Hari ini tanggal 21 April 2022 adalah kegiatan rutin #Kamis Menulis Lagerunal. Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini. Karena itu maka #Kamis Menulis pada kesempatan ini mengambil tema terkait Hari Kartini, yakni "Surat untuk Kartini". Menurut Pak Mazmo, koordinator kegiatan #Kamis Menulis bentuk tulisan harus bentuk surat tetapi bisa ditujukan kepada Ibu Kartini atau bisa juga ditujukan kepada perempuan-perempuan inspiratif di Indonesia.
Surat? Mendengar kata itu teringat bahwa beliau, Ibu Raden Ajeng Kartini sering memanfaatkan surat sebagai media berkomunikasi dengan teman-temannya dari negara Belanda.
Saya mencoba menuliskannya tentang beliau lewat surat ini. Mudah-mudahan menjadi sebuah momen untuk mengenang jasa beliau bagi perempuan-perempuan Indonesia.
Purbalingga, 21 April 2022
Kepada Ibu RA Kartini
Surat ini dituliskan di hari kami semua, bangsa Indonesia mengenang kelahiranmu sebagai bukti penghormatan dan terima kasih atas jasa-jasamu pada perjuangan untuk perempuan Indonesia. Semoga surat ini sampai meski jasadmu tak lagi di dunia.
Menuliskan surat ini mengenang kembali saat-saat Ibu mencurahkan keresahan kondisi kaum wanita Indonesia/Jawa saat itu. Betapa kegelisahan tak bisa disembunyikan dari jiwa Ibu. Kaum perempuan tak memiliki kesempatan untuk belajar lebih luas dibandingkan dengan kaum laki-laki. Betapa terungkap jelas pada surat Ibu,
“# Kami manusia, seperti halnya orang laki-laki. Aduh, berilah izin untuk membuktikannya. Lepaskan belenggu saya! Izinkan saya berbuat dan saya akan menunjukkan, bahwa saya manusia. Manusia seperti laki-laki.”
#“Apalah gunanya pemerintah memaksa orang laki-laki menyisihkan uang, kalau isteri-isteri mereka yang menyelenggarakan rumah tangga tidak mengenal tentang nilai uang?”
Ada yang memberontak dalam jiwa Ibu melihat keadaan ini. Tak bisa tinggal diam. Mencoba jalan keluar dengan berbagai cara untuk bisa melepaskannya. Mencoba berbagi resah kepada kawan dan teman untuk mencari solusi.
#“Saya mau, saya akan memperjuangkan kebebasan saya. Saya mau, Stella saya mau, mendengarkah kamu? Bagaimana mungkin saya memenangkannya, kalau saya tidak berjuang? Bagaimana saya akan mendapat, kalau saya tidak mencari? Tanpa perjuangan tidak akan ada kemenangan. Saya tidak gentar menghadapi keberatan dan kesusahan, saya merasa cukup kuat untuk mengatasinya.”
Kini bertahun setelah perjuanganmu, baru kami menyadari. Keadaan kami adalah hasil perjuangan yang Ibu lewati dengan tidak mudah. Belenggu tradisi tak membuatmu menyerah. Lewat pendidikan Ibu bangkitkan jiwa belajar kaum perempuan.
Maafkan kami, perempuan-perempuan yang engkau perjuangkan. Barangkali tak sesuai harapan perjuanganmu. Terlalu sedikit yang kami tahu tentang engkau wahai Ibu Kartini. Hingga kami lupa dan alpa terhadap tujuan perjuangan sejatimu.
Kini kami menikmati apa yang engkau perjuangan. Aku seorang perempuan. Sekarang menjadi seorang guru di sebuah madrasah. Teman-teman perempuanku yang lain juga ada yang menjadi dosen, dokter, perawat, dan juga pengusaha. Kami memiliki kesempatan lebih banyak berkiprah lewat kemampuan dan karya, yang semoga bermanfaat bagi bangsa. Semuanya adalah hasil perjuangan dari Ibu Kartini.
Ingatkan kami jika kami melewati batas dari apa yang kau harapkan. Tetap semangat belajar sebagai ibu untuk mendidik anak-anak. Bukan untuk menyaingi laki-laki, apalagi mengalahkan peran mereka. Semoga emansipasi wanita ini tetap tak menyalahi kodrat kami sebagai istri dan ibu dalam keluarga.
Terima kasih untuk semua perjuangan Ibu Kartini. Perjuangan Ibu pasti belumlah usai. Semoga kami bisa meneruskan untuk generasi-generasi selanjutnya. Tidak hanya pada hiruk pikuk peringatan Hari Kartini, tapi pada makna perjuanganmu yang sesungguhnya. Semoga.
Kukenang dan kutuliskan kembali beberapa kutipan-kutipan petuah Ibu untuk menjadi pengingat dan motivasi kami, wanita Indonesia agar tetap pada jalurnya. Tetap semangat belajar. Belajar banyak hal dari kehidupan. Untuk tidak egois memikirkan diri sendiri tetapi juga tidak melupakan perasaan hati. Menjadi diri sendiri. Dan bermanfaat bagi orang banyak.
Kini engkau telah tiada. Namun jasamu kan senantiasa kami kenang. Semoga perjuanganmu menjadi amal kebaikan yang senantiasa mengalirkan pahala dari sisi Allah SWT. Dari Gelap Menuju ke Cahaya semoga terwujud pada perempuan-perempuan Indonesia.
Dari saya,
Satu perempuan Indonesia yang sedang belajar
Demikian surat dari saya kepada Ibu Kartini. Banyak hal yang ingin diungkapkan tetapi tak tertuliskan. Tak ada kata lain selain terima kasih untuk semua perjuangannya, kegigihannya dan cita-cita besar untuk kami perempuan-perempuan Indonesia. Terimakasih.
Catatan:
Quote-quote yang dikutip di sini diambil dari Buku "Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya oleh R.A Kartini. Diterjemahkan oleh Sulastin Sutrisno
Aamiin..bismilah belajar dan terus belajar adalah salah satu cara untuk meneruskan perjuangan Kartini.
ReplyDeleteMaasya Allah begitu menyentuh petuah RA. Kartini. Semuanya kini telah terbukti dan teraih apa yg beliau cita2kan..
ReplyDelete