Sunday 10 April 2011

Terima Kasih Bang Arswendo Oleh : Suyati



Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga
Selamat pagi emak
Selamat pagi abah
Mentari hari ini berseri indah
Terima kasih emak
Terima kasih abah
Lagu tersebut di atas merupakan lagu pengiring dan latar sinetron Keluarga Cemara. Tentunya Anda pernah, mungkin sekali dua kali atau malah ada yang sering menyaksikan sinetron tersebut di RCTI dari hari Senin-Jum’at pukul 08.00. Apa kesan anda pada sinetron ini? Apa pun jawaban Anda itu tergantung pada selera dan penilaian Anda bukan?
Pertama kali saya menyaksikan sineton ini, terus terang, saya langsung jatuh cinta. Suasana keluarga di daerah pedesaan yang asri beserta pernak-pernik masalah yang muncul memang menjadi daya tarik tersendiri bagi saya saat itu. Ada rasa ingin mengenang kehidupan desa yang ditinggalkan. Juga ada menyiratkan harapan dapat mewujudkan keluarga yang demikian nantinya. Mungkin terlalu jauh ya? Ya sebuah gambaran kehidupan yang memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan yang sesungguhnya. Rasanya jarang sekali saya menyaksikan sinetron semacam ini di layar televisi. Mungkin itu juga salah satu sebabnya saya begitu menyukainya. Ada kerinduan akan tontonan yang tidak hanya menyajikan dunia mimpi tak terjangkau. Tontonan yang memang muncul dari gambaran kehidupan yang sesungguhnya. Meskipun tetap dibumbui kelucuan dan permasalahan tetapi makna dari tontonan tidak berubah. Kita tidak diajak untuk bermimpi di luar jangkauan kita tetapi kita juga tidak diajak untuk tetap statis, tidak maju. Mungkin demikian yang tertangkap oleh pandangan saya.
Sinetron Keluarga Cemara, yang merupakan hasil dari penulis ternama, Bang Arswendo Atmowiloto, mampu tampil beda di tengah maraknya sinetron-sinetron yang semakin sarat dengan perselingkuhan, pembunuhan, kebencian, persaingan dan perebutan kekayaan dan kekuasaan kaum “the have”. Sinetron Keluarga Cemara, sebaliknya menampilkan hal-hal alami yang terjadi di sekitar kita tanpa menonjolkan kemegahan rumah bak istana, pakaian-pakaian mewah dan hiburan-hiburan yang beraroma dugem seringkali menghiasi sebagian besar sinetron-sinetron kita. Para penonton diajak bermimpi. Bahkan mungkin para aktor dan aktrisnya pun tak lepas dari pengaruh tersebut. Yang akhirnya bangun dengan perasaan kecewa karena dunia nyata tak seindah buaian impian.
Memang sinetron ini nampaknya sederhana. Alur ceritanya mengalir indah tapi tak lepas dari begitu sarat makna. Begitu alamiah. Tak heran dan tak asing kita menyaksikan hal-hal yang ada dalam cerita. Apa adanya, mungkin itu kesan yang paling kentara dari sinetron ini. Ada orang yang begitu tabah menghadapi ujian hidup kehilangan kekayaan dan kekuasaan, ada kesombongan orang-orang berpunya, seorang ayah yang begitu bijaksana dan memberikan contoh tanpa kesan menggurui, ada ibu yang memang keibuan, ada ibu yang penuh persaingan. Atau seorang anak yang bertanya tentang haid/mensturasi, jatuh cinta dan kenakalan anak-anak pada umumnya. Namun ada juga sifat-sifat jelek yang tak lepas dari manusia. Ada yang suka bergosip, ada yang suka berbohong, sombong, sok kaya, keluh kesah, dan sebagainya. Ada hal baik dan ada hal buruk yang tampil sewajarnya. Sesuai porsi manusia.
Benar-benar suatu karya yang luar biasa. Dan kepada Bang Arswendo, terima kasih Anda telah menampilkan pikiran anda yang begitu indah sehingga kami dapat menikmatinya. Semoga sinetron-sinetron lain baik itu untuk anak-anak, remaja, maupun dewasa mampu bercermin pada sinetron Keluarga Cemara. Kami tunggu sinetron-sinetron berbobot lainnya di layar kaca.


Purbalingga, 2 Februari 2000

No comments:

Post a Comment

AIR #26 Ketika Engkau Merasa Lelah dalam Kebaikan

 KETIKA ENGKAU MERASA LELAH DALAM KEBAIKAN Oleh : Aris Ahmad Jaya Teruslah berbuat baik meski engkau merasa lelah. Karena sesungguhnya lelah...