Thursday, 29 July 2021

Empat Generasi Perempuan dalam Satu Meja Makan

 

Sumber gambar: Dokumen Lagerunal

Makan bersama adalah hal selalu kami lakukan di rumah. Termasuk juga ketika makan di luar. Meskipun tidak terlalu sering melakukannya. Hanya pada saat-saat tertentu saja kami makan di luar. Itu pun terjadi beberapa tahun kemarin. Kini semuanya sudah berubah. Kesempatan untuk makan bersama di luar bareng-bareng dengan saudara atau teman menjadi semakin langka. Kalau tidak malah menjadi tidak mungkin.

Melihat gambar ini, mengingatkan beberapa kali peristiwa makan di luar. Makan bersama di luar biasanya akan semakin seru ketika kami lengkap berkumpul 4 generasi perempuan di keluargaku. Nenekku, ibuku, aku dan anak perempuanku. Tentu saja ada anggota keluarga yang lain. Tetapi dengan berkumpulnya 4 generasi perempuan pada satu meja makan menjadi semakin istimewa. Biasanya anggota keluarga yang lain sudah hafal masing-masing karakter ketika kami berkumpul. Saling memaklumi dan kadang menjadi bahan obrolan sepanjang makan bersama.

Generasi pertama adalah nenekku. Beliau adalah perempuan asli yang tidak mengenal makanan luar selain apa yang dimasak di rumah. Berbagai makanan yang berasal dari luar akan menjadi hal asing di lidah dan rasa beliau. Tentu saja itu akan menjadi penolakan dengan rasa yang muncul. Melihat gambar tersebut maka akan serta merta akan menolaknya. Barangkali yang akan dicicipi dan dinikmatinya adalah pecel atau urab. Itu pun jika sesuai dengan selera rasa yang sudah membudaya. Sehingga akan menjadi sedikit kesulitan ketika makan di luar. Belum lagi ketika beliau mengetahui harga makanan. Beliau akan membandingkan dengan ketika masak di rumah saja. Nah itu pun menjadi perbincangan yang tidak pernah hilang dari meja makan. Perbandingan makan di luar dan masak sendiri.

Generasi perempuan kedua adalah ibuku. Ibuku sudah mulai beradaptasi dengan berbagai hal baru. Bahkan menurut saya cepat sekali penyesuaiannya. Ketika menghadapi makanan baru seperti sop ikan, ikan bakar dan sebagainya, jiwanya akan menganalisa bahan apa yang digunakan, bagaimana rasanya, dan kira-kira berapa anggarannya bisa sampai terhitung oleh beliau. Mengapa demikian? Beliau memang sering diminta jasanya untuk memasak di hajatan tetangga. Maka ketika ada menu baru itu menjadi target untuk mencobanya. Beliau akan menjadi komentator hebat saat makan di luar seperti ini. Maka makanan asing seperti pada gambar sayur lebui dan beberok dari Lombok ini menjadi menu percobaan nantinya. Apalagi bahan cukup mudah didapat dan prosesnya tidak rumit. Biasanya memang tempat hajatan menjadi tempat eksperimennya. Karena ketika masak di rumah, tidak semua mau menikmatinya termasuk nenekku, yang tidak mudah dengan rasa makanan baru.

Generasi perempuan ketiga adalah aku sendiri. Aku menyukai makanan yang sehat. Dari berbagai menu yang disajikan digambar maka pilihanku ada pada pecel, ikan bakar, sayur lebui, beberok dan sop ikan. Meski awalnya asing tetapi seringkali saya makan dengan pikiran bukan hanya sekedar rasa. "You are what you eat" menjadi pedoman ketika makan. Kalau itu menyehatkan maka layaklah untuk dinikmati. Tentu nasi menjadi salah satu makanan wajibnya meskipun tidak terlalu banyak. Saya membatasi asupan karbohidrat dalam makananku. Jadi sekadarnya saja. Biasanya porsi sayur dan buah lebih banyak dari pada porsi nasi dan lauknya. Minuman es kelapa muda pun lebih suka dihindari dan memilih air putih. Apakah diet? Sebenarnya bukan diet tetapi lebih melakukan pengaturan pola makan yang lebih sehat.

Generasi perempuan keempat adalah anak perempuanku. Ia termasuk yang suka makan apa saja asalkan bukan sayur. Sayuran menjadi makanan asing baginya. Maka pilihan ikan bakar, sop ikan akan berada di menu pilihanya. Kerupuk tidak boleh terlepas dari menu makanannya. Serba gurih. Mungkin karena dari awal makannya sudah mengenal berbagai gorengan sehingga itu menjadi pola makannya. Sedikit ekstra kesabaran untuk memberinya kesadaran akan pentingnya sayuran. Syukurnya, terhadap buah tidak demikian. Buah-buahan menjadi salah satu menyeimbang kurangnya asupan makanan sayuran baginya. Maka pilihan buah pepaya menjadi satu menu yang akan dipilihnya. Minuman es kelapa pandan tentu menjadi pilihannya. Bukan karena rasanya tetapi lebih karena penampilannya. Keren dan bagus. Instagramable katanya. Dan kamera HP akan segera dimanfaatkan untuk jeprat-jepret mengabadikannya. Duh!

Demikian berbagai reaksi dari anggota keluargaku terutama empat perempuan dari empat generasi. Harus saling memahami dan menghargai agar proses makan di luar yang tujuannya untuk mengikatkan kekeluargaan tidak berantakan karena perbedaan pandangan rasa dan jenis makanan. Hal tersebut menjadi hal yang dirindukan sekarang karena nenek telah berpulang ke hadirat Allah SWT dan suasana pun tidak memungkinkan untuk melakukannya saat ini. Semuanya menjadi kenangan yang indah. Semoga pandemi ini segera berlalu dan kita bisa menikmati makn bersama di luar kembali dalam suasana yang nyaman dan aman. salam literasi. Tetap semangat dan salam sehat selalu.



6 comments:

  1. Luar biasa perpaduan dari berbagai generasi perempuan. Salut deh!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya bersyukur bisa pernah merasakan ngumpul bareng dengan keluarga lengkap.

      Delete
  2. Perbedaan seperti ini juga yang bikin kegiatan memasak di dapur jadi penuh tantangan, hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Bu Pipit, banyak pilihan karena perbedaan. Tapi membuat tambah seru kalau bisa menghadirkan menu untuk semua.

      Delete
  3. Seru banget ada 4 generasi dalam satu meja, berkumpul bersama. Pasti akan banyak cerita dan pengalaman yang tersaji juga.
    Sehat selalu Bu Suyati... Salam untuk keempat generasinya.

    ReplyDelete
  4. Seru Pak sekaligus tantangan untuk bisa menyenangkan semua generasi.

    ReplyDelete

NASEHAT EMAS #10

 LELAH KARENA LILLAH Aris Ahmad Jaya ABCo 081210461034   *“Teruslah berbuat baik meski engkau merasa lelah. Karena sesungguhnya lelahmu akan...