Sunday, 22 December 2024

Parenting Bulan Desember 2024 Musabangga

Kegiatan parenting bulan Desember 2024 dilaksanakan bersamaan dengan pembagian hasil belajar siswa atau rapor.  Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Ahad,  22 Desember 2024. 

1. Pembukaan 

2. Sambutan-Sambutan

a. Kepala SD Muhammadiyah 1 Purbalingga 

# Untuk kelas 6 siswa akan diadakan pengayaan 

# Tanggal 6 Januari 2025 pemberian motivasi 

# Tanggal 7 Januari 2025 pelaksanaan study tour kelas 6

# Pemantauan penggunaan HP. Anak tidak dilarang tetapi tetap dipantau dengan pengaturan dan kesepakatan antara anak dan orang tua. Orang tua menyetting HP dengan aturan penggunaan 

b. Sambutan Komite Musabangga 

Bapak Ir. Muslikh Efendi 


Ibu menjadi the wonder mother, ibu yang hebat. Karena Ibu yang hebat akan melahirkan anak yang hebat . Tujuan dari SD Muhammadiyah 1 Purbalingga: 

1. Anak-anak shalat secara konsisten dan teratur.

2. Anak-anak kita hebat, berprestasi sesuai dengan kapasitas masing-masing 

Penampilan siswa kelas 1 hafalan QS An-Naba 


3. Kegiatan Parenting 

oleh: Ibu Yuyu Yuniawati, S.Ag

"Berseri sebagai Istri, Berilmu sebagai Ibu" 


Mencari ilmu itu wajib bagi muslimin dan muslimat. 

QS An nahl: 57 menjadi dasar untuk me

Kedusukan mulua perempuan/istri/Ibu 

1. Seorang perempuan yang sudah menikah berubah status menjadi istri 

2. Seorang istri yang sudah diberikan anugrah anak, bertambah statusnya menjadi ibu

3. Kedudukannya sungguh mulia sebagaimana mulianya kedudukan perempuan, bahkan lebih mulia.

Menjadi istri/ibu adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT 

Rosulullah bersabda: 

Pada setiap kitaeadalah pemimpin 

(HR Bukhari no 2554 dan Muslim no Abdullah bin Umar)

amal Memerlukan: 

iman 

ilmu 

ikhlas 

istikomah 

Kembalikan semua kepada Allah SWT aneka ragam peristiwa.

Istri yang berseri, maksudnya: 

Berseri sebagai istri balsannya luar biasa yaitu bebasememilih pintu surga 


Bagaimanapun kiatekita berseri menjadi istri?

Taati Allah SWT 

Taati suami selamamemerintahkan kebaikan 

Menjaga kehormatan diri, suami dan keluarga 

Mampuemenyenangkan hati suami 

menjaga harta suami 


Sebaik-baik perempuan(istei sholihah) adalah: 

istri yangemenyenagkan hatimu jika kamu pandang 

mentaatimu jika kau perintah 

menjaga dirinya dan hartamu jika kamu tinggal 

(H. R Abu Dawud)


Saturday, 21 December 2024

Dua tulisan ini muncul di wag. Terus terang sebagai orang tua saya tahu bahwa nilai akademik bukan satu-satunya indikator untuk menghantarkan buah hati menuju ke kesuksesan hidup. Tapi seringkali pertanyaan orang sekitar masih berkutat di hal yang sama. "Anak kamu rangking berapa?"

Tulisan ini barangkali saya gunakan untuk meneguhkan langkah, yang memang dari awal saya perlakukan kepada putri kami. Tapi tetap saja masih terpikir kalau tidak bisa matematika nanti mau jadi apa? Kalau nilai akademiknya biasa saja, bisa bersaing ke tingkat berikutnya tidak? Besok kuliahnya mau apa kalau nilainya jemblok? Beragam pikiran yang terfokus pada nilai akademik mulai menggoda untuk hadir dan mempengaruhi paradigma baru yang tengah dibangun:Anak menikmati keindahan masa belajar sesuai tahap dan kemampuan. Menikmati belajar bukan belajar untuk mengejar target nilai.


Silahkan semoga tulisan berikut ini bermanfaat bagi kita para orang tua terutama terkait rapor yang sudah diterimakan hari ini atau Senin depan. Selamat berproses. 


Ranking Bukan Indikator Keberhasilan

Akhir bulan Desember adalah penerimaan raport buat para putra-putri  kita. Saya ikut bahagia di hari yang ceria ini buat anda semua. Ijinkanlah saya memberi sudut pandang yang mungkin bermanfaat untuk kita semua.

1. BERHENTILAH anda memamerkan ranking puta-putri anda! 

Yang TERPENTING dari Pendidikan itu BUKAN ranking. Hakekat dari pendidikan itu adalah menjadikan anak anda:

• mencintai aktivitas membaca untuk mencari pengetahuan

• Bisa berpikir logis

• Tahu nilai-nilai benar & salah

• Mampu mengembangkan bakatnya, dan

• Punya semangat juang untuk mewujudkan apa yang dia inginkan secara disiplin & konsisten.

2. BERHENTILAH anda menjadikan ranking putra-putri sebagai kunci dari keberhasilan !

Ketika kita menjadikan ranking sebagai bukti keberhasilan pada anak kita, dampak terbesar adalah pada titik itulah kita berfokus. Kenyataannya TIDAK !!

• Saat anak anda mencintai membaca maka mereka menguasai banyak pengetahuan, tidak peduli apakah mereka punya ranking baik atau buruk.

• Saat anak anda bisa bepikir logis maka mereka akan mampu membangun visi dan impian mereka. Visi dan impian mereka itu tidak bisa dinilai per semester atau per semester untuk diperbandingkan antara anak satu dengan anak lainnya.

• Saat anak anda tahu mana nilai yang benar dan mana yang salah maka mereka akan punya integritas

• Saat mereka mengenal bakat mereka yang sesungguhnya maka mereka akan mampu menghasilkan karya dan dedikasi yang terbaik

• Saat anak anda punya semangat juang maka itulah kunci sejatinya kesuksesan hidup.

Dan ini semua tidak bisa diranking. Jika anda fokus pada ranking maka anda akan kehilangan nilai-nilai yang hakiki dalam pendidikan. Kalau anda harus kompromi dengan sistem pendidikan sekolah maka “kompromi” anda adalah, usahakan anak anda SELALU naik kelas dan bergairah menjalani aktivitas sekolahnya. Maknai nilai raport anak anda HANYA sebagai SALAH SATU indikator untuk tahu mana titik lemahnya, mana titik unggul dan progress kerjanya sehingga anda bisa tahu di titik mana anda harus membantu anak anda. Sementara sisanya bantulah anak anda untuk cinta membaca, mampu berhitung secara logis, menemukan bakat/kelebihannya, mengajarkan kejujuran dan punya semangat juang pantang menyerah. Proses pendidikan & pengajaran  adalah proses seumur hidup, tidak adil bagi putra-putri anda hanya dinilai dari ranking yang diperolehnya semester ini atau semester yang lalu.


Rizki Nuansa Hadyan

Psikolog & Pemerhati Dunia Pendidikan.


KECEWA MELIHAT NILAI RAPOR - Ayah Bunda yang dirahmati Allah, keberhasilan pendidikan dalam Islam tidaklah dilihat dari hasil ujian atau angka-angka yang tertulis di rapor, tapi berhasil atau belum berhasilnya proses pendidikan sesungguhnya bisa kita lihat dari poin-poin berikut:


1⃣ Aqidah yang benar. 

Sudahkah anak-anak kita tumbuh di atas aqidah yang benar, bebas dari pemahaman-pemahaman yang menyimpang dari Al Quran dan Sunnah?


2⃣ Ibadah yang shahihah. 

Apakah ananda wudhunya sudah betul? Shalatnya sudah benar seperti yang diajarkan oleh Rasulullah?


3⃣ Akhlaqul kariimah & Adab Islamiyyah 

Lahirnya akhlaq yang mulia adalah bentuk keberhasilan sebuah proses pendidikan. Apakah anak-anak kita sudah bisa menjaga sopan santun, jujur serta menjaga lisannya dari ucapan-ucapan kotor, memiliki empati kepada orang yang kurang mampu, mampu menahan emosi serta tidak suka usil menganggu orang lain? Kalau sudah maka Alhamdulillah, insya Allah dari sisi ini pendidikan Ananda sudah berhasil.


Apakah Ananda masih suka masuk rumah tanpa mengucapkan salam, makan dan minum pakai tangan kiri, ke WC langsung begitu saja tanpa membaca doa terlebih dahulu? Kalau belum, berarti masih ada PR terhadap pendidikan adab ananda.


💖Mudah-mudahan ayah bunda tidak kecewa kalau nilai-nilai ananda kali ini kurang baik, karena sebenarnya kalau poin-poin di atas sudah ada pada diri Ananda, insya Allah proses pendidikan Ananda sudah berjalan di atas rel yang benar.


📝Akhukum,

Wira Mandiri Bachrun

Friday, 20 December 2024

Tali Terakhir yang Terlepas Bernama Shalat

 ONE DAY ONE HADITS

Jum'at, 20 Desember 2024 / 18 Jumadilakhir 1446


Tali Terakhir yang  Terlepas Bernama Shalat


عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِى تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضاً الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ


Dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata, dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya, dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad 5: 251)


Pelajaran yang terdapat didalam hadist :


1- Hadits ini jelas menyatakan bahwa ketika tali Islam yang pertama sudah putus dalam diri seseorang, yaitu ia tidak berhukum pada hukum Islam, ia masih bisa disebut Islam.

2- Di sini Nabi tidak mengatakan bahwa ketika tali pertama putus, maka kafirlah ia. Bahkan masih ada tali-tali yang lain hingga yang terakhir adalah shalatnya.


Dari Zaid bin Tsabit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 


أَوَّلُ مَا يَرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الأَمَانَةُ وَ آخِرُ مَا يَبْقَى مِنْ دِيْنِهِمْ الصَّلاَةُ


“Yang pertama kali diangkat dari diri seseorang adalah amanat dan yang terakhir tersisa adalah shalat.” (HR. Al Hakim At Tirmidzi).

3- Hukum lepas bukan hukum islam lagi, politik lepas bukan politik islam lagi, ekonomi lepas bukan ekonomi islam lagi tapi ekonomi ribawi, budaya lepas bukan budaya islam lagi tapi budaya kepop, pendidikan lepas bukan islam lagi tapi pendidikan sekuler dll. Tinggal shalat itupun sudah diacak-acak, mau jadi apa umat ini? Maka syariat shallat-lah yang tidak memiliki celah untuk bisa ditinggalkan atau tidak dilaksanakan.

4- Maka tunggu apalagi jangan pernah kita tinggalkan shalat terutama shalat berjamaah bagi kaum lelaki.

5- Jangan meremehkan shalat lebih lagi meninggalkannya

من ضيعها فهو لما سواها أضيع

Barang siapa yang berani meremehkan sholat maka dia dengan yang lainnya akan lebih berani meremehkannya(Umar bin Khotob radhiallahu anhu)

Imam Ahmad –rahimahullah- juga mengatakan perkataan yang serupa, “Setiap orang yang meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar shalat dalam hatimu.”..


Tema hadist yang berkaitan dengan Al quran :


1-  Penulis muslim berkebangsaan Inggris ini dengan tegas berpandangan bahwa peradaban modern yang disetir oleh Dunia Barat Yahudi-Nasrani telah menyebabkan seluruh masyarakat dunia terjebak ke dalam suatu kehidupan yang mengingkari eksistensi Allah dan meyakini bahwa hidup ini hanyalah di dunia belaka. Sebagaimana Allah gambarkan mengenai kaum sekularis (orang-orang yang dunia-minded) di dalam Al-Qur’an:


وَقَالُوا مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ


”Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS Al-Jatsiyah ayat 24)


2- Dari sejarah, kita dapati bahwa sebenarnya selama hampir empat-belas abad dunia berada dalam kebaikan karena dipimpin oleh orang-orang beriman yang senantiasa mengembalikan segenap urusan –baik pribadi maupun publik– kepada hukum Allah dan RasulNya. Para pemimpin tersebut berusaha keras untuk memimbing masyarakat menuju keridhaan Allah dan mengikuti sunnah NabiNya. Memang harus diakui bahwa selama masa itu terkadang ada saja khalifah-khalifah pemimpin ummat yang memiliki karakter bermasalah (baca:fajir), tapi secara formal otoritas kemasyarkatan pada masa itu masih menjunjung tinggi sumber utama rujukan ummat Islam, yaitu Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Sehingga secara garis besar ummat masih merasakan rahmat dan nikmatnya hidup di bawah naungan hukum Allah. Sehingga selama rentang waktu yang begitu panjang ummat masih menyerahkan ketaatan dan loyalitasnya kepada Ulil Amriminkum (pemegang urusan dari kalangan orang-orang beriman) sebagaimana diperintahkan Allah:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا


”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa ayat 59)


3- Namun semenjak dunia menyaksikan berdirinya berbagai negara berdasarkan konsep kebangsaan dan bukan lagi berlandaskan aqidah tauhid dan ibadah kepada Allah semata, maka mulailah dalam bidang hukum masing-masing nation-states tersebut meninggalkan hukum Allah dan RasulNya lalu berkreatifitas menyusun sendiri hukumnya masing-masing. Ada yang kurang kreatif sehingga begitu saja mengadopsi sistem hukum mantan penjajahnya, seperti Indonesia mengambil perangkat hukum Belanda sebagai hukum nasionalnya. Namun ada juga yang sedikit lebih kreatif dengan mengkombinasikan hukum mantan penjajahnya dengan hukum adat-setempat plus campuran hukum dari Al-Qur’an. Tetapi tidak ada yang secara murni dan konsekuen menjadikan hanya Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyyah sebagai rujukan tunggal hukum nasionalnya, apalagi dalam tataran aplikasinya.

Jika masyarakat diajak untuk kembali kepada penerapan syariat Islam atau kembali kepada hukum Allah dan RasulNya, maka kebanyakan orang menolaknya. Padahal sikap penolakan seperti yang mereka tunjukkan hanya pantas dilakukan oleh kaum munafik sebagaimana Allah jelaskan berikut:


وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا


“Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS An-Nisa ayat 61)


4- Padahal kebenaran dan keadilan hanya dapat wujud jika kita menegakkan hukum berlandaskan Kitab Allah, yakni Al-Qur’an.


وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا لا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ


”Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur’an), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-An’aam ayat 115)


5- Wajarlah bila hukum Al-Qur’an merupakan hukum satu-satunya yang benar dan adil, sebab seluruhnya bersumber dari Allah Yang Maha Benar lagi Maha Adil. Sedangkan hukum manusia merupakan hukum yang pasti mengandung cacat dan ketidak-sempurnaan, sebab Allah sendiri menggambarkan manusia sebagai makhluk yang amat zalim lagi amat bodoh. Bagaimana mungkin manusia dengan karakter seperti itu akan sanggup memproduk hukum yang benar apalagi adil? Tidak mengherankan kalau di zaman ini kita temukan bahwa berbagai kezaliman dan perilaku bodoh merebak di tengah kehidupan masyarakat modern.


إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا


“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS Al-Ahzab ayat 72).

Parenting Bulan Desember 2024 Musabangga

Kegiatan parenting bulan Desember 2024 dilaksanakan bersamaan dengan pembagian hasil belajar siswa atau rapor.  Kegiatan ini dilaksanakan pa...