Materi disampaikan oleh Ibu Rini (Dosen Psikologi UMP)
Emosi adalah perasaan yang kita miliki ketika berada dalam situasi tertentu atau ketika berhubungan
dengan seseorang yang dianggap penting.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Emosi
Secara garis besar emosi dipengaruhi oleh dua hal, yaitu:
1. Faktor dari dalam diri (kondisi fisik, temperamen, sistem saraf, dan struktur otak)
2. Faktor dari luar diri (misalnya pola asuh, kebudayaan, aturan
dari keluarga tentang kapan, dimana dan bagaimana emosi harus diungkapkan)
Kedua faktor ini saling memengaruhi. Misalnya ketika orang tua
menenangkan anak yang menangis, sebetulnya
orang tua sedang membantu anak menurunkan kadar hormon stres
mereka.
Pengertian pengelolaan emosi
Pengelolaan emosi adalah kemampuan seseorang mengatur perasaannya sehingga bisa merespon tuntutan lingkungan dengan tepat.
Perkembangan emosi anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana
orang tua memperlakukan anaknya. Orangtua
yang mampu mengelola emosi dirinya sendiri dan membantu anak dalam mengelola emosinya akan menghasilkan anak yang:
Memiliki kemampuan berteman yang baik
Lebih mampu mengelola
emosi negatif dengan tepat.
Memiliki kemampuan konsentrasi
yang baik
Memiliki permasalahan perilaku yang
lebih sedikit.
4 tipe
orang tua dalam merespons emosi anak (Dr. Gottman):
1. The
Dismissing Parent
• Memperlakukan perasaan anak sebagai
hal yang tidak penting atau sepele dan mengabaikan perasaan anak.
• Ingin emosi negatif anak menghilang
dengan cepat.
• Melihat emosi anak sebagai tuntutan
untuk memperbaiki sesuatu.
• Meremehkan peristiwa yang
menyebabkan emosi tersebut.
• Orang tua dengan tipe ini sering
mengatakan, “Sudah, nggak apa. Itu hal biasa, kok. Nanti juga baik lagi.”
Pengaruhnya
pada anak: Mereka akan belajar bahwa perasaan mereka salah, tidak pantas, dan
tidak valid. Bahkan mereka juga belajar bahwa ada sesuatu yang salah dengan
diri mereka karena perasaan mereka sehingga kelak mereka selalu kesulitan
mengatur emosi mereka sendiri.
2. The
Disapproving Parent
• Selalu mengkritik ekspresi emosional
anak dan percaya bahwa emosi negatif perlu dikendalikan.
• Percaya bahwa emosi membuat orang
lemah dan meyakinkan anak-anak harus kuat secara emosional untuk bertahan
hidup.
• Menekankan bahwa anak harus sesuai
dengan standar perilaku yang dianggap baik oleh orang tua.
• Percaya bahwa emosi negatif tidak
produktif, buang-buang waktu.
• Orang tua dengan tipe ini sering
mengatakan, “Jangan nangis, dong! Masa gitu aja nangis? Itu bukan masalah
besar.”
Pengaruhnya pada anak: Sama dengan anak-anak
dengan The Dismissing Parent.
3.
Laissez-Faire Parent
• Menerima semua ekspresi emosional
dari anak dengan bebas.
• Menawarkan sedikit panduan tentang
perilaku.
• Tidak menetapkan batasan bagi anak.
• Percaya bahwa satu-satunya cara yang
dapat dilakukan dengan emosi negatif adalah dengan melepaskannya .
• Tidak membantu anak memecahkan
masalah.
• Orang tua dengan tipe ini sering
mengatakan, “Nggak apa, lanjutkan aja nangisnya.”
Pengaruhnya
pada anak: Mereka tidak belajar mengatur emosi mereka. Ini menyebabkan mereka
juga sulit bergaul dengan anak-anak lain dan menjalin persahabatan.
4. Emotion
Coaching Parent
• Sadar dan menghargai emosinya
sendiri.
• Menggunakan momen emosional sebagai
waktu untuk mendengarkan anak, berempati dengan kata-kata dan kasih sayang yang
menenangkan, membantu anak melabeli emosi yang dia rasakan, menawarkan
bimbingan untuk mengatur emosi, menetapkan batasan dan mengajarkan ekspresi
emosi yang dapat diterima, serta mengajarkan keterampilan memecahkan masalah.
• Orang tua dengan tipe ini sering
mengatakan, “Kelihatannya kamu sangat sedih? Cerita, dong, sama Mama.”
Pengaruhnya pada anak: Mereka belajar
memercayai perasaan mereka, mengatur emosi mereka sendiri, dan memecahkan
masalah. Mereka memiliki harga diri yang tinggi, belajar dengan baik, dan
bergaul dengan orang lain dengan baik.
Cara Mengelola
Emosi Orang tua dalam pengasuhan
1. Mengenali emosi yang muncul dan penyebabnya. Semakin kita jujur pada diri sendiri, maka semakin mudah kita mengenali emosi kita dan penyebabnya.
2. Ubah pikiran-pikiran negatif dengan pikiran positif. Misalnya ketika kita berpikir bahwa ‘kita TIDAK
PERNAH BISA jadi orang tua yang baik’, gantilah
menjadi ‘kita SEDANG BERUSAHA MENJADI orang
tua YANG BAIK.’
3. Jangan takut menyampaikan pikiran kita ke orang lain. Misalnya daripada menunggu orang lain untuk membantu
kita membereskan piring setelah makan, lebih
baik kita bilang, “Sekarang ibu sedang marah
karena tidak ada yang membantu membereskan
piring. Kita sudah punya perjanjian, setiap
orang wajib membereskan piring masing-masing
setelah makan.”
4. Ketika kita merasa ragu, sebaiknya menjauh sebentar. Ketika kita sedang merasakan emosi negatif dan
tidak yakin bisa mengendalikannya, lebih
baik kita menjauh sebentar dari orang lain
sampai merasa cukup tenang.
5. Latihlah kemampuan mengelola emosi kita setiap hari. Ada lima teknik yang bisa digunakan untuk mengelola
emosi negatif kita, yaitu: menarik nafas
dalam-dalam, berpikir positif, olahraga,
yoga, dan membayangkan sesuatu yang positif.
6. Minta bantuan para ahli
Jangan sungkan meminta bantuan para ahli seperti psikolog atau konselor jika emosi negatif kita
terasa sangat mengganggu
Hal-hal yang perlu dihindari dalam pengasuhan anak
Hindari kata-kata yang memancing amarah, menghina, atau mengejek.
Melakukan kekerasan fisik yang membahayakan keselamatan orang
lain.
Apa yang harus dilakukan agar orang tua tetap tenang ketika
anak sedang marah:
1. Akui dan terima emosi kita sendiri. Simpan energi untuk mencari solusi
Akui dan terima emosi kita sendiri ketika kita menghadapi kemarahan
anak. Ketika menghadapi kemarahan anak, tentu
kita merasakan emosi tertentu. Apapun itu, terima dulu emosi yang Ayah-Bunda rasakan agar
energinya tidak habis untuk melawan emosi
kita sendiri. Tapi energi tersebut bisa kita gunakan untuk mencari solusi yang efektif.
2.
Hadapi dengan tenang dan tepat.
Ingatlah bahwa kondisi ini bukan kondisi ‘darurat’ dan mengancam kita selama kita bisa menghadapinya dengan tenang dan tepat.
3. Arahkan anak untuk
mengekspresikan emosi dengan cara yang tepat
Ingatlah bahwa belajar mengungkapkan emosi adalah sesuatu yang baik. Ketika anak marah dan mengamuk, sebetulnya anak sedang belajar mengungkapkan emosinya. Hanya saja caranya belum tepat. Untuk
itu, orang tua perlu mengarahkan agar anak
bisa meng- ekspresikannya dengan cara yang
tepat.
4. Tidak perlu merasa tertekan. Ketika anak sedang marah, kita
hanya perlu ‘hadir’ secara fisik dan emosional
di hadapan anak.
5. Tarik nafas panjang
6. Sederhanakan pikiran dan perilaku kita. Dengarkan dan tenangkan anak.
7. Cari cara untuk memroses perasaan kita. Orang tua juga memerlukan tempat untuk mengeluarkan emosinya sehingga bisa merasa lega.
Ketika kita sedang mendidik anak, sebetulnya kita sedang mendidik diri kita sendiri (Makham, 2012)