Wednesday 1 November 2023

Adab Bertetangga

 Islam adalah agama yang sempurna. 


Semua aspek kehidupan telah ditulis di dalam Al-Quran maupun sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dari mulai aktivitas kita di pagi hari sampai malam hari semua ada ajarannya. Sehingga tidak ada satupun amalan dalam Islam kecuali di sana terdapat adab-adabnya.

Mengapa kita harus mempelajari etika bertetangga?

Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk saling berinteraksi kepada tetangga, memuliakan para tetangga dan saling tolong menolong terhadap tetangga. Sehingga kehadiran tetangga sangatlah dibutuhkan.  Atas dasar itulah Islam memberi perhatian besar dalam masalah ini.

Seorang muslim harus bisa menjaga adab-adab bertetangga yang baik berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Nabi shallallahu alaihi wassallam telah bersabda,


مَا زَالَ يُوصِينِى جِبْرِيلُ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ

Artinya: "Jibril berwasiat kepadaku supaya memuliakan tetangga, sampai-sampai diriku mengira kalau seseorang akan menjadi ahli waris tetangganya" 

(HR. Al Bukhari no.6014)


Adab Bertetangga Menurut Islam

Sekitar ada 12 adab terhadap tetangga yang harus diamalkan oleh setiap muslim dan muslimah.

1. Memuliakan Semua Tetangga Kita

Adab bertetangga pertama yaitu memuliakannya. Karena kehadiran tetangga sangat dibutuhkan maka kita pun harus berusaha semaksimal mungkin untuk berbuat baik kepada tetangga. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda,

خَيْرُ ْلاَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِه ، وَخَيْرُ الْجِيْرَانِ عِنْدَاللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِه

"Sebaik baik teman di sisi Allah adalah yang paling baik kepada teman temannya, dan sebaik baik tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik kepada tetangganya." (HR. At Tirmidzi no. 1944)


Sebaliknya, diharamkan bagi siapa saja melakukan permusuhan terhadap tetangga, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam, 

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ

"Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Mereka (para sahabat) bertanya, "Siapa wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari keburukan dirinya." (HR. Muslim no. 2625)


Menurut Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Fath/456, kata tetangga dari hadits di atas mencakup orang muslim, orang kafir, orang fasik, ahli bid'ah, teman dan lawan, orang asli dan orang asing, kerabat dekat maupun jauh. Sehingga adab tetangga di sini bukan hanya ditujukan pada sesama muslim, tapi adab terhadap non muslim juga. Mari muliakan tetangga sekitar kita dengan berbuat baik dan menjauhi perkara yang dapat menyakiti hatinya.


2. Memperhatikan Hak Tetangga (pilih yang terdekat)

Siapakah tetangga kita yang paling berhak menerima kebaikan kita terlebih dahulu? Tentu saja tetangga yang paling dekat (temboknya) alias menempel dengan rumah memiliki hak lebih dibandingkan tetangga jauh. 

Dari Aisyah dia berkata, "Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki dua tetangga, kepada siapa dari keduanya aku memberikan hadiah?' 

Beliau menjawab,

إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكَ باَباً

"Kepada yang paling dekat pintunya darimu di antara keduanya." (HR. Bukhari no. 6020).


Berbeda bila tetangga terdekat kita ternyata tidak ada. Maka mencari yang lebih dekat lagi untuk diberikan kebaikan. Misalnya diberi makanan atau oleh oleh.


3. Tidak Pelit Terhadap Tetangga

Yang dimaksud tidak pelit di sini adalah tidak melarang tetangga ketika mereka ingin sekedar menancapkan kayu atau menyandarkan sesuatu di tembok rumah kita, untuk membangun kamar atau semacamnya.

Mungkin saat ini tetangga kitalah yang sedang membutuhkan kehadiran kita, tapi bisa jadi suatu saat kitalah yang membutuhkannya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ

لاَ يَمْنَعْ أَحَدُكُمْ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَةً فِى جِدَارِهِ

"Janganlah seorang tetangga melarang tetangganya untuk menancapkan sebuah (kayu) di temboknya." 

(HR. Bukhari no. 2463 dan Muslim no. 1609)


Kemudian Abu Hurairah yang meriwayatkan hadits ini berkata, "Kenapa aku melihat kalian berpaling darinya, demi Allah aku benar benar akan melemparkannya di atas pundak kalian."

Namun perlu dicatat bahwa itu semua berlaku dengan syarat tidak mendatangkan madhorat atau merugikan baginya. Atau memang tidak didapatkan cara kecuali dengan cara tersebut.


4. Tidak Mengganggu Tetangga Terutama Saat Istirahat

Diharamkan bagi seorang muslim mengganggu tetangganya. Apalagi saat jam istirahat, misalkan malam hari atau jam tidur siang. Hal ini telah disabdakan Rasulullah, 

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah dia mengganggu tetangganya." (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47).

Mengganggu di sini bisa diartikan melakukan hal hal yang membuatnya terganggu padahal perbuatan tersebut perbuatan yang mubazir atau bahkan haram. Seperti menghidupkan mercon, menyetel musik sangat keras atau yang lainnya.


5. Bersedekah Pada Tetangga

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa bersedekah mendatangkan banyak manfaat dan bisa menjadikan keberkahan pada harta yang kita miliki. Sehingga dianjurkan kepada tetangga agar saling memberi sesuatu seperti makanan yang kita masak atau yang kita beli. 

Bisa juga minuman memberikan hadiah hadiah. Hal ini jug untuk mempererat hubungan tetangga dengan baik dan agar tidak menimbulkan permusuhan. Nabi shalallahu alahi wassalam pernah bersabda kepada sahabat Abu Dzar radhiyallahuanhu,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ

"Wahai Abu Dzar, jika kamu memasak sayur (daging kuah) sebaiknya perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu"  (HR. Muslim).


 Untuk memberinya kembali ke poin 2, yaitu memilih yang terdekat dengan kita.

Nabi ﷺ juga bersabda,

تَهَادُوْا تَحَابُّوْا

"Saling menghadiahilah, niscaya kalian akan saling mencintai." 

(HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani di kitab Irwaul Ghalil no. 1601)


6. Menjaga Rahasia Tetangga

Adab bertetangga dalam Islam yang keenam adalah menjaga rahasia tetangga. Tidak boleh menyebarkan rahasia atau aib tetangganya. Allah juga melarang seorang muslim menyebarkan aib atau rahasia muslim yang lain dan wajib menjaganya.

Sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik,

أَسَرَّ إِلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِرًّا فَمَا أَخْبَرْتُ بِهِ أَحَدًا بَعْدَهُ وَلَقَدْ سَأَلَتْنِي أُمُّ سُلَيْمٍ فَمَا أَخْبَرْتُهَا بِهِ


Nabi pernah membisikkan suatu perkara rahasia kepadaku, maka hal itu aku tak akan kuceritakan kepada siapapun. Dan sungguh Ummu Sulaim pun pernah bertanya tentang rahasia tersebut, namun aku tak menceritakannya. [HR. Bukhari No. 5815].

Selain itu dianjurkan juga untuk menundukkan pandangan dari daerah larangannya (bagian dalam rumahnya). Hal ini ditujukan agar terhindar dari rasa tidak suka yang muncul dari tetangga terhadap kita.


7. Memberikan Selamat Saat Bahagia dan Menghibur Saat Berduka

Jika ada tetangga kita sedang mendapatkan kebahagiaan misal melahirkan anak, pernikahan atau yang semacamnya, maka sangat dianjurkan untuk memberinya selamat.

Tidak hanya dalam momen bahagia saja namun juga ketika dalam keadaan berduka atau sedih.Contohnya ada anggota keluarganya yang sedang sakit atau meninggal maka dianjurkan bagi seorang muslim untuk menolong dan menghiburnya. Rasulullah bersabda "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya"  (HR. Bukhari no.6035)


8. Tidak Menutup Pintu Terhadap Tetangga

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: لقد أتى علينا زمان وما أحدٌ أحقُّ بديناره ودرهمه من أخيه المسلم، ثمّ الآن الدّينار والدّرهم أحبّ إلى أحدنا من أخيه المسلم، سمعت النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم يقول: كم من جار متعلق بجاره يوم القيامة، يقول: يا ربّ! هذا أغلق بابه دوني، فمنع معروفه


Dari Ibnu Umar dia berkata, "Sungguh telah datang kepada kami suatu zaman di mana tidak seorang pun yang lebih berhak mendapatkan dinar dan dirhamnya daripada saudaranya sesama muslim, kemudian sekarang dinar dan dirham lebih dicintai oleh seseorang di antara kita daripada saudaranya sesama muslim.

Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, 'Berapa banyak tetangga yang bergantung kepada tetangganya, dia berkata, 'Wahai Rabbku, tanyalah orang ini, kenapa dia menutup pintunya dariku, lalu mencegahku mendapatkan kelebihannya." [HR. Bukhari dalam al-Adab al Mufrad no. 111]


9. Tidak Kenyang Sendiri

Hendaklah tetangga muslim tidak kenyang (sendiri) tanpa mengajak tetangganya (ikut makan kenyang).

 Sungguh Nabi telah bersabda melalui hadits Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma,

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ


"Bukanlah seorang mukmin (sejati) yaitu orang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan di samping (rumah)nya."  [Lihat As Silsilah As Shahihah no. 149]


10. Bangunan Rumah Kita Tidak Bermegah Megahan Sehingga Mengganggu Tetangga

Saat kita membangun rumah usahakan jangan sampai menyakiti perasaan tetangga. Misalnya karena bangunan rumah kita membuat rumahnya tidak mendapat sinar matahari atau udara. Selain itu dilarang melampui batas tanah miliknya saat membangun rumah. Juga tidak berbuat dzolim kepada tetangga dengan menghilangkan atau merubah sesuatu di lingkungannya, karena hal ini akan menyakitinya dan menimbulkan kebencian di hatinya.


11. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar atau Menasihati Tetangga Kita

Dianjurkan bagi kita untuk saling menasehati kepada kebaikan dan mecegahnya dari kemungkaran atau keburukan dengan sikap penuh hikmah (bijak). Berikan arahan yang baik dan tidak mempublikasikannya atau mencelanya juga tidak mencari cari kekhilafannya serta senang dengan kekeliruannya. Maka diwajibkan bagi kita untuk menutup mata dari melihat kekhilafannya atau kesalahannya.


12. Bersabar Terhadap Perilaku Mereka

Adab bertetangga yang terakhir adalah hendaklah kita senantiasa bersabar terhadap gangguan tetangga yang mungkin belum paham atau masih awam terhadap agama Islam. Rasulullah  shalallahu alaihi wassalam telah bersabda,

"Sesungguhnya Allah mencintai tiga golongan dan membenci tiga golongan.

 Lalu beliau menyebutkan di antara mereka seorang laki laki yang memiliki tetangga yang menyakitinya, lalu dia bersabar atas gangguannya, sampai (akhirnya) Allah mencegah kejahatannya dengan sebab (proses) kehidupan (seperti berpindah tempat) atau dengan kematiannya." 

[Dishahihkan oleh al Albani dalam shahih at Targhib no. 2569]


Semoga tulisan ini membawa berkah dan bermanfaat bagi pembacanya serta dapat diamalkan sebaik mungkin.

 [Sumber: Adab dan Akhlak Islami, Muntaqa Al Adab Asy-Syariyyah, Majid Saud Al Ausyan, Darul Haq/1/309]

 Disarikan dari tulisan Muhammad Syarif

No comments:

Post a Comment

Membeli Waktu

Assalamuallaikum warahmatulahi wabarakatuh  Bismillahirrahmanirrahim  Membeli Waktu Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul ...