Yu Patmi merasakan hal yang tidak nyaman di perutnya sejak pagi tadi. Beberapa kali perutnya bunyi bersahutan. Bukan karena lapar ia rasa. Karena beberapa saat lalu baru saja ia makan pecel bersama teman-temannya. Terasa ia ingin ke belakang tetapi tak ada sesuatu pun yang keluar. Kenapa dengan perutnya ini? Tanyanya membatin pada dirinya sendiri.
Pagi ini ia sempat juga sarapan pagi. Meski terburu-buru ia masih makan satu buah tahu goreng dan secuil nasi. Ia memang lupa beberapa hari yang lalu lupa sarapan pagi karena harus membantu seorang tetangganya yang akan hajatan. Ia biarkan saja berlalu dan baru sempat perutnya diisi kembali pada siang hari, saat makan siang.
Kini baru terasa sekarang. Ia mengira dirinya masuk angin. Selain karena perutnya tak terisi sarapan pagi beberapa hari, ia juga harus menjaga anaknya yang sudah beberapa hari ini sakit. Setiap malam ia harus berjaga. Anaknya mengeluhka sakit pada kaki dan tangannya. Penyakit kulit yang menyerang anaknya sedikit membandel.
Dua kali sudah ia membawa anaknya periksa ke dokter mantri di desanya. Kata dokter mantri penyakit kulit memang sedang banyak melanda sekarang. Tidak hanya pada anak-anak juga pada orang dewasa. Ya memang benar anaknya pun terkena sakit kulit mungkin karena bermain dengan beberapa anak tetangga yang kebetulan juga menderita sakit kulit. Semoga anaknya segera sembuh dan bisa kembali ke sekolah.
Yu Patmi kembali memegang perutnya. Bunyi kemeruyuk terdengar kembali berurutan dari perutnya. Wah, semakin sering terdengar bunyi perutnya ini. Rasanya semakin tidak nyaman. Badannya agak menggigil sekarang. Ia menidurkan badannya di sebelah badan anaknya yang sakit. Ditariknya selimut tipis untuk menutupi kakinya agar sedikit menghangat.
Belum lagi matanya terpejam untuk tidur, perutnya melilit dan memaksanya bangun. Terburu-buru ia segera menuju ke kamar kecil yang letaknya di bagian belakang rumahnya. Ternyata benar ia masuk angin dan kini ia diare. Buang air besarnya hanya berisi air tetapi begitu melilit di perutnya. Agak lama juga ia berada di kamar mandi. Perutnya masih terasa melilit.
Beberapa kali dalam semalam itu ia bolak balik dari kamar tidurnya menuju ke kamar mandinya. Badannya terasa lemas dan tanpa tenaga. Diare ini sudah menguras tenaganya. Malam sudah semakin larut, ia hanya bisa menunggu pagi untuk mencari obatnya. Ia jarang menggunakan obat kimia, selain tidak aman ia lebih suka memakai obat yang ada di lingkungan sekitarnya.
Pada pagi harinya Yu Patmi berlahan menuju ke kebun tetangga. Ia minta beberapa daun jambu biji dan daun walisongo. Ini merupakan obat yang ia ketahui secara turun temurun untuk mengatasi diare. Setelah mendapatkan izin dari tetangganya, ia petik beberapa tangkai daun walisongo dan daun jambu biji. Dipilihnya daun-daun yang masih muda.
Setelah dicuci diambilnya tiga helai daun walisongo dan 3 helai daun jambu biji. Ia tambahkan garam di antara tumpukan daun tersebut. Kemudian dikunyahnya daun-daun tersebut. Terasa sepat dan asin. Namun, ia sudah terbiasa dengan rasa tersebut. Dia berharap daun-daun tersebut dapat mengusir diare yang sejak semalam menyerangnya.
Yu Patmi tersenyum pagi itu. Ia sudah siap dengan kegiatan rutinitasnya di hari itu. Diare yang menyerangnya kini sudah berhenti. Rasa lemas dan tanpa tenaga sudah berkurang. Ia bersyukur kepada Gusti Allah, daun Walisongo dan daun jambu biji sebagai usahanya untuk sembuh sudah sesuai harapan. Semoga hari-harinya sehat selalu, doanya sambil mempersiapkan sarapan pagi untuk keluarganya.
Purbalingga, 12 Juni 2022
Ilmu baru...selama ini tahunya hanya daun jambu biji ternyata daun walisongo juga bisa digunakan untuk obat diare.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berbagi Bu Suyati
Sama-sama Bu. Sepertinya saling menguatkan fungsinya. Semoga bermanfaat.
DeleteJadi inget masa kecil dulu, kalo lagi diare disuruh makan daun jambu biji yang masih muda. ternyata benar ya bisa berkhasiat untuk obat diare..
ReplyDeleteNah, ternyata kita punya banyak obat herbal sejak dulu.
DeleteKasihan alami dari alam.memmag sudah banyak terbukti ya..sampe sekarang daun jambu biji sangat banyak.manfaat nya bahkan juga untuk penyakit' yg lain
ReplyDeleteBetul, Bu. Masih banyak manfaat lainnya dari tanaman tersebut. Kita bersyukur Indonesia kaya akan hal ini.
DeleteJadi tahu daun walisanga bisa dijadikan obat
ReplyDeleteBisa direkomendasikan Pak mulai sekarang.
DeleteWah pengetahuan baru nih, tapi saya ga tahu daun Walisongo kaya gimana hehe . Nanti saya cari
ReplyDeleteBanyak di sekitar kita dan mudah ditanam Bu. Tidak sulit perawatan juga.
DeleteAamiin.. terimakasih bund... Hehe.. jadi tau inih obat mujarab diare.
ReplyDeleteSama-sama Bu. Semoga bermanfaat.
DeleteApik ... mengemas manfaat tumbuhan sebagai obat melalui kisah yang menarik.
ReplyDeleteTerima kasih Bu Dwi. Mencoba berfaksi.
Delete