Andi menatap surat pemberitahuan dari sekolah perihal pelaksanaan Kegiatan Study Tour. Hatinya bimbang untuk memberitahukan pemberitahuan ini kepada orang tuanya. Jangankan diminta untuk memilih salah satu tempat yang tercantum di sana. Ke Bandung, Jakarta atau Malang, semuanya membuatnya bingung. Bukan karena dia sudah pernah ke sana. Ketiga tempat itu belum pernah ia tuju. Sangat ingin dia memilih salah satu tempat tujuan study tour tersebut namun kebimbangan semakin memuncak ketika malam tiba. Ayahnya sebentar lagi pulang dari bekerja.
Akankah ia memberitahukan pemberitahuan ini kepada orang tuanya? Sudah sangat jelas ia melihat bagaimana orang tuanya kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Bekerja sebagai buruh harian lepas ayahnya tentu mendapatkan penghasilan yang tidak seberapa setiap harinya. Belum lagi digunakan untuk memenuhi 4 orang kakak beradik dengannya.
Begitu melihat ayahnya pulang, Andi memegang surat pemberitahuan dari sekolah itu dengan bimbang. Akankah ia berikan kepada orang tuanya atau ia simpan saja? Toh, orang tuanya tidak banyak tahu tentang berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan karena tidak peduli tetapi seringkali informasi tersebut berlalu saja tanpa ia mengikutinya karena berbagai pertimbangan keuangan.
"Ndi , kamu pilih ke mana study tournya? Sudah ditunggu Ibu Lala, wali kelas kita. Segera kumpulkan suratnya kembali. " Pertanyaan dari Roni, teman sebangkunya mengingatkannya kembali. Namun, ia sepertinya enggan untuk mengumpulkannya. Sudah jelas ia tidak akan mengikutinya. Orang tuanya tidak akan mengizinkannya pergi. Terlebih dengan biaya kurang lebih 1 juta.
Uang sebesar itu bisa digunakan keluarganya untuk memenuhi kebutuhan makan selama 2 bulan . Kini, hanya untuk dia seorang uang sebesar itu akan digunakan. Itupun kalau ada uangnya. Tidak mungkin uang sebesar itu dapat dipinjam dari orang lain.
"Bapak, ini ada surat dari sekolah," Andi ragu memulai pembicaraan ketika Bapaknya sudah meminum kopi di dipan depan. Disodorkannya surat pemberitahuan dari sekolah ke hadapan Bapaknya. Bapaknya menerimanya dengan pelan sambil memandang wajah Andi.
No comments:
Post a Comment