Kita bersyukur bahwa pandemi tahun 2022 sudah semakin melandai. Masker sudah dapat dilepaskan jika berada di ruang terbuka. Setelah pandemi ini berlalu ada beberapa permasalahan yang muncul terutama terkait sikap dan perilaku anak. Hal tersebut merupakan akibat paska pandemi. Apa sajakah itu?
A. Anak menjadi temperamental
Karena sebagian energinya dari apa yang dia makan, dari apa yang dia masukkan dalam tubuhnya itu ternyata selama 2 tahun ini tidak optimalkan untuk keluar, tidak teroptimalkan beraktivitas sehingga menjadikan mereka kelebihan energi yang tidak tersalurkan dan berimbas kepada salah satunya mudah melakukan aktivitas-aktivitas yang cenderung)
Sekolah ketika offline, langsung ujian, sedangkan anak-anak belum tentu semua memahami pembelajaran saat online. Dan ketika masuk offline, sudah dihujani PR. Anak2 sudah tidak nyaman dgn PR karena terlalu banyak diberikan saat online sebelumnya
Anak-anak saat ini susah dibangunkan. Para orangtua harus mulai belajar tentang cara membangunkan buah hati kita, dan bangunkan dengan nyaman. Jangan sampai ada drama bangun subuh
Dia tidur hanya karena capek tapi belum melepaskan sampah dan bangkai emosi, minimalnya memaafkan dan melepaskan ketidaknyamanan2nya. Ini untuk orangtua.
Praktikkan kepada buah hati Anda, dengan bertanya: "Nak, apa ketidaknyamanan yang kamu rasakan hari ini? tanya alasannya
Lalu lepaskan dengan memaafkan satu per satu (runut sosoknya), dipandu oleh orangtua, misalnya kepada guru, bilang kepada Allah: "Ya Allah, ibu guruku orang baik, meninggalkan anak & suaminya untuk mengajar aku.
Ya Allah... ibu guruku orang baik, memberikan tugas karena menginginkan aku cerdas. Ibu guruku orang baik karena mengoreksi tugas2ku, hadir di sekolah untukku dan teman-temanku. Aku maafkan dia ya Allah, hamba maafkan guruku yang bernama…..". Terima kasih ya Allah"
2. Hal kedua yang menyebabkan anak temperamental yaitu KEHILANGAN UNTUK BERMAIN GAME, NONTON YOUTUBE kapanpun
Mereka kehilangan kebebasan untuk menikmati kenyamanan-kenyamanan. Guru pun mengajarnya kurang menarik dan menyenangkan, belum punya skill sebagai seorang entertainer.
3. Penyebab temperamental yang ketiga: terpengaruh dengan gadget atau game yang mereka mainkan.
Hati-hati dengan tayangan-tayangan kekerasan yang muncul pada permainan game online, karena tayangan tersebut masuk ke pikiran bawah sadar sehingga mereka lebih temperamental, "beringas". Orangtua harus membersamai, bukan sekedar bersama.
B. Anak kurang fokus
Permasalahan yang berikutnya yang muncul paska pandemi pada anak adalah kurangnya fokus pada anak tertutama pada saat proses pembelajaran tatap muka.
Permasalahan kurang fokus antara lain disebabkan karena:
1. Ada transformasi dari dunia maya ke dunia nyata.
2. Orang tua dan sekolah kurang memahami kebutuhan fisik dan pengungkapan pada kegiatan sehari-hari.
3. Anak kecanduan gadget
a. Game online yang mampu menghargai kenaikan setiap proses yang dilewati, merayakan kenaikan, ada variasi baru setiap tahapnya. Ada kesempatan mengulang tanpa merasa disalahkan. Dan yang paling utama adalah ada setiap saat
C. Kecanduan gadget/pornografi
D. Kurang gerak
E. Kurang empati
Mereka menjadi makhluk individu selama hampir dua tahun. Mereka dihubungkan secara maya dan tidak merasa terhubung. Mulailah Anda berempati kepada mereka. Hargai segala kebaikan dan hal-hal positif yang dilakukan oleh anak di depan mata kita. Hal tersebut harus dilakukan baik oleh orang tua maupun guru. Bagaimana cara menghadirkan titik empati?
1. Mulailah Anda empati kepada mereka, dan libatkan mereka untuk berempati bersama Anda
Ketika Anda melihat proses baik mereka, apresiasilah dan ungkapkan, meskipun mereka hanya melakukan hal-hal sederhana (makan dihabiskan, tutup pintu, tidur dan bangun tepat waktu). Karena mereka bukan hanya sebagai obyek, namun subyek atas proses itu
2. Berikan kepercayaan atauTrust kepada anak-anak. Berikan kepercayaan atas tugas atau aktivitas yang mereka usulkan. Banyak anak yang jengah karena orang tua lebih banyak memberikan kritik.
Laki-laki: keinginan untuk dipercaya dan diakui
Perempuan:kebutuhan untuk dihargai, dimengerti dan didengarkan
3. Miliki program keluarga terkait kepedulian, sebagai contoh program barbeku (diskusi dengan keluarga, minta mereka kumpulkan pakaian layak pakai, dilaundri kemudian disumbangkan). Barbeku adalah merupakan akronim dari barang bekas berkualitas.
Daripada banyak menyalahkan, katakan: "SAYA SALAH, SAYA SIAP BELAJAR"
Perbanyak doa Nabi Adam AS:
"Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamna lana kunanna minal khosirin"
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
Demikian catatan dalam pertemuan Kajian Jumat Malam (KJM) seri Jumat, 3 Juni 2022. Semoga bermanfaat.
Tulisan yang sangat bermanfaat.. terimakasih bismilah kita amalkan dan tak lupa kita iringi dengan doa.
ReplyDeleteSebagai orang tua mesti terus mendampingi, memang tidak mudah bagi anak untuk segera menyesuaikan dari belajar online ke offline. Namun kita mesti percaya sebenarnya anak lebih cepat menyesuaikan perubahan kondisi tersebut. Peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan
ReplyDelete