Thursday, 5 June 2025

Agar Ibadah Kurban Semakin Sempurna

 

Berkurban tidak sekadar menyembelih hewan, lalu selesai dan gugur kesunahannya. Lebih dari itu, di balik anjuran berkurban terdapat sejumlah etika yang penting dipenuhi. Dengan begitu, ibadah kurban semakin sempurna._


Berkurban memiliki pahala dan keutamaan yang besar. Maka,  tuntunan berkurban disandingkan dengan perintah salat,  “Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.” (Q.S. al-Kautsar: 2)


Agar kurban yang ditunaikan lebih bermakna dan  diterima oleh Allah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Di antaranya  adalah meluruskan niat.


Niat utama pekurban seyogianya bukan perkara duniawi seperti mendapat pujian atau simpati, melainkan  kurban yang ditunaikan murni ditujukan untuk Allah. Sebab, hakikat dan esensi berkurban ialah tercapainya ketakwaan dalam diri seseorang. “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (Q.S. al-Hajj: 37). 

Agar orang yang ingin berkurban tidak mengambil sedikit pun dari rambut atau kukunya. Hikmah di balik tuntunan itu, antara lain, agar pembebasan dirinya dari api neraka bisa lebih sempurna.    

Guna menyempurnakan ibadah kurban, dianjurkan agar daging hewan kurban didistribusikan kepada sesama.  Sebab, tidak sedikit dari masyarakat yang jarang mengonsumsi dan merasakan kenikmatan daging. 

Soal jenis hewan dan sumber harta,  binatang yang dikurbankan mesti  hewan berkualitas. Misalnya, tidak  cacat di salah satu bagian tubuhnya, hewan yang sehat, dan gemuk. PUN  pula  sumber hartanya. Uang yang dipergunakan untuk membeli kurban mesti berasal dari sumber nafkah yang halal. 

Maka usaha membahagiakan orang lain dengan daging kurban.


Hikmah Idul Adha

DI antara hikmah penting Idul Adha adalah memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Pemberian kebahagiaan tersebut berupa daging hewan kurban.


Idul Adha bukan sekadar upaya pendekatan diri kepada Allah. Idul Adha pun bukan sekadar  meneladani sunah Nabi Ibrahim terhadap putranya, Ismail, yang kemudian dikukuhkan menjadi syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.


Orang yang berkurban bukan  semata-mata mengikuti perintah Allah, melainkan juga membahagiakan orang lain bukan hanya tindakan mulia. Membahagiakan orang lain pun merupakan ajaran  yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut berdasarkan sabda Rasulullah SAW  (yang artiya), "Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah setelah amal wajib adalah memberikan kebahagiaan kepada sesama muslim.” (H.R. ath-Thabrani).


Membahagiakan orang lain merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama. Membahagiakan orang lain sekaligus merupakan wujud empati sosial. 

Kepedulian inilah yang oleh Allah sebut sebagai sikap saling menolong di antara sesama dalam hal kebaikan. Allah berfirman seperti yang di bawah ini.


ۘ وَتَعَاوَنُوۡا عَلَى الۡبِرِّ وَالتَّقۡوٰى‌ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوۡا عَلَى الۡاِثۡمِ وَالۡعُدۡوَانِ‌ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيۡدُ الۡعِقَابِ

"Dan, tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.” (Q.S. al-Ma’idah: 2). 


Dengan demikian, Idul Adha  mencakup dua ibadah sekaligus. (1) ibadah _mahdhah_ (pengabdian dan pendekatan diri kepada Allah), dan  (2) ibadah sosial atau ghair mahdhah, yaitu kepedulian sosial, peduli kepada sesama manusia. 

Adalah kepedulian yang membangkitkan kesadaran untuk mencintai sesama dan memberikan kebahagiaan. Melalui pemberian daging kurban, di situ ada momen kebersamaan dan persaudaraan yang dijalin dan tak putus. 

No comments:

Post a Comment

Rahasia Kesehatan Wanita Ada di Dalam Dirinya

 #InfoBPGroup  Kesehatan wanita sesungguhnya dimulai dari dalam — dari keseimbangan hormon, daya tahan tubuh, hingga energi yang stabil dite...