Hari ini adalah jadwal Lagerunal#Selasa Berbagi bersama Bu Aam Nurhasanah, S.Pd. dari Lebak Banten untuk memandu jalannya diskusi dengan narasumber hebat yaitu Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd. dari Semarang. Keseharian mengajar di SMP 8 Semarang sebagai guru IPA dan prakarya dan juga seorang ibu dan istri pastinya.
Beliau saat satu kelas dengan Bu Aam dulu di kelas belajar menulis Omjay gelombang 8. Beliau adalah seorang penulis yang bukunya tembus ke penerbit mayor PT Andi dalam tantangan program menulis satu minggu bersama Prof. Ekoji. Beliau juga yang menjadi editor, saat membuat buku antologi "KISAH INSPIRATIF SANG GURU"
Mengapa pada kesempatan ini Beliau mengambil tema MEMBUKUKAN HASIL KARYA ILMIAH?Karena dipastikan semua guru memiliki karya ilmiah, karena memang seorang guru dituntut untuk paling tidak 1 tahun 1 karya ilmiah. Baik itu berupa PTK, penelitian eksperimen, komparasi, best practice dan lainnya. Karena karya-karya tersebut biasanya digunakan sebagai syarat untuk kenaikan pangkat.
Namun, ketika karya tersebut sudah dimasukkan ke tim PAK, biasanya hanya sekedar menjadi tumpukan karya pribadi saja. Padahal,jika dapat dijadikan buku, alangkah bermanfaatnya karya tersebut. Tidak hanya kita yang dapat menikmati, namun masyarakat awam dapat menikmati karya kita.
Sebenarnya sebagi guru kita sudah punya modal tulisan lho bapak ibu. Karena mungkin tiap bulan atau tiap semester atau tiap tahun, kita pasti membuat karya ilmiah. Hanya saja biasanya prosesnya terhenti hingga pembuatan laporan karya ilmiahnya saja. Tidak dilanjutkan ke proses penerbitan karya lainnya.
Sebenarnya banyak manfaat yang dapat diambil dari membukukan karya ilmiah kita :
1. Lebih terdokumentasi dengan rapi
2. Menambah nilai PAK
3. Bermanfaat untuk orang lain
4. Nama kita terpampang di perpustakaan nasional :Siapa sih yang tidak bangga ketika namanya bersanding dengan nama penulis hebat di perpusnas? Pasti semua ingin.
5. Material : Apalagi jika buku ini laris manis alias banyak yang beli, tentunya pundi2 materi akan mengalir ke kita
Salah satu contoh buku hasil gubahan tesis beliau yang menjadi buku.
Lalu, apa saja tips membukukan karya ilmiah?
1. Dalam mengubah PTK menjadi buku, penting sekali memperbanyak isi materi variabel bebasnya. Kita dapat menentukan perluasan materi tersebut berdasarkan kata kunci judul buku kita. Dengan kata lain, PTK yang diubah menjadi buku berarti lebih memperluas isi bacaannya berdasarkan sumber yang relevan.
Misalkan judul implementasi Media stereofoam pembelajaran Organisasi kehidupan untuk meningkatkan kreativitas, maka yang harus dikembangkan adalah tentang Media (Pengertian, manfaat, jenis), Pembelajaran (materi tentang belajar mengajar), Kreativitas (diberi pengertian dan lainnya). Hal ini berlaku pula untuk karya ilmiah lainnya
Biasanya untuk menulis buku, patokan kita selalu menggunakan 2W+ 1H. Yaitu what, why dan how. Untuk bab awal buku, alangkah baiknya jika menjawab apa dan mengapa
Format karya ilmiah biasa
BAB 1 adalah pendahuluan yang berisi Latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batas masalah
BAB 2 berisi tinjauan pustaka
Format karya ilmiah buku
Jika diubah dalam bentuk BUKU menjadi BAB 1 latar belakang dan manfaat, BAB 2 menjelaskan mengenai variabel bebas, misalkan pengertian media, macam media, manfaat media, pembelajaran yang aktif kreatif dsb. BAB 2 di buku disesuaikan dengan tinjauan pustaka pada karya ilmiah
Lalu untuk menjawab HOW, dapat diambil dari BAB 3 karya ilmiah yang biasanya berisi metode penelitian. Namun, jangan disertakan statistikanya. Cukup dimasukkan desain atau tahapan penelitian saja.
Selain itu dapat dijawab pula dengan hasil penelitian yang dijabarkan menjadi sebuah narasi yang lain dibandingkan karya ilmiah serta hasil penerapan nya ketika diimplementasikan dalam sebuah pembelajaran
HOW juga menjawab keterbatasan atau kelemahan dan kelebihan implementasi yang dapat didapatkan dari BAB Viii karya ilmiah yang biasanya berisi simpulan dan saran
2. Hilangkan penyematan kata-kata PTK/tesis/laporan penelitian yang ada di bagian pendahuluan karya ilmiah.
3. Boleh memasukkan data berupa grafik ke dalam karya ilmiah versi buku. Ini merupakan bukti bahwa karya tersebut tersebut benar-benar telah dilaksanakan. Hanya saja cara penyajiannya dibedakan dengan versi laporan. Data ini dapat dijelaskan ke dalam bagian aplikasi atau pelaksanaan di kelas.
4. Secara kebahasaan dan penyajian, karya ilmiah versi buku haruslah berbeda dengan versi laporan. Susunan dan gaya tulisan bebas terserah penulis, karena setiap penulis memiliki ide dan kreativitas masing-masing sesuai dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Semakin literatnya penulis maka akan semakin oke buku yang dia tulis. Hal ini karena membaca, berpikir dan menulis adalah satu rangkaian literasi yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, kita harus mengupayakan agar pembaca memahami isi buku kita secara lengkap, dan mengena apabila menjadi karya ilmiah kita diubah menjadi buku.
5. laporan karya ilmiah yang dibukukan, haruslah yang sudah dipublikasikan, minimal tingkat sekolah atau MGMP di wilayah masing-masing.
PTK versi buku minimal harus 70 halaman dalam bentuk format A5.
Untuk panduan khusus, hanya menggunakan panduan untuk membuat buku yaitu 5W+1H atau yang lebih sering digunakan adalah 2W+ 1H yaitu what, why dan how seperti paparan saya diatas.Banyak membaca karya ilmiah versi buku, dan belajar pula dari karya tersebut. Alhasil jadilah Tesis versi buku.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam mengubah karyailmiah menajdi sebuah buku adalah antara lain: 1) Mungkin masalah manajemen waktu. Apalagi jika penerbit yang dituju, editing naskah diserahkan langsung ke penulis. Solusinya untuk masalah waktu sebenarnya membuat skala prioritas saja.
2) Untuk teknis penyusunan, lebih ke dilema antara diletakkan dimana data hasil penelitian, dan baiknya berupa apa agar ketika dibaca itu renyah. Solusinya mencoba memasukkan diagram batang ke dalam tesis versi buku di bagian BAB hasil penerapan.
Untuk publikasi maksud saya adalah karya ilmiah tersebut sudah didiseminasikan. Jadi sudah ada berita acara yang di tandatangani panitia, dokumentasi kegiatan dll. Biasanya untuk syarat diseminasi adalah ada 15 peserta minimal dan melibatkan 3 sekolah.
Sebenarnya dari 1 karya ilmiah dapat lahir beberapa karya, yaitu artikel populer yang dapat kita kirimkan ke media cetak, artikel ilmiah yang dapat diterbitkan di jurnal ber ISSN, buku ber ISBN, dan dapat pula karya itu dijadikan best practice. Jadi dari 1 karya ilmiah, dapat menghasilkan banyak publikasi ilmiah lainnya.
Sebenarnya sebagi guru kita sudah punya modal tulisan lho bapak ibu. Karena mungkin tiap bulan atau tiap semester atau tiap tahun, kita pasti membuat karya ilmiah. Hanya saja biasanya prosesnya terhenti hingga pembuatan laporan karya ilmiahnya saja. Tidak dilanjutkan ke proses penerbitan karya lainnya
Dan untuk sumber pustaka, sumber pustaka dari karya ilmiah minimal adalah jurnal ber ISSN baik nasional atau internasional, buku ber ISBN baik buku nasional atau internasional, jikalau pun menggunakan website, gunakan website resmi dan jangan menggunakan blog pribadi.
Semakin banyak pustaka di karya ilmiah kita, maka semakin dianggap kredibel karya kita.
Jelas ada perbedaan ibu. Karena untuk, judul buku sebaiknya maksimal 7 kata.
Sebagai contoh ;
Untuk judul TESIS saya adalah PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS RISET SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA MATERI REAKSI REDOKS
ketika menjadi BUKU menjadi
KIAT PRAKTIS MENULIS MODUL BERBASIS RISET.
Contohnya pada penelitian ini fokus Bu Nora adalah bagaimana membuat modul berbasis riset sehingga di buku judulnya juga difokuskan pada cara penulisan modul Berbasis riset. Intinya adalah judul buku merupakan fokus utama dari penelitian itu. Entah di media, metode, model atau lainnya.
Sebenarnya semua penerbit menerima berbagai jenis buku. Baik penerbit indie maupun mayor. Hanya saja ketika kita memasukkan naskah ke penerbit mayor, biasanya penerbit tersebut akan mereview naskah kita dulu, apakah satu visi dengan penerbit, menguntungkan bagi penerbit ketika diterbitkan atau tidak dan beberapa pertimbangan lainnya. Namun jika penerbit indie, sepertinya tidak ada proses seleksi. Yang terpenting sesuai kan dengan gaya selingkung penerbit tersebut.
Untuk biaya ketika cetak ulang saja. Tiap percetakan berbeda biaya. Biasanya dilihat dari banyaknya jumlah halaman di buku kita. Ketika karya beliau versi tesis jumlah halaman 150 an lebih format A4, namun ketika menjadi buku hanya menjadi 127 halaman format A5
Untuk best practice sebenarnya masing2 MGMP diberikan formatnya. Untuk di kami, hampir sama dengan karya ilmiah umumnya, yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode pelaksanaan, hasil dan pembahasan, simpulan saran.
Untuk mulai menulis buku, yang pertama kita perlu lakukan adalah membuat outline. Atau TOC atau daftar isi karena dari outline tersebut sebagai patokan kita untuk mulai menulis atau menyusun karya ilmiah menjadi buku. Outline sesuai dengan patokan penulisan buku yaitu 2W+ 1H
Betul ibu namun juga tetap menyertakan hasil penerapan agar pembaca tahu bahwa karya ini sudah diterapkan pada suatu proses pembelajaran
Selasaberbagi ditutup dengan kesimpulan yang lengkap dari Bu Noralia tentang menubahbuku dari karya ilmiah. Agar karya ilmiah kita memiliki manfaat yang lebih, maka dapat diubah ke dalam bentuk buku. Fungsinya agar dapat dibaca oleh para pengajar lainnya. Ini lebih baik daripada berbagi file laporan karya ilmiah kita. Jika karya ilmiah kita dibukukan, selain memberikan manfaat dalam berbagi ilmu, buku karya kita juga akan memiliki ISBN. Ini sangat penting dan mungkin dibutuhkan bagi pengajar untuk menambah nilai angka kredit. Selain itu, karya kita juga tidak akan lekang oleh waktu tentang kebermanfaatannya.
Siapa mau paket lengkap? Naik pangkat terpenuhi dan manfaat berbagi juga semakin luas. Mari ubah karya ilmiah kita menjadi buku yang tak lekang oleh waktu.
No comments:
Post a Comment