# Resume kuliah ke 12 Belajar menulis 8
Pada kesempatan kuliah ke-12 Rabu malam, 11 November 2020 diisi oleh Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd. Beliau adalah salah satu guru di SDN No.30 Kota Gorantalo, Provinsi Gorontalo. Mengambil tema malam ini tentang : Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi.
Kata “ekspektasi” tentunya sudah sangat familiar di telinga kita. Setiap orang, setiap saat pasti memiliki ekspektasi terhadap berbagai hal yang di inginkan dalam hidup. Sebagai contoh, ekspektasi kita. Ketika bergabung dalam grup belajar menulis adalah ingin menghasilkan sebuah karya berupa jejak literasi yang dapat dikenal dan dikenang meskipun kita sudah berkalang tanah. Sayangnya, ekspektasi kita tidak selalu sama dengan realita. Ekspektasi tak seindah kenyataan. Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi dalam tulisan buku ke-2 saya yang diterbitkan pada tahun 2019.
1. Bagaimana memulai sebuah tulisan?
2. Apa ide/topik yang harus kita tulis?
3. Apakah tulisan saya menarik? dls.
Mewujudkan ekspektasi memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bagi para penulis pemula. Dalam prosesnya kita harus berjuang melawan semua hambatan yang datang baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar.
Sebenarnya, tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri. Yaitu mood dan kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah. Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion. Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan. Kedua hal ini dibahas secara detail dalam buku beliau yang ketiga hasil kolaborasi bersama Prof. Eko Indrajit yang diterima dan diterbitkan oleh Penerbit Andi.
Pengalaman Ibu dengan 3 putra dan 1 putri dalam mewujudkan ekspektasi dalam menulis adalah berjuang membangun tekad dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas. Terkadang juga harus nekat mengambil keputusan yang jika dipikir dengan akal sehat pencapaiannya sangat mustahil. Untuk itu harus selalu berusaha konsisten terhadap ekspektasi yang susah payah dibangun. Pantang mundur jika kaki sudah melangkah. Contohnya ketika menerima tantangan Prof. Eko untuk menulis buku dalam seminggu, ada sejuta keraguan yang menyelimuti hati dan pikiran beliau. Berbagai pemikiran negatif menghantui, namun berkat kenekatan, dibarengi niat, tekad, serta konsistensi yang kuat akhirnya ekspektasi beliau berubah menjadi sebuah prestasi. Saat Pak Joko mengumumkan bahwa tulisannya lolos tanpa revisi, Ibu Jamila seolah tak percaya. Tidak pernah menyangka bahwa tulisan yang menurut penilaian pribadi hanyalah tulisan biasa saja ternyata memiliki takdir luar biasa.
Dari pengalamannya ini ada beberapa hal yang dapat dipelajari dalam menulis:
1. Tulislah apa yang ingin kita tulis.
Biasanya, kendala di awal kita menulis adalah bingung mencari ide. Tidak tahu apa yang akan kita tulis. Untuk mengatasinya, marilah kita mulai menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Misalnya tentang hobi memasak, kegiatan sehari-hari, atau tingkah lucu anak-anak kita. Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran. tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dan lain sebagainya. Setiap kalimat yang terlintas segera ditulis. Bisa di HP,di buku catatan,kertas atau di benda apa saja yang bisa kita gunakan.
Atau kita punya ide, tapi bingung mau mulai menulis dari mana. Jangan bingung, mulai saja menulis dengan kata yang terlintas dalam pikiran. jangan memikirkan tulisan ini cocoknya di pendahuluan, atau di bab 1, dst. Tulis dan tulis saja setiap kita punya ide. saat kita benar-benar bingung dalam menulis, maka berhentilah menulis dan membacalah. Saat kita membaca, kita akan menemukan kembali ide yang terbang entah kemana. Saat ide itu muncul, jangan di tunda segeralah di tulis.
2. Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.
Agar kita bisa keluar dari zona tidak nyaman, menulislah seperti air mengalir. Maksudnya tulislah apa yang ingin kita tulis. Abaikan penilaian orang tentang tulisan kita. Biarkan tulisan tersebut selesai kita tulis secara tuntas, lalu biarkan orang lain menilai. Karena penilaian orang lain biasanya lebih baik dari kita. Yang bli rasakan pernah saya alami. Berdasarkan pengalaman narasumber, saat menulis buku ke-3 ia adalah orang yang paling tidak percaya diri dengan tulisannya. Tulisannya berbeda dengan semua tulisan teman-teman. Ibu Jamila bahkan tidak tahu jenis tulisan, apalagi yang namanya gaya selingkung. Dan beliau baru mengetahui istilah tersebut saat mempresentasikan buku beliau, dan ternyata diberi apresiasi luar biasa oleh Prof. Eko.
3. Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan
Membaca dan menulis adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan. semakin suka membaca, maka semakin mudah menulis. Menjadikan menulis sebagai kebutuhan, artinya kita menjadikan membaca sebagai makanan kita. Proses kreatif dalam menghasilkan buku tidak terlepas dari kegiatan membaca. Jadi, menulis dan membaca ibarat dua sisi mata uang yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Menulis tanpa pernah membaca akan pincang. Artinya tulisan kita kurang menarik.
4. Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.
Ketika menulis suatu ide, hal yang perlu kita lakukan adalah berusaha fokus di halaman-halaman berikutnya. Tahan diri semaksimal mungkin untuk tidak membuka/membaca halaman yang sudah kita tulis. Terkait kaidah penulisan, saat menulis abaikan saja dulu. Nanti akan ada saatnya kita mengedit ketika tulisan kita sudah benar-benar tuntas. Proses editing bisa dilakukan sendiri dan dapat pula menggunakan jasa orang lain. Untuk buku, sebelum di kirim ke penerbit lakukan swasunting/edit sendiri. Kita tidak perlu khawatir masalah editing, karena biasanya pihak penerbit juga melakukan editing sebelum buku tersebut naik cetak.
Jadi, menulis itu adalah sebuah perjuangan untuk melawan semua tantangan yang menggoyahkan niat. Hal yang menjadi fokus dalam menulis adalah kata TUNTAS. Jadi, menulislah hingga tuntas. Jangan sering menengok halaman yang sudah kita tulis, karena itu merupakan salah satu godaan yang membuat kita berpikir 1.000 kali tentang apa yang sudah kita tulis. Kita akan berpikir untuk edit dan edit lagi. Akhirnya tulisan kita tidak tuntas.
5. Menulis jangan terlalu lama.
Menghasilkan buku dalam seminggu terdengar mustahil. Prosesnya jungkir balik, hingga siang dan malampun ikut terbalik. Hal pertama harus dilakukan di awal adalah mencari menentukan judul dan kerangka tulisan. Lalu berburu referensi sambil menyusun paragraf demi paragraf. Ya itu tadi, pokoknya tuntas dulu semua bab, terakhir sesi editing.
6. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karena yang akan menilai adalah pembaca.
Dua hal yang harus kita ubah dalam hidup kita yaitu mindset dan passion. saat keduanya seiring sejalan, dengan sendirinya kita akan happy enjoy dalam menulis. Mulailah dengan melihat apa saja yang ada di depan kita, lalu cobalah untuk mendeskripsikannya. Saat jemari kita mulai menulis, maka ide lain akan datang dengan sendirinya. Kuncinya adalah percaya diri. Setiap kita memiliki potensi, dan potensi kita perlu di asah agar menjadi kompetensi. Gunakan kata apa saja yang terlintas dalam pikiran. Kata-kata yang digunakan tidak harus kata-kata rumit. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh orang lain.
Beliau tidak pernah menyangka ternyata bisa menulis seperti sekarang. Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Setiap keberhasilannya tidak pernah merayakan secara wah, hanya tunduk sujud saja kepada sang khalik atas semua nikmat yang diberikan. Dalam hal ekspektasi menerbitkan buku tentu saja pernah merasakan yang tidak sesuai harapan. cara mengatasinya kembali kepada : bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan hanyalah milik Dia. Cara kita menularkan hobi menulis yang paling efektif adalah dengan bukti. Tunjukkan bahwa kita bisa berkarya, dan merekapun bisa seperti kita. tidak ada hal yang tidak bisa, dan tidak ada hal yang tidak mungkin.
Dari berbagai uraian di atas beliau menyimpulkan bahwa menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka berjuanglah menuntaskan karyamu, agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi generasi setelah kita. Demikian kata-kata motivasi dari Ibu Jamila untuk menutup kuliah malam ini.
Prestasi narasumber
Buku Karya Tunggal:
1. Kwartet Media Bermain dan Belajar (2018)
2. Ekspektasi VS Realitas (2019)
Buku Karya Bersama:
1. Design Thinking Membangun Generasi Emas dengan Konsep Merdeka Belajar (2020)
Alamat Pertemanan:
Email : jamila.baderan@gmail.com
Youtube: Jamila Baderan
Intagram : Jamila Baderan
Fb : Jamila Baderan
Mantap resumenya
ReplyDelete