_Serial Fiqih Pendidikan Anak - No: 203_
BERBAGI PENGALAMAN PADA ANAK
Oleh: Ustadz Abdullah Zein
Keakraban antara orang tua dan anak sangat penting dalam kehidupan keluarga. Hubungan yang hangat ini menjadi salah satu kunci utama dalam mendidik anak. Kedekatan orang tua dengan anak memudahkan penerimaan nasihat. Ibarat memasuki rumah yang pintunya sudah terbuka lebar.
Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ adalah sosok yang sangat akrab dengan anak-anak. Anas bin Malik _radhiyallahu ‘anhu_ menuturkan,
«إِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُخَالِطُنَا»
_“Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berinteraksi bersama kami dengan penuh kedekatan dan keakraban”._ HR. Bukhari (no. 6129).
Salah satu cara Rasul _shallallahu ‘alaihi wasallam_ dalam membangun keakraban tersebut adalah dengan menceritakan berbagai pengalaman beliau kepada mereka. Contohnya: beliau pernah menceritakan pengalamannya saat turut serta dalam perjanjian di antara para suku Quraisy untuk membela orang-orang yang teraniaya. Beliau mengisahkan,
«شَهِدْتُ حِلْفَ الْمُطَيَّبِينَ مَعَ عُمُومَتِي وَأَنَا غُلامٌ، فَمَا أُحِبُّ أَنَّ لِي حُمْرَ النَّعَمِ، وَأَنِّي أَنْكُثُهُ»
_“Aku pernah menyaksikan Perjanjian Al-Muthayyabin bersama para pamanku saat aku masih kecil. Aku sama sekali tidak berminat untuk melanggar perjanjian tersebut; sekalipun diiming-imingi unta merah”._ HR. Ahmad (no. 1655) dan dinilai sahih oleh adh-Dhiya’ al-Maqdisiy.
Di kesempatan lain beliau menceritakan pengalaman masa kecil menggembala kambing,
«مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الغَنَمَ»، فَقَالَ أَصْحَابُهُ: وَأَنْتَ؟ فَقَالَ: «نَعَمْ، كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ»
_“Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan dia pernah menggembalakan kambing.” Para sahabat bertanya, “Termasuk engkau, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya, aku pernah menggembalakan kambing milik penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath (upah kecil)”._ HR. Bukhari (no. 2262).
Apakah Relevan?
Anak-anak zaman sekarang cenderung lebih kritis. Saat orang tua menceritakan pengalaman di masa lalu, mereka bisa saja berkomentar, 'Itu kan dulu! Sekarang sudah berbeda!'. Alhasil, keakraban yang diharapkan bisa terbangun melalui cerita pengalaman justru sulit terjalin. Maka, menuturkan pengalaman masa lampau kepada anak-anak di zaman ini memerlukan pendekatan yang relevan dan menarik. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
1. Kaitkan dengan Kondisi Kekinian
Hubungkan pengalaman tersebut dengan sesuatu yang dekat dengan kehidupan mereka saat ini. Contoh: "Dulu, Ayah harus menunggu surat dari teman selama berhari-hari. Sekarang kamu bisa langsung kirim pesan lewat ponsel, ya?".
2. Fokus pada Nilai, Bukan Sekedar Peristiwa
Anak-anak lebih mudah memahami nilai seperti keberanian, kejujuran, atau kerja keras dibanding detail teknis peristiwa. Misalnya, alih-alih menjelaskan tentang sulitnya hidup tanpa internet, fokuslah pada pelajaran tentang sabar dan kreatif dalam mencari solusi.
3. Berikan Ruang untuk Diskusi
Tanyakan pendapat anak tentang pengalaman tersebut. Contoh: "Kalau kamu hidup di zaman Ibu dulu, apa yang akan kamu lakukan saat tidak ada listrik?". Hal ini membantu mereka membandingkan tanpa merasa dipaksa untuk menerima pandangan masa lalu.
4. Jadikan Interaktif
Ajak anak untuk mencoba sesuatu dari masa lalu. Seperti permainan tradisional atau memasak makanan khas zaman dulu. Agar mereka merasakan pengalaman itu secara langsung.
Dengan cara ini, cerita masa lalu tidak hanya relevan tetapi juga memberikan pelajaran dan kesenangan bagi anak-anak generasi sekarang. Serta membangun keakraban antara anak dan orang tua.
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, Senin, 21 Jumada Tsaniyah 1446 / 23 Desember 2024
No comments:
Post a Comment