman, dan kurang ruang bermain.

2) Anak sangat dekat dengan gadget dan semua fasilitas di dalamnya. Sebagian kecil dapat memanfaatkan dengan membuat konten-konten positif tetapi sebagian besar keluar dari hal-hal yang positif. Seperti masuk ke site-site yang belum usianya.

3) Peran orangtua dalam membersamai anak lebih besar sebagai guru dan sekolah dalam pembelajaran. Padahal kenyataanya tidak semua orang tua mampu mengajar akibatnya orang tua mudah emosi.

4) Dituntut kemandirian dan kedewasaan siswa dalam proses belajar di rumah. Kenyataannya pekerjaan siswa banyak diambil alih oleh orang tua.

5) Kemampuan guru untuk memberikan pendidikan karakter sangat terbatas dan kurang. Sehingga tidak terjadi keseimbangan antara olah hati (etik), olah pikir (literasi), olah rasa (estetik) dan olah raga (kinestetik) . Akibatnya banyak siswa yang malas belajar, malas ibadah dan kurang semangat.

Dampak yang terjadi aibat pembelajaran jarak jauh/online:

a. Anak mendapatkan tugas lebih banyak dari sekolah. Hal ini menyebabkan tingkat stress dan kejenuhan anak meningkat.

b. Sebagian orang tua bukanlah pengajar profesional sehingga sering terjadi konflik antara anak dengan orang tua.

c. Sebagian anak terkadang cenderung cuek.

d. Dikarenakan ruang gerak terbatas, anak cenderung lari ke sosmed sehingga sebagian besar terkena narkolema (narkoba lewat mata). Hal tersebut bisa berupa pornografi, game online maupun drakor.

Mengapa gadget Menarik untuk anak?

Sering kita penasaran mengapa anak mudah sekali terbius dengan berbagai permainan yang ada di internet. Ternyata memang ada sifat-sifat game online yang diperlukan oleh anak dan itu bisa dipenuhi oleh game online. Lima alasan mengapa anak-anak suka dan bahkan kecanduan gadget (khususnya game online)

1. Gadget itu menyenangkan.

2. Gadget itu selalu kreatif, tidak monoton dan selalu update. Dapat diunduh secara gratis.

3. Gadget itu selalu siap saat dibutuhkan. Dia selalu ada di saat yang lain menghilang.

4. Gadget selalu memberikan apresiasi atas apa pun yang diperoleh. Gagdet lebih mampu menghargai proses dan memberikan kesempatan mencoba kembali tanpa memaksa.

5.Gadget mampu memenuhi kebutuhan 3 VAK ( Visual enak, Auditori nyaman dan Kinestetik terwakili) 

Lima dampak negatif gadget:

1. Sulit mengendalikan emosi.

2. Fomo (fear of missing out/ rasa takut tertinggal)

3. Lelah mental ( secara mental sudah capek namun susah untuk berhenti).

4. Depresi akibat bullying.

5. Terpapar ponografi.

Penangannya bagaimana?

Lalu melihat kondisi tersebut apa yang mesti kita lakukan? Hal ini sudah menjadi masalah yang global dan perlu segera dilakukan perbaikan. Apa sajakah itu?
a. Orang tua harus mealkukan evaluasi, bagaimana peran orang tua dalam pengasuhan dan mendidik anak. Anak dipenuhi 5 bahasa cinta untuk mereka:
# Bahasa ungkapan kata-kata/pujian/apresiasi
# Memberikan momentum, waktu-waktu berkualitas
# Pelayanan, memberikan pelayanan penuh dan membersamai tidak hanya menemani
#Memberikan sentuhan/pelukan
# Memberikan hadiah, tidak selalu mahal tetapi sering meskipun hadiah kecil.

b. Membuat aturan yang jelas, tegas dan tega.

c. Bangun ketaatan. Kita yakinkan pada anak bahwa tanpa dilihat oleh orang tuanya anak sudah ada yang mengawasi yaitu malaikat dan Allah senantiasa melihat dan mendengar apa yang kita lakukan dan katakan.

d. Berikan kegiatan karena anak perlu bergerak dan diberikan ruang berekspresi.

e. Terapi. Belajar terapi atau minta pertolongan dari yang ahli/ terapis.

Cara melakukan Toki-toki:

* Niat semua dari tempatnya masing-masing. Yang muslim bisa diawali dengan membaca basmalah. Bismillahirohmanirohim. Lanjutkan dengan menyampaikan niat:"ya Allah saya niat melakukan terapi untuk menghilangkan emosi-emosi negatif dan sakit yang ada dalam diri saya agar pikiran cerdas, pikiran nyaman, hati tenang, dan tubuh sehat. Bantu saya ya Allah.

*Kalau sudah niat untuk diri sendiri boleh sekarang tangan kanan disini tangan kanan sebelah kiri ujung telunjuk.

* Jika sudah bapak ibu semua silakan tutup matanya. Hadirkan. Bayangkan. Rasakan. Pikirkan apa yang keluhannya. Apa yang tadi ingin dihilangkan ketidaknyamanannya. hadirkan. Bayangkan. Rasakan. Pikirkan apa yang ingin Anda bilang kan mungkin ada yang rasa kesel. Mungkin ada yang ingin menghilangkan rasa jengkel, rasa sakit hati, ada yang sakit gigi, sakit kepala .

* Tepuk bagian bawah rahang Oke sekarang boleh gantian lagi tangan kirinya lagi gini satunya lagi bagus-bagus coba mungkin ada di antara yang dihilangkan pada emosi adalah ada rasa marah. Hadirkan. Bayangkan. Rasakan. Pikirkan ingat-ingat lagi emosinya, kejadiannya, dan peristiwanya. Hadirkan. Bayangkan. Rasakan. Pikirkan semuanya. Aku menyesal. Maafkan aku terima kasih diriku. Terima kasih diriku. Sekarang panggil nama masing-masing. (nama) aku mengasihimu. Aku menyesal. Maafkan aku, terima kasih.

* Ulangi sekali lagi. Aku mengasihimu. Aku menyesal Maafkan aku, terima kasih. (nama) katakan dengan sepenuh hati kepada diri kita. Aku mengasihimu, aku menysal, maafkan aku terima kasih (nama) Aku mengasihimu Aku menyesal Maafkan aku terima kasih. Sekarang katakan pada diri kita. Ada Allah yang menyayangimu. Ada Allah yang mencintaimu. Ada Allah yang Maha Pengasih. Ada Allah yang Maha Penyayang. Ada Allah Yang Maha Kuasa. Aku mengerti, aku menyesal. Maafkan aku, terima kasih.

* Buka mata kembali dan ucapkan hamdalah.


15 comments:

  1. Replies
    1. Alhamdulillah, biar kalau lupa tinggal buka saja he he.

      Delete
  2. Pedang bermata dua. Perlu keliawaian guru utk membuat tugas yang mengharuskan menggunakan gadget tetapi tidak hanya copas, sehingga anak kreatif dan SIBUK.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Pak. Bermanfaat tapi bisa berbahaya jika tanpa pengawasan dan kesadaran.

      Delete
  3. Keren materinya. Menambah wawasan. Tipsnya OK. Mantap.

    ReplyDelete
  4. Serba salah yaaa.. Diperlukan namun perlu kehati-hatian dan perlu pendampingan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dua hal yang harus dilaksanakan dengan bijaksana. Harus jelas, tegas dan tega.

      Delete
  5. Ini pelajaran orangtua....semoga pesannya sampai, Dan guru pun wajib tahu. Jadi begitu pentingnya literasi dan komunikasi. Mantap Bu. Salam literas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Pak. Kadang kita menyalahkan anak tapi kita juga sebenarnya berperan di dalamnya.

      Delete
  6. Ngeri juga ya FOMO. Mudah-mudahan nggak sampai jadi FOMO deh.

    ReplyDelete

General Vocabulary Quiz: Uji Kemampuan Kosakatamu!

Pada beberapa waktu sebelumnya kalian sudah belajar tentang kosakata umum (general vocabulary). Kalian bisa lihat di sini daftar kosakata um...