Wednesday 29 June 2022

Cerpen: Bulu Mata Harapan Tina

Gambar: liputan6.com

Malam semakin larut ketika Tina merasakan matanya semakin berat dan berbayang. Wanita muda berumur tiga puluh tahunan itu mengucek matanya agar hilang rasa ngantuk dan lelahnya. Ia harus dapat menyelesaikan target hari ini, 25 helai bulu mata.

Di tengah berjuang melawan kantuknya, ia teringat anaknya, Santi, yang tahun ini duduk di kelas 7 SMP di sekitar desanya. Santi akan segera daftar ulang setelah lolos pendaftaran beberapa pekan kemarin. Prestasi Santi cukup bagus. Rata -rata nilainya 80.00. Anaknya memang cukup rajin belajar untuk mencapai cita-citanya.

Tina harus membantu suaminya menopang kehidupan sehari-hari, termasuk tentang biaya sekolah anak. Tarno, teman sekampungnya, yang kini menjadi suaminya hanya seorang buruh tani. Untuk bisa membiayai seluruh kebutuhan sehari-hari tentu berat baginya. Tina tidak tega melihatnya. Sebagai istri ia ingin meringankan beban suaminya.

"Ma, wis bengi. Istirahat dulu."

"Sebentar lagi Bapane. Menyelesaikan beberapa helai lagi.Tanggung."

Tarno beranjak kembali ke ruang depan. Suasana sudah semakin sepi. Sejenak dia membuka pintu kamar anaknya. Dua anaknya sudah tertidur pulas di sana.

Tak berapa lama Tina sudah beranjak dari tempat semula ia bekerja menyelesaikan pekerjaan membuat bulu mata. Sudah beberapa hari ia mencoba mengejar target dari PT yang memperkerjakan dirinya. 

Ia memang tidak bekerja di pabrik seperti karyawan umumnya. Ia bekerja di rumah dalam pengawasan PT terbesar di Purbalingga. Ia memilih bekerja di rumah saja meskipun pasti berbeda pendapatan dan fasilitas. Tapi ia merasa lebih bisa menyesuaikan pekerjaan di rumah dengan membuat bulu mata ini. 

Ia tidak sendirian. Banyak tetangganya pun melakukannya. Sebagian adalah emak -emak seperti dirinya yang masih harus mengurus anak-anak dan juga rumahnya. Boleh dikatakan pekerjaan membuat bulu mata ini hanya untuk membantu perekonomian keluarga saja. Seandainya sudah cukup dari suaminya mungkin ia tidak bekerja seperti sekarang ini.

"Sudah selesai, Ma?" Tanya suaminya menunjukkan rasa kasihan. 

"Maafkan aku ya, Ma. Tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Seharusnya Mama nggak perlu bekerja seperti ini," ucap suaminya lirih penuh penyesalan.

"Tidak apa-apa, Pak. Selama saya masih bisa bantu Bapak. Saya bisanya begini. Ya mudah-mudahan mengurangi beban Bapak."

"Doain ya Pak selalu sehat, bisa kerja dan dapat penghasilan tambahan, " lanjutnya penuh harap.

"Iya Bapak juga ikut doakan kita semua sehat. Bisa dikasih rezeki untuk keluarga kita oleh Gusti Allah dengan jalan yang lebih mudah."

Malam itu Tina tertidur lelap setelah lelah seharian memenuhi target harian pekerjaannya. Harapan terbesarnya bulu mata-bulu mata ini lolos dan menghasilkan uang untuk menambah biaya daftar ulang sekolah Santi. Masih ada beberapa pekan untuknya mencapai target-target pembuatan bulu mata.

Hari Sabtu ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Tina dan pekerja lainnya. Mereka berharap pekerjaan mereka sukses memenuhi target. Baik target jumlah maupun kualitas. 

Gambar: PosJateng.Id


Deg-degan hati Tina dan pekerja lainnya ketika sensir, petugas yang mengecek hasil pembuatan bulu mata, datang ke tempat dia bekerja. Satu-persatu pekerja dipanggil oleh sensir. Melihat yang sudah dipanggil, ada yang bahagia, ada pula yang cemberut. Tina jadi semakin beringsut, duduknya tidak tenang menanti namanya dipanggil. 

"Bagaimana hasil pekerjaanku? Ya Allah jadikan ini jalan rizki untuk anakku," ucapnya lirih penuh doa.

"Mba Tina! Mba Tina!", Tina terkejut meski tahu namanya akan disebut. Tapi pikiran yang berterbangan kemana-mana membuatnya tidak fokus.

Sensir menunjukkan pekerjaan yang gagal, tidak sesuai kriteria. Ada yang kurang kencang ikatannya, ada yang tidak sempurna penataan dan ada pula yang berbeda ukuran dari yang diminta. Tina hanya mengangguk-angguk mengiyakan saja ketika kesalahan pekerjaan ditunjukkan kepadanya. 

Dibawanya pulang hasil pembuatan bulu matanya yang gagal. Digenggamnya erat. Meski sedih karena uang yang didapatkan tidak sesuai harapan. Ia harus lebih lama lagi mengumpulkan rizki.  Masih ada kesempatan, ia akan memperbaiki bulu mata-bulu mata ini. Itu berarti ia akan bekerja lebih keras lagi mulai malam ini.  Bismillahirrahmanirrahim. Jadikan ini rizki kami ya Allah, ucapnya lirih di perjalanan pulang ke rumahnya.


2 comments:

  1. AAMIIN ,doa sang ibu nisnya di kabulkan

    ReplyDelete
  2. Keren cerpennya Ibu Yati. Tetap semangat untuk penulisan hari ke-21 ya! (Guru Dion Indonesia)

    ReplyDelete

Membeli Waktu

Assalamuallaikum warahmatulahi wabarakatuh  Bismillahirrahmanirrahim  Membeli Waktu Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul ...