MATERI #4 KMK 10
Teknik Mengemas Paragraf Menarik
oleh Agung Purnomo
Selain membuat diksi-diksi yang apik dan mengemas judul yang diminati pembaca bahkan memicu penjualan, yang mesti kita pelajari dalam mengembangkan skill nulis adalah membuat paragraf. Mau tidak mau, paragraf yang menarik akan membuat pembaca betah berlama-lama membaca tulisan Anda.
Lalu, gimana caranya membuat paragraf yang menarik? Teknik menulis ini membutuhkan ketelatenan, ketekunan, dan ketelitian.
Paragraf menarik adalah yang enak untuk dibaca, mudah dipahami, dan tidak membosankan.
Sayangnya tidak banyak orang mudah melakukannya. Terutama penulis pemula. Jangankan menulis satu karya, menulis satu paragraf pun kesulitan. Iya kan?
Kita bisa melakukan dengan mengutip salah satu sumber referensi yang kita baca. Bisa juga kita menuliskan kalimat yang menarik menurut kita.
Dalam ilmu jurnalistik sih, ada istilah teras berita atau yang biasa disebut dengan LEAD. Pertanyaannya, "Gimana seandainya kita merasa kesulitan bikin paragraf pembuka?"
Ini rumusnya:
A. Teknik Menulis Paragraf Pembuka
Sesuai dengan namanya, paragraf pembuka ditulis sebagai kalimat pembuka. Sebagai paragraf pembuka, seorang penulis diuji kemampuannya dengan menyampaikan kalimat yang tidak berbelit-belit. Paragraf pertama harus memiliki kekuatan.
Tujuannya agar pembaca tertarik, penasaran, dan melanjutkan membaca ke paragraf kedua.
Paragraf pertama sengaja dikemas agar menarik pembaca. Poin ini tidak hanya diterapkan dalam teknik menulis buku, juga bisa diterapkan ke tulisan lain, seperti artikel dan copywriting .
Pembuka yang menarik akan mempengaruhi banyak sedikitnya pembaca. Berikut beberapa paragaraf yang menarik:
1.Memulai dengan pertanyaan
Pertanyaan selalu menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri pembaca serta mengajak kita semua untuk berpikir lebih dalam tentang suatu hal. Pertanyaan juga bisa bersifat retoris maupun mengangkat tema yang umum dalam masyarakat, seperti politik, agama, sosial, ekonomi, dan banyak lagi.
Contoh:
Berapa banyak balita yang menderita kurang gizi? Berapa banyak rakyat dari kalangan atas yang menderita obesitas dan sindrom metabolik? Kita hidup di sebuah negara yang ironis di mana dua masalah gizi sama-sama menjadi permasalahan besar yang harus dipecahkan oleh seluruh tenaga kesehatan.
2. Memulai dengan konflik atau permasalahan
Pembaca cenderung tertarik setelah mereka mengetahui gambaran permasalahan secara keseluruhan. Pembaca akan merasa tidak perlu banyak waktu untuk mengetahui apa yang sebenarnya sedang mereka baca. Konflik bisa juga dinyatakan dengan fakta umum, misalnya hasil sebuah riset atau survei.
Contoh:
Indonesia masih berkutat dengan tingginya angka kematian akibat penyakit infeksi tahun ini. Tuberkulosis masih menempati urutan pertama penyumbang penyakit infeksi terbesar, diikuti dengan kolera, malaria, dan demam berdarah. Berada di wilayah tropis tak bisa lagi dijadikan satu-satunya alasan kejadian penyakit infeksi, melainkan juga sanitasi yang sepertinya memang kurang diperhatikan di Indonesia.
3.Mengulangi judul dalam paragraf pertama
Bagi penulis yang telah menentukan judul tulisannya terlebih dahulu, bisa memasukkannya pada awal kalimat suatu paragraf. Unsur dalam judul tidak harus ditulis lengkap, melainkan bisa ditulis sebagian saja. Hal ini dapat memberi kesan adanya hubungan antara judul dengan keseluruhan tulisan.
Contoh:
Adakah yang salah dengan senja? Dengan semburat warna jingga keemasannya yang indah? Ataukah aku yang selama ini salah menilai senja?
(Paragraf pertama dalam cerpen berjudul Muslihat Senja)
4. Memulai dengan tindakan
Melalui sebuah tindakan yang nyata, pembaca digiring untuk turut merasakan suasana yang ingin diciptakan oleh penulis. Tindakan memberikan kesan tidak bertele-tele dan membosankan sehingga menjadikan paragraf menarik untuk dibaca.
Contoh:
Seorang pencuri berlari dari kejaran dua orang berseragam polisi. Pencuri itu menerobos kerumunan orang yang tengah menyaksikan sebuah pertunjukan sulap. Lalu ia menikung ke kiri menuruni tangga menuju pasar tradisional dan bersembunyi di bawah meja sebuah kios yang gelap dan sesak tak. Ia mengintip melalui celah kayu yang sudah lapuk, tampak dua polisi tadi berlari melewatinya. Pencuri itu kini bisa bernapas lega.
5. Menggambarkan karakter
Karakter adalah unsur intrinsik terpenting dari sebuah cerita. Melebihi tema, alur, dan latar, sebuah karakter membangun cerita menjadi lebih kokoh. Tak jarang pembaca terlebih dahulu jatuh hati pada karakter daripada isi dari cerita itu sendiri.
Contoh:
Anak lelaki kecil itu muncul setiap pagi di perempatan Pucang, siang di perempatan Dharmawangsa dan sore di perempatan Kertajaya. Kerjanya bergelut dengan jalanan dan asam pahit kehidupan. Meski demikian, dengan koran dan kaleng di tangannya yang kusam, sorot matanya tetap memancarkan semangat kehidupan. Kudengar anak-anak yang lain menjulukinya ‘Si Mata Sipit’.
6. Menghindari latar belakang dalam kalimat awal
Latar belakang tempat dan waktu sering digunakan penulis amatir untuk memulai paragraf. Padahal salah satu cara membuat paragraf yang menarik adalah dengan menghindari hal tersebut. Di bawah ini adalah contoh paragraf yang harus dihindari penulisannya.
Contoh:
Pada suatu pagi yang cerah, angin berembus sepoi-sepoi. Ombak bergulung menuju tepi. Aku sangat menikmati pagi yang segar di pinggir pantai.
7. Menggunakan sebuah kutipan
Sebuah kutipan yang arif dapat membangkitkan perasaan pembaca. Kalian bisa mengutip dari novel, puisi, atau kata-kata orang yang terkenal. Kutipan tersebut bisa menggunakan bahasa Indonesia maupun asing disertai dengan sumbernya.
Contoh:
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan Bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
(Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono)
8. Memulai dengan dialog
Dialog antarkarakter membuat paragraf menjadi lebih hidup. Dibandingkan dengan narasi, dialog lebih tidak membosankan. Akan tetapi, hendaknya kalian hanya menggunakan dialog yang benar-benar penting dalam membentuk jalan cerita. Jangan gunakan dialog yang tak berarti.
Contoh:
“Aku mau pergi. Aku mau merantau saja di negeri orang. Mungkin di Cina, Jepang, atau Amerika sekalian. Pokoknya aku mau pergi jauh dari sini,” ujar Budiman sambil meneguk secangkir kopinya yang mengepul.
“Memangnya gampang merantau di negeri orang? Siapa tahu kamu malah jadi gelandangan di sana,” Andi menanggapi pernyataan temannya dengan sinis.
“Tidak. Aku sudah bertekad. Paling tidak di sana tidak ada yang mengenalku, tidak ada yang akan menghakimiku. Di sana peluang masih terbuka lebar untukku. Pokonya aku akan berangkat bulan ini juga setelah pasporku selesai.”
9. Buka pikiran atau ingatan pembaca
Membuka pikiran (ingatan) pembaca adalah teknik pembukaan yang ampuh. Cara ini bisa dilakukan dengan menggunakan kata-kata seperti Bayangkan…, Apa jadinya…, Apakah anda ingat ketika…, dan sebagainya.
Kedua Paragraf Pengembang
Dilihat dari fungsinya sih sebagai kalimat penjelas. Kalimat yang menerangkan lebih detail dan menjelaskan dari topik yang ingin disampaikan. Sebagai paragraf pengembang, maka tulisan yang ditulispun harus runtut . Setidaknya paragraf satu dengan paragraf lain harus saling berkaitan satu sama lain.
Fungsi paragraf pengembang saat menulis buku tidak hanya nyambung, tetapi juga logis.
Wajar jika selama proses penulisan, seorang penulis mampu mengemukakan inti dari persoalan yang akan dikupas.
Tanpa tahu inti permasalahan, tulisan kita akan terasa hambar dan kering. Pembahasan dan pengembangan tulisan pun benar-benar tuntas, agar pembaca puas saat membaca.
Ketiga, Teknik Menulis Paragraf Penutup
Setiap kali menulis buku selalu ditutup dengan kesimpulan. Lalu, apakah setiap buku selalu ditutup dengan kesimpulan? Kenyataannya, tidak semua buku ditulis dengan kesimpulan yang jelas. Salah satu contohnya buku fiksi, yang ditutup dengan ending cerita mengantung.
Ending mengantung, dan diserahkan kepada pembaca, sengaja membuat pembaca bertanya-tanya dengan ending cerita.
Lalu, bagaimana katagori paragraf penutup yang baik?
Adapun ciri kesimpulan yang baik, kesimpulan yang mampu mengarahkan agar pembaca berfikir.
Berfikir dalam hal ini lebih pada membangun ide, kreatifitas dan mendorong pembaca untuk melakukan action nyata.
Hampir sebagian besar, memilih membaca kesimpulan akhir daripada membaca keseluruhan isi.
Begitupun ketika kita terlibat dalam teknik menulis. Buku yang menyertakan kesimpulan setiap bab, atau akhir bab lebih mudah dipahami oleh pembaca, dibandingkan dengan tulisan yang tidak diberi kesimpulan sama sekali.
Paragraf penutup yang baik seharusnya memaparkan jawaban atas ulasan yang diangkat.
Tidak hanya itu, penutup yang bagus adalah penutup yang menawarkan kesimpulan hasil dari pembahasan yang dipaparkan.
Tidak dapat dipungkiri, pembaca lebih nyaman dan terbantu dengan kesimpulan yang singkat, padat, jelas dan mudah dimengerti.
Sebagai analogi sederhana, tentu Anda mengingat pentingnya kesimpulan pada jurnal penelitian.
Kira-kira, kita lebih nyaman membaca keseluruhan isi? Atau lebih pada kesimpulan akhir yang ditawarkan oleh si penulis.
Dari tiga bentuk paragraf tersebut, semoga memberikan manfaat. Semoga dengan ulasan ini membantu memahami dan memudahkan kita lebih mahir menulis.
Jika menulis buku masih dirasa berat, kita bisa memulai dengan menulis barang tiga paragraf, atau satu judul tulisan.
Ilmu baru untuk menulis.
ReplyDelete