# REsume kuliah ke-6 Belajar Menulis Gel.8
Menekuni dua hal yang berbeda bukanlah sesuatu yang mudah. Hal tersebut telah dilakukan dan dialami sendiri oleh pengisi materi pada kuliah ke 5 Belajar Menulis Gelombang 8 pada hari Rabu, 28 Oktober 2020 pukul 19.00 WIB. Beliau adalah Ibu Betti Risnalenni. Beliau dikenal sebagai pengajar dan pendiri sekolah Insan Kamil Bekasi, juga sekaligus sebagai pelaku UMKM yang sukses.
Sebelum kita belajar lebih jauh kepada beliau, kita saksikan terlebih dahulu video yang berkaitan dengan usaha beliau.Ok kita sudah mempunyai gambaran ya apa saja kegiatan beliau di bidang pendidikan dan enterpreneurship.
Menurut Ibu Betti sebagai seorang guru kita mempunyai
peluang besar untuk menjadi pengusaha karena kita mempunyai bangsa pasar yang
banyak. Mulai dari murid, orang tua murid, teman seprofesi dan lainnya. Kita banyak memiliki banyak kenalan melalui
dunia pendidikan. Nah itu adalah peluang guru untuk bisa memulai usaha. Nah
peluang inilah yang beliau manfaatkan untuk mulai “berjualan".
Ibu Betti memulai jualan itu sejak beliau
membuat kursus. Itu jualan juga kan? Jualan
materi. Awalnya beliau membuat kursus
Aritmatika tahun 1996. Kemudian diteruskan menulis buku aritmatika dan
menjualnya sendiri dengan mengadakan pelatihan-pelatihan aritmatika. Kegiatan itu beliau mulai pada tahun 1998. Dan kini sudah memiliki 24
cabang untuk daerah Bekasi saja, belum termasuk yang luar daerah.
Dan pada tahun 2003 Ibu Betti mulai mendirikan sekolah TK dan TPQ Insan Kamil Bekasi karena diajak kerjasama oleh salah satu cabang aritmatika yang dipimpinnya. Sayangnya kerjasamanya
hanya berjalan 3 bulan karena menurut teman malah bikin rugi, tidak ada
untungnya. Namun demikian
beliau tetap melanjutkan perjalanan mendirikan sekolah tersebut. Sampai akhirnya setahun berikutnya, di tahun 2004 beliau bisa mulai dengan SD Insan Kamil.
Itu juga menjadi salah
satu usaha non profit yang kita tujukan. Profit dengan serta merta ikut serta. Tetapi menurut beliau meski nonprofit beliau
mendapatkan keuntungan dari sisi yang lain. Dengan mendirikan sekolah tersebut
beliau bisa lebih banyak berkenalan dengan orang dan banyak kegiatan sehingga
bisa berprestasi dan menambah wawasan beliau semakin luas. Sampai sekarang
sekolah tersebut masih tetap eksis dan berjalan dengan lancar.
Foto bersama Menteri Pendidikan RI, Nadiem
Makarim, yang pernah diajarnya di kelas IV di SD Al Izhar Pondok
Labu
Menurut Ibu Betti menjadi guru harus profesional. Tapi jadi guru juga harus kaya. Kalau guru
kaya, maka mengajarnya lebih totalitas. Beliau bukan guru PNS,
jadi gajinya juga alhamdulillah tapi saya juga pengen lebih dari itu. Ibu Betti berpikir bahwa dengan menulis bisa
menjadi pengusaha dan dirasa menulis itu bisa menghasilkan uang. Beliau memilih dua-duanya Jadi
guru dan pengusaha. Tetapi arahnya sama yaitu di bidang pendidikan. Jadi berawal dari menjadi
guru yang berkeliling-keliling memberikan pelatihan buku hingga menjadi
pengusaha yang mampu memiliki cabang lebih dari 46 lokasi pelatihan aritmatika
dan pengusaha kafe.
Sebenarnya kalau mengajar dan menjadi
pengusaha itu kalau usahanya sudah jalan maka akan mudah mengaturnya. Kesulitannya
kalau salah satunya masih baru, maka akan lumayan sibuk dan menyita banyak
perhatian. Apalagi kalau di situ banyak
kegiatannya. Kuncinya adalah bisa membagi waktu. Kalau sudah mengalokasikan
untuk jam mengajar, kegiatan yang lain ditunda dulu. Kita sendirilah yang tahu cara
membaginya. Buatlah skala prioritas. Prioritaskan yang utama baru
yang lainnya. Contohnya kalau ibu ibu, ya paling dulu diberesin itu urusan dalam negeri
(rumah), baru mengajar dan setelah itu usaha. Demikian tips beliau dalam membagi waktu dari
beragam kegiatannya.
Berkaitan dengan membuka usaha kafe, Bu Betti
menceritakan bahwa ide buka usaha itu karena beliau mau pensiun
dari kegiatan keliling menjadi kegiatan di rumah. Awalnya hanya mau bantu
merintis usaha dan bisa diwariskan ke anak. Beliau juga mau lebih banyak berkegiatan
di rumah. Cafenya kebetulan samping rumah. Jadi beliau bisa bertemu
dengan teman dan banyak orang tanpa harus pergi pergi. Kalau cafenya beliau lakukan berkolaborasi
dengan anak. Dan kalau ada kegiatan yang harus melibatkannya, maka dilakukan biasanya
pada hari Sabtu dan Minggu. Kalau untuk sekolah Ibu Betti sudah punya team work
yang baik. Sampai sekarang
beliau masih tetap mengajar walau
hanya sedikit jam. Itu juga sudah cukup menguras pikiran juga karena jaman
pandemi begini guru harus lebih kreatif dalam mengajar. Kalau untuk kegiatan preunership masih
dalam tahap memulai kerja bareng. belum solid karena masih baru dan sekarang
juga usaha sedang harus kerja keras dan lebih giat mencari cara terbaik.
1.
Harus ada usaha dengan sungguh sungguh dan selalu mohon ridhonya Allah. Kerja
keras itu intinya.
2.
Mulai saja dengan berjualan di sekitar kita, di kantin sekolah dan kalau ada kegiatan bawa produknya untuk dipasarkan sebagai tahap promosi.
3.
Harus
pede (percaya
diri). Saat kita menawarkan produk, kita harus siap. Karena yang beli juga banyak yg ngetes, merendahkan dan lain sebagainya. Yakinlah akan produk kita.
4.
Setiap
usaha baru pasti banyak cobaannya. Jangan mudah menyerah.
5. Yang perlu disiapkan mental dulu. Kalau nunggu
modal, nanti tidak jadi jadi. Dan berdasarkan yang beliau rasa dan
alami, enaknya dari modal kecil, seadanya dulu. Nanti akan membuat pondasi yang
kuat.
Satu impian beliau yang belum tercapai adalah
menuliskan apa yang dilakukannya menjadi sebuah buku. Karena kesibukan beliau
di banyak kegiatan. Selain mengurus cabang aritmatikanya, sekolah TK, TPQ dan
SD Insan Kamil, beliau juga mempunyai 2 TBM (Taman Bacaan Masyarakat). TBM Insan Kamil dan TBM Kartini Kreatif. Dan beliau juga aktif mengikuti kegiatan di Gareulis, sekaligus
sebagai pengurus juga. Menurut beliau antara menulis buku boga dengan usaha boga sebenarnya dua-duanya bisa dianggap sulit dan juga bisa gampang,
tergantung kesungguhannya. Dulu ketika beliau sungguh-sungguh
menulis, gampang saja jadi buku. Sekarang kayaknya karena kurang sungguh
sungguh karena banyak cabang yang dipikirkan jadi sulit buat saya untuk
menulis. Dulu saya tidak bisa bikin kue, sekarang pengennya
nyoba resep terus. Jadi banyak bikin ini dan itu. Tergantung kesungguhan kita.” Tapi sebenarnya sudah saya mulai tapi belum serius nulisnya jadi ga
selesai selesai. Insyaa Allah saya tetap jadikan buku buat kenang-kenangan dan
bisa menginspirasi. Saya melihat teman teman bisa produktif menulis, saya masih
akan akan saja. Tapi saya sangat antusias dalam kegiatan literasi. Suatu saat
saya pasti bisa santai dan konsen untuk menulis.” Demikian tekad Ibu Betti untuk mewujudkan
impiannya menulis buku kembali.
Pada akhir pemaparan beliau menyimpulkan bahwa kita boleh
dan bisa saja mengerjakan pekerjaan beberapa sekaligus asal kita bisa
mengaturnya dan enjoy melaksanakannya. Selagi kita
bisa membagi waktu antara mengajar dan berwirausaha, kenapa tidak? Mengajar
dapat pahala. Wirausaha dapat tambahan buat beli susu anak. Begitu tambah bu Aam sebagai moderator. Semangat teman-teman untuk mencari peluang di sekitar kita.