# Resume Kuliah Ke-4 Belajar Menulis 8 -Haji Encon Rahman (23 Oktober 2020)
Pada kesempatan malam hari ini 23 Oktober 2020
disampaikan materi sekitar penulisan artikel untuk berbagai media cetak. Materi
tersebut dipaparkan oleh Bapak Haji Encon Rahman dari Majalengka. Beliau
seorang pegiatliterasi yang sudah melanglang buana di penulisan artikel di
berbagai media cetak.
Pada perkuliahan tersebut disampaikan tentang
hal-hal yang terkait dengan penulisan artikel yang bisa menembus berbagai media
cetak seperti koran, tabloid maupun majalah. Menulis artikel sejak di SMA dan
semakin giat di kala kuliah di Universitas Pasundan. Berawal dari ketertarikan
menulis karena tuntutan ekonomi untuk membiayai kuliah akhirnya mampu menembus
berbagai media cetak hingga mencapai 500 an tulisan berupa artikel, cerbung dan
berbagai jenis tulisan lainnya.
Berdasarkan tingkat kesulitannya, ketrampilan menulis
ada tiga tingkat yaitu:
Ø Level
rendah: menulis di blog, membuat buku antologi karya bersama
Ø Level
sedang : menulis buku bersama(maksimal 4 orang/kolaborasi), menulis artikel di
koran
Ø Level
tinggi: Menulis buku solo/pribadi
Seringkali banyak masalah yang muncul misalnya
gagasan yang macet dan motivasi yang sering menurun dan stagnan. Beberapa hal
yang harus diperhatikan, menurut beliau, untuk memperlancar gagasan saat
menulis antara lain:
1.
Banyak
membaca karya-karya orang lain yang sudah dimuat.
2.
Mengamati suatu kejadian atau hal di sekitar
kita.
3.
Menonton
film/tv
Beberapa trik menulis agar tetap istikomah
adalah:
1. Memiliki tujuan yang ketika berniat menulis.
2. Memiliki target dalam proses menulis.
3. Targetkan hal yang positif yang bersifat jangka panjang.
Untuk bisa mencapai keistikomahan dalam menulis
tersebut maka dibutuhkan kesabaran, tahan banting dan ilmu untuk mengetahui
teknik penulisan yang diinginkan media cetak.
Triks menulis artikel di koran:
1. Mengkliping tema-tema karya orang lain yang dimuat. Bisa diambil dari bebrapa koran dengan topik/tema yang sama.
2. Tahan banting. Tidak mudah menyerah. Satu kali ditolak jangan langsung down. Tulislah kirim kembali.
3. Sering membaca koran atau mendengarkan apa yang menjadi pembicaraan orang yang lagi in/trend.
4. Kirim artikel jangan langsung ke koran nasional. Awalilah dari koran lokal atau media pendidikan. Jika sudah lolos sekitar 1 tahun dan sudah dikenal mulai melangkah ke koran nasional.
5. Sering kirim artikel/tulisan ke koran. Tidak usah menunggu jawaban dari koran tersebut. Ketika ditolak biasanya tidak dikembalikan maka segera kirim ke koran yang lain.
6. Menguasai selingkung untuk artikel, yaitu: menguasai cara menulis judul, intro artikel dan cara pemaparan/pembahasan artikel serta penutup.
Dari pengalaman
menulis artikel Bapak Haji Encon ada beberapa keuntungan dapat menulis artikel adalah
(a) menerima honorarium (b) menunjang angka kredit dan (3) bisa dibuat menjadi
buku jika artikel yang kita muat dijadikan satu. Dan itupun berguna pula untuk
angka kredit.
Sebenarnya menurut Bapak Haji lulusan FKIP Jurusan
Bahasa Indonesia Universitas Pasundan, menulis di koran mudah. Yang sulit adalah
belum memahami dan mengetahui kriteria/gaya tulisan semacam apa yang diinginkan
oleh koran tersebut. Karena kalau belum memahami maka tulisan kita akan sering
ditolak daripada diterima. Untuk mengatasi hal tersebut maka sering-seringlah
membaca hasil karya yang sudah dimuat untuk dapat mempelajari gaya yang
diinginkan. Selain itu kita harus fokus dulu pada satu media cetak untuk mengenali
gaya tulisan yang diinginkan.
Selain itu fokuslah pada satu jenis tulisan
tertentu sehingga kita akan dikenal sebagai spesialis tulisan tertentu. Hal ini
penting karena akan membentuk “branding” penulis apakah kita? Apakah penulis
artikel, penulis feature atau penulis cerpen dan sebagainya. Jangan ingin menguasai
semua jenis tulisan. Meskipun bisa tetapi akan sulit untuk pembentukan branding
untuk diri kita.
Satu hal yang ditekankan oleh Bapak Haji Encon
Rahman adalah ketika ingin menjadi penulis yang produktif maka milikilah niat
menulis sebagai ladang amal ibadah. Hanya semata karena Allah SWT, bukan karena
ingin populer maupun ingin mendapatkan maeteri berupa uang. Karena kalau sudah
diniatkan sebagai ibadah, kepopuleran dan penghasilan dari menulis akan
mengikuti. Umur tulisan kita akan lebih panjang daripada umur penulisnya.
Contohnya ada pada penulis-penulis pendahulu seperti Buya Hamka.
Pesan kedua adalah biasakanlah menulis dalam keadaan berwudhu. Selain menjernihkan pikiran juga apa yang akan ditulis menjadi bermanfaat dan mudah dipahami oleh orang lain/pembaca. Akhirnya tetaplah fokus dalam menulis. Karena dalam menulis ada kebahagiaan yang tak terkira. Yuuk terus semangat menulis dan perbaiki niatnya.
Keren, siap menulis lagi
ReplyDelete