Ketika sedang membersihkan sekolah dengan siswa, salah satu guru menegur seorang anak. Beliau mengira ia adalah adik dari siswa sebelumnya. Wajahnya mirip dengan siswa kakak kelas sebelumnya. Kata beliau "Kamu mirip dengan Doni. Ingat dia nggak, Bu? Mirip kan?" Tanyanya meminta persetujuan saya. Saya yang waktu tidak ingat siapa yang dimaksud hanya bisa menebak-nebak dan mengamati si anak. Tiba-tiba anak tersebut berkata "Pak, tolong jangan disama-samakan dong. Saya kan beda. "
Kalimat itu terus terang menyentak saya. Bukan apa-apa, kata-kata itu juga yang hampir selalu saya katakan kepada orang tua dan keluarga saya ketika saya mulai disama-samakan dengan anak tetangga yang lebih rajin, lebih pintar memasak, lebih pandai dan lain sebagainya. Memang ada sebuah pemberontakan jika kita disamakan. Kita memang berbeda dengan orang lain. Bahkan jikalau kita kembar sekalipun.
Mungkin saja maksudnya bukan menyamakan tetapi menyadarkan tetapi yang kita tangkap adalah kita harus sama dengan orang lain. Kalau orang lain pandai memasak, kita pun harus pandai memasak. Jika orang lain rajin kita pun harus rajin. Orang tidak melihat apa yang kita punyai, apa keunikan yang kita miliki. Tuntutan mereka kita harus sama dengan mereka.
Mungkin caranya saja yang salah. Pengetahuan kita akan perbedaan kemampuan dan bakat yang berbeda yang dimiliki oleh tiap orang harus terus ditingkatkan. Ini mengingatkan saya akan kemampuan siswa saya yang berbeda tetapi harus dituntut memiliki prestasi yang sama. Saya melihat beberapa orang siswa di antara
mereka memberontak dengan caranya masing-masing. Mereka memprotes dengan malas mengikuti pelajaran yang dia tidak memiliki kemampuan bagus, mereka membuat beberapa perilaku yang membuat guru mata pelajaran terganggu dan marah.
semoga menjadi guru yang lebih tahu siswanya.
ReplyDelete