Hening Cipta
Purbalingga, 29 Maret 1997
Dalam tertunduk
Kuheningkan cipta sejenak
Coba mengenang kembali ke masamu
Di mana darah tercecer
Bersimbah pada luka-luka menganga
Jasad-jasad kaku membeku
Yang menyunggingkan senyum tulus
Tinggalkan dunia ini tuk satu cita: Merdeka
Dalam hening cipta
Kutabur bunga-bunga doa
Di pusara terakhirmu
Semoga engkau damai di sisi-Nya
Dan janji-janji memenuhi rongga dadaku
Tuk tebarkan benih-benih cintamu pada bangsa
Di jiwa para generasi muda
Penerus perjuanganmu
Ku kenang jasamu
Meski waktu terus berlalu
Sebab tanpa kau pejuang
Sepi
Sepi…
Kadang kau sangat kubenci
Sepi…
Kau membuat hatiku sunyi
Tapi kadang kuingin sendiri
Menikmatimu sepenuh hati
Purbalingga, 29 Maret 1997
Lewat Puisi
Purbalingga, 9 April 1997
Lewat puisi
Kucoba dekati kebahagiaan
Ku coba rasai hangat kehidupan
Ku coba lewati sebuah perjalanan panjang
Lewat puisi
Ku ketuk pintu hati yang terkunci
Beku oleh dinginnya polusi hari
Tertutupi oleh pilunya lara hati
Terkoyak oleh perihnya luka
Lewat puisi
Kuingin rasakan
Panasnya sinar mentari
Yang bersinar garang di tengah hari
Meneteskan lelah keringat-keringat
Menjadi asa mencari sesuap nasi
Lewat puisi
Ku ingin nikmati
Dingin gerimis yang mengguyur bumi
Membangunkan dedaunan tuk bersemi
Menghidupkan jiwa-jiwa yang tlah mati
Lewat puisi
Kuingin rasakan semua yang ada di dunia ini
Membuat perjalananku silih berganti
Bahagia duka tawa tangis ceria muram durjana kunikmati
Inilah kebahagiaanku sejati lewat puisi
Kemarau
Purbalingga, April 1997
Mengapa engkau masih malu
Tuk turun di kotaku
Yang kini menjadi panas memanggang
Daun-daun terkulai lemas kekuningan
Penuh harap takzim berdoa
Harapkan tetesan gerimismu segera tiba
Mengapa kau tak juga singgah
Walau sekejap di tanah harapanku
Berikan sedikit curahmu
Yang tlah ditunggu penuh harap
Ketandusan ini…
Meranggas sampai ke hati kami
Kering…
Gersang…
Tanpa harapan